143
Kata ganti yang digunakan pada naskah Demonstran ini adalah kata “Kami”, berikut dapat dilihat dalam kutipan dialog :
“Lalu kemana lagi kami harus pergi? Kami tidak punya pemimpin, kami hanya punya semangat. Kami bergerak kurang teratur. Kami ingin diatur oleh tokoh
yang mampu menghadapi siapa saja. Tokoh yang selalu ada di barisan paling depan, tokoh yang dikenal sebagai Sang Topan. Abang.” babak 5
Kata ganti “Kami” di atas, menggambarkan bahwa ini adalah pesan pengarang sebagai pemilik karakter, yang direpresentasikan oleh
tokoh yang ada di dalam naskah tersebut. Disini juga terlihat bahwa penulis naskah ingi menyerukan bahwa “kami” disini adalah milik
semua orang yang sedang berjuang.
3. Stilistik
Stilistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan maksud melalui pemilihan kata yang digunakan. Pusat perhatian
stilistika adalah style. Gaya bahasa disini adalah mencakup struktur kalimat, majas, citraan, dan sebagainya. Seperti terdapat pada kutipan
berikut :
“Emosi? Mengapa Abang rela buka kedok? Betul. Abang sudah jadi tumpul.
Kemana perginya solidaritas Abang yang dulu terkenal sangat kental itu?
Hilang? Hilang? Hilang?” babak 5
“Siapa yang menentukan harga-harga? Siapa yang menipu dan menghisap darah? Pabrik-pabrik siapa yang seenaknya berak limbah tanpa ada
sangsinya? ” babak 5
Dengan kutipan gaya Bahasa seperti cuplikan diatas dengan menggunakan kata “kental” pada contoh dialog yang pertama, maka
peneliti bisa sampaikan bahwa pengarang ingin menunjukan bahwa sifat dan sikap solidaritas yang dimiliki Topan dulu terhadap para
144
sesama aktifis dalam berjuang sangat erat meskipun sekarang dia dikenal sebagai pengusaha kaya yang sukses.
Kemudian gaya bahasa yang ada pada contoh dialog ke dua, yaitu penggunaan kata “penghisap darah” menggunakan majas hiperbola atau
melebih-lebihkan kasus yang dilakukan oleh pemerintah pada saat itu agar lebih terkesan dramatis. Lalu kata “berak limbah” cukup bisa
dipahami bahwa bagian ini adalah digunakan untuk menjelaskan sektor industri yang main kotor tanpa mementingkan ekosistem sekitar tempat
pabrik-pabrik mendirikan dan membuang limbahnya. Dilanjutkan dengan kalimat yang menjelaskan bahwa kegiatan yang merugikan
tersebut masih cukup marak terjadi dan pemerintah khususnya pemimpin kurang peka terhadap hal tersebut.
4. Retoris
Strategi dalam level retoris adalah gaya yang diungkapkan seorang pengarang ketika menyampaikan pesan melalui menulis dan berbicara.
Miisalnya pemakaian kata yang berlebihan hiperbolik, atau bertele- tele. Biasanya bagian retroris menyatakan sesuatu dengan sebuah
intonasi dan penekanan. Contoh ekspresi lain adalah pada penampilan huruf tebal pada judul
“DEMONSTRAN” yang sangat bermakna
untuk mengajak dan memberontak. Elemen hiperbola, kalimat yang mendukung kiasan, ungkapan
yang dilebih-lebihkan. Semuanya digunakan memperjelas pesan utama, agar lebih mudah untuk memahami dan mengingat isi pesan tersebut.
Berikut kutipannya :
145
“Kalau tidak sinting, mana berani kita bikin beginian? Mana berani di bawah todongan bedil kita bilang: “Mas, yang merdeka itu kok cuma sampeyan, kita
‘nggak?” Alla, sampeyan juga sama sintingnya, kok.” babak 17
Berdasarkan data-data yang peneliti temukan pada analisis teks di atas, maka peneliti dapat sampaikan secara keseluruhan mengenai kritik
sosial kepemimpinan dan kaitannya dengan perubahan sosial yang ada di dalam naskah Demonstran karya N. Riantiarno ini. Banyak
menyoroti tentang polemik kehidupan bangsa khususnya pemerintahan dan kepemimpinan. Perjuangan moral nampaknya sulit untuk segera
memperoleh hasil. Karena di dalam naskah ini ukuran baik buruk masih sangat umum dan luas.
INTERPRETASI
Dalam makro sturktur, penjelasan bagian dari kategori struktur wacana telah dijelaskan secara umum. Secara khusus juga telah terlihat
bahwa kondisi dan koherensi Bahasa diformulasikan sebagai topik dari pembahasan. Pada naskah ini terdapat beberapa dialog yang
diungkapkan memiliki makna dan maksud secara implisit. Perihal kritik sosial yang diangkat peneliti menemukan bahwa penyampaian pesan
yang dilakukan menggunakan Bahasa dan kalimat memiliki perannya masing-masing. Timing yang tepat saat penyampaian dialog juga sangat
tepat. Elemen elemen yang terkandung pada kategori semantik,
menjelaskan bagaimana kemampuan retotis dari pemilihan kata dan
146
penggunaan kalimat sangat lugas disampaikan, terutama pada dialog- dialog panjang yang dialkukan Topan.
Dari semua yang telah dijelaskan diatas, perlu diklarifikasi atas status yang mana sebagai topik pembahasan dan topik wacana.
Demikian juga naskah ini mencoba untuk menjawab pertanyaan “dalam posisi seperti apa kita mengatakan bahwa sebuah kalimat adalah
‘mengandung sesuatu’?” van Dijk menjelaskan dalam buku Text and context mengenai makro struktur bahwa, topik memerlukan sebuah
rangkaian secara keseluruhan. Itu dapat dilihat dari penjabaran dan penjelasan elemen-elemen yang terkandung didalamnya.
9
D. Analisis Naskah Demonstran Melalui Pendekatan Kognisi Sosial
Dalam analisi naskah Demontran dengan melalui pendekatan kognisi sosial tidak hanya difokuskan pada teks semata, tetapi juga
melihat dari pandangan pengarang naskah Demontran yaitu N. Riantiarno dari segi kognisi sosial.
Pada analisis kognisi sosial difokuskan pada bagaiman sebuah teks diproduksi, dipahami dan ditafsirkan. Dari judul “Demonstran” ini
diambil karena berangkat dari akar sebuah perubahan yang hanya bisa dilakukan dengan perlawanan, meskipun hakikatnya merupakan
kontraksi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini. Di sini dapat diamati dan ditafsirkan ideologi dan ide penulis dalam memahami
cerita, serta tokoh-tokoh yang terdapat di dalam naskah tersebut.
9
Teun A van Dijk, Teks and Context, New York: Longman Group, 1992