Analisis Naskah Demonstran Melalui Pendekatan Konteks Sosial

149                                “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui Pada bagian kognisi sosial menjelaskan adanya hubungan antara wacana dan sosial meskipun hubungannya secara tidak langsung namun harus ditempatkan pada satu rangka, yaitu dalam proses sosial, politik dan reproduksi budaya. Van Dijk dalam sebuah jurnal yang ditulisnya menjelaskan bahwa proses dari reproduksi dan hubungan dari sebuah dominasi tidak hanya diikutsertakan oleh teks dan pembicaraan atau rumor, tapi juga terbagi dari representasi terhadap “social mind”. 10

E. Analisis Naskah Demonstran Melalui Pendekatan Konteks Sosial

Menurut Van Dijk bahwa konteks sosial adalah bagian terakhir dari analisis wacana. Peneliti sudah menjelaskan sebelumnya, bahwa konteks sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita atau teks. Sehingga faktor tersebut menjadi inspirasi dan salah satu alasan bagi penulis dalam menuangkan pemikiriannya pada naskah ini. 10 Teun van Dijk, Discourse and Cognition in Society jurnal, di-download di situs www.discourse.org 150 Kemudian penulis dalam hal ini juga menggambarkan fenomena yang diperparah oleh keadaan dan mental para pemimpin yang kerap menunggangi aksi mereka mahasiswa sebagai alat propaganda. Kapabilitas antara mahasiswa sebagai agen perubahan dan penerus bangsa berbanding lurus dengan para pemerintah yang memiliki mental kenegaraan yang patut dipertanyakan. Sementara itu mitos perjuangan yang begitu luhur juga mulai luntur karena kini mereka tak layak lagi seprti yang diharapkan. Krisis kepemimpinan makin tidak bisa ditutup- tutupi. Mengenai makna demonstrasi pada naskah ini, penulis melihat faktor eksternal berupa gerakan mahasiswa yang selama ini merupakan sebagai wujud keperihatinan terhadap kondisi bangsa dan juga merupakan babak paling dramatis tentang dinamika sosial dan politik bangsa. Ini menjadi indikasi akar pertumbuhan yang mendorong penulis untuk menggarap naskah Demonstran. Biasanya pembahsan yang berbau politik akan terasa sangat kaku dan membosankan namun penulis mengemasnya dengan ditampilkan juga dagelan-dagelan yang menghibur agar tidak melulu serius. Kemudian selain Topan yang menjadi Tokoh utam dalam naskah ini, Sabar dan Alun sangat berperan di dalam cerita meskipun perannya diluar alur namun kaitanya dengan kisah ini sangat relevan. Mereka berdua menjadi penyeimbang sebuah cerita, kemunculannya selalu tidak terduga kadang saat interval kadang pula saat adegan inti berlangsung. Disini terlihat kecerdikan penulis yang mampu 151 mengelaborasikan berbagai macam aspek masyarkat yang terlibat di dalam naskah Demonstran. Peneliti juga melihat konteks sosial lain yang melatar belakangi penulisan naskah ini. Dalam membangun sebuah kritik pada naskah ini penulis sangat jelih melihat fenomena yang berlangsung belakangan ini, adalah mengenai sikap para partai politik yang sering mengatur permainan dalam suatu gelanggang usaha untuk mengurus keperluan dan kepentingannya. Sering mencari tunggangan politik praktis. Pesan yang disampaikan juga menjadi lebih umum, yaitu mengenai sebuah tuntutan politik, ekonomi, hukum, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme bukan hanya disuarakan oleh mahasiswa. Semua kalangan juga harus angkat bicara soal itu, hal tersebut dapat dilihat dari adegan Julini dan Tuminah. INTERPRETASI Dalam konteks sosial pada naskah Demonstran tersirat dengan jelas bagaimana N. Riantiarno menuliskan dan menggambarkan keadaan masyarakat belakangan ini yaitu mengenai kehidupan politik yang sering kali tidak murni untuk rakyat. Dinamika perpolitikan yang perlu dikritisi, baik dari segi kepemimpinan maupun teknisnya karna implikasi yang dapat merubah tatanan sosial. Dalam hal konteks sosial di dalam naskah ini produksi sebuah gagasan mengenai kritik diimbangi juga dengan pengaruh luar bukan sekedar ideologi pengarang. Kemudian hal ini memberikan gambaran 152 bahwa hubungan luar juga sangat berpengaruh maka dari itu van Djik menjelaskan jika property dari konteks menekankan kepada ke- dinamisan kharakter. Disini menjelaskan bahwa seorang pengarang naskah harus memiliki fleksibilitas dalam mencangkup dan menerima stimulus dari luar untuk membangun sebuah wacana. Kemudian van Djik mengatakan bahwa “A context is not just possible world-state, but at least a sequence of world states. Moreover,these situations do not remain identical in time, but change” 11 11 Teun van Dijk, Text and Context,jurnal, di-download di situs www.discourse.org 152

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian dan melakukan analisis permasalahan-permasalaan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam skripsi ini peneliti mencoba untuk mengelaborasikan dari keterkaitan antara kritik sosial dan perubahan khususnya dalam perkembangan kepemimpinan belakangan ini. Secara lebih spesifik peneliti menggunakan teori analisis wacana Teun Van Dijk untuk menganalisa sebuah teks atau wacana yang dibangun. Ditinjau dari struktur tematik, dari naskah Demonstran, tema utama yang menjadi determinasi adalah mengenai kritik terhadap kepemimpinan. Di dalamnya banyak disebutkan dialog-dialog yang mengandung pesan tersebut, pelanggaran yang menumbuhkan anarkisme. Seperti yang dikatakan Thomas Hobbes “Homo Homini Lupus, Bulkum Omihium Contra Omnus” yang artinya adalah manusia akan menjadi pemangsa manusia lainya. Dalam hal ini perang melawan kelaliman menjadi wajib demi perubahan dan runtuhnya sebuah hegemoni. Kepemimpinan dalam Islam adalah Sunnatullah, yang telah menjadikan manusia sebagai pemimpin. Oleh karena itu Islam memandang bahwa kepemimpinan memilki posisi yang sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang rukun, disitulah peran pemimpin sebenarnya seperti dalam Q S. 34 : 15 “Apabila kamu mengadakan perjalanan secara berkelompok, maka tunjuklah salah satunya