Menyutradarai Koma GAMBARAN UMUM TEATER KOMA DAN PROFIL N.RIANTIARNO

77 untuk saat ini Teater Koma seolah-olah masih memegang hegemoni dalam dunia teater karena teater ini banyak menginspirasi bagi kelompok teater- teater lain dan juga masyarakat.

C. Menyutradarai Koma

Teater Koma merupakan suatu wadah dalam dunia teater yang didirikan oleh Nano Riantiarno. Selain pendiri Teater Koma N. Riantiarno juga merupakan Sutradara dalam Teater Koma. Pementasan-pementasan yang dilakukan Teater Koma banyak mengangkat cerita yang diusung oleh N. Riantiarno. Beliau lahir di Cirebon tanggal 6 Juni 1949. Berteater sejak 1965, di Cirebon. Tamat SMA, 1967 melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia, ATNI, Jakarta. Bergabung dengan Teguh Karya dan mendirikan Teater Populer, 1968. Masuk Sekolah TInggi Filsafat Drikarya, 1971. Dengan sejarah singkatnya, N. Riantiarno telah mendirikan Teater Koma sejak 1 Maret 1977 hingga sekarang telah mementaskan sebanyak 132 produksi panggung. Selain memproduksi panggung teater beliau juga aktif dalam menulis banyak sekenario film dan televisi. Karya sekenarionya, ‘Jakarta Jakarta’, meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia di Ujung Pandang, 1978. Karya sinetronya, ‘Karina’ meraih Piala Vidia pada Festival Film Indonesia di Jakarta, 1987. Meraih hadiah sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta 1972-1973-1974-1975 dan 1998. Juga 78 merebut hadiah Sayembara Naskah Drama Anak-anak dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978, berjudul ‘Jujur Itu’. 7 Dua novelnya, ‘Ranjang Bayi’ dan ‘Percintaan Senja’ meraih hadiah Sayembara Novelet Majalah FEMINA dan Sayembara Novel Majalah Kartini. Pada 1993, dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen PK, atas nama Pemerintah Republik Indonesia. Film layar lebar perdana karyanya, ‘Cemeng 2005’ The Last Primadona, 1995, diproduksi oleh Dewan Film Nasional Indonesia. Pada 1999 meraih penghargaan dari Forum Film Bandung untuk serial film televisi berjudul ‘Kupu-kupu Ungu’ sebagai Penulis Sekenario Terpuji 1999. Forum yang sama mematok televisi karyanya berkisah tentang pembaruan, ‘Cinta Terhalang Tembok’ sebagai Film Miniseri Televisi Terbaik, 2002. 8 Salah satu lahirnya teater karena kebutuhan mewujudkan rasa estetik keindahan . Kebutuhan yang lain adalah ‘ingin menyampaikan sesuatu’. Pementasan, sebagai jawaban dari ‘keinginan menyampaikan sesuatu’ itu, sebaiknya lahir karena kebutuhan yang sifatnyalebih kultural. Jika kebutuhan ‘menyampaikan sesuatu’ itu hanya terdorong oleh sesuatu yang diluar kesenian, materi misalnya, maka boleh dibilang kegiatan ini tengah menggali lubang kuburnya sendiri. Seperi yang diungkapkan N. Riantiarno: “Saya punya pengalaman unik saat melakoni masa persiapan produksi Rumah Kertas, pentas perdana Teater Koma itu. Ajakan-ajakan saya kepada beberapa seniman tak dipercaya begitu saja. Niat mendirikan kelompok teater 7 Profil N. Riantiarno dikutip http:teaterkoma.orgindex.php?option=com_conten viewarticleid=44Itemid=61limitstart=3 pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 17.10 8 Profil N. Riantiarno dikutip http:teaterkoma.orgindex.php?option=com_conten viewarticleid=44Itemid=61limitstart=3 pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 17.10 79 baru, nyaris dicurigai. Seakan-akan saya hendak mendirikan partai baru. Ketika beberapa seniman kemudian ikrar bergabung, masalah yang timbul berbeda pula. Setiap saat, kemampuan saya bersutradara selalu diuji. Nasakah yang sudah ada, bahkan seringkali drama karya saya sendiri tidak begitu memuaskan dan harus selalu dikoreksi.” 9 Di lapangan, banyak benturan yang ditemui. Sebagai penulis, pendekatan yang beliau lakukan lebih condong kepada imajinasi. Padahal, kenyataannya panggung dan kemampuan pembiayaan harus diperhitingkan pula. Sebagai sutradara, memang harus menimbang banyak hal dari berbagai sudut. Salah satunya dengan dapat merombak naskah yang disesuaikan dembali kepada realita yang terjadi dilapangan. Dengan peristiwa kreatif itu N. Riantiarno menganggap hal itu semua sebagai aspek pendidikan dalam membangun seni drama yang dipenuhi nilai dan norma yang diterima masyarakat. Selain itu juga dengan menyerap semua fenomena realita sosial yang terjadi di masyarakat menjadikannya sebagai pembelajaran. 9 Profil N. Riantiarno dikutip http:teaterkoma.orgindex.php?option=com_conten viewarticleid=44Itemid=61limitstart=3 pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 17.10 80

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN