Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mempraktekan komunikasi manusia membutuhkan media tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada kalanya dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain komunikasi non verbal untuk mendukung komunikasi lisan. Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang lebih luas pula, maka dipergunakanlah peralatan media komunikasi seperti televise, surat kabar, radio, lukisan, patung dan lain-lain. 1 Salah satu unsur kebudayaan yang sangat berperan dalam kehidupan manusia adalah kesenian. Sehingga terkadang kebudayaan dan kesenian menjadi tolok ukur untuk mengetahui tingkat peradaban suatu komunitas. Pola perubahan yang menjadi harapan muncul dari segi afektif dan kognitif yang mempengaruhi kehiduan sosial. Kesenian bukan hanya dimanfaatkan dan digunakan sebagai media penyampaian pesan atau sebagai media komunikasi. Tetapi juga menjadi sarana sekaligus metode untuk mempengaruhi komunikan dalam menerima pesan komunikasi. Seni salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spriritual manusia. Karya seni merupakan suatu wujud ekspresi yang bernilai dan dapat dirasakan secara visual maupun audio. Seni terdiri dari musik, tari, rupa dan dramasastra. Kata art memiliki sejarah 1 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, 2 yang panjang, pada awalnya art berasal dari arten latin, berarti keterampilan, kecakapan skill. Arti ini masih tetap dipergunakan hingga saat kini. Namun demikian, di Eropa abad pertengahan art dipakai untuk merujuk pada muatan kurikulum pendidikan yang terdiri dari grammar, logic, rhetoric, artimhetic, geometry, music dan astronomy. Di dalam sebuah pertunjukan kesenian biasanya memiliki nilai-nilai kehidupan tertentu atau mengandung pesan moral kehidupan. Pada dasarnya masyarakat awam lebih mudah untuk menangkap sebuah nilai melalu suatu hal yg sifatnya menghibur, seperti dalam penyampaian nilai moral atau nilai agama lebih efektif bila menggunakan metode bercerita. Seiring dengan kebudayaan barat yang sangat mempengaruhi perkembangan media komunikasi mengasilkan sebuah anggapan bahwa penyampaian sebuah pesan umumnya diketahui hanya melalui media cetak dan elektronik. Penciptaan kritik sosial salah satunya dapat diterapkan melauli pertunjukan seni drama teater. Teater adalah sebuah tempat gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti umum teater ialah segala tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak. Teater juga dapat diartikan sebagai drama, sebuah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media percakapan, gerak dan laku berdasarkan yang telah tertulis pada naskah. Pemilihan bahasa dalam sebuah drama dapat mengartikan atau mengisyaratkan suatu pesan. Beda hal nya seni drama perunjukan teater dan seni rupa, bahasa rupa merupakan bahasa manusia yang paling tua dibandingkan dengan bahasa verbal, sebab melihat sesuatu yang bersifat rupa 3 telah ada sebelum lahir kata-kata ketentuan bahasa rupa diperlihatkan dengan jelas oleh manusia prasejarah sebagaimana pendapat Clarie Holt mengatakan bahwa garis-garis yang mengayun pada dinding gua, bagaikan kata-kata yang disusun dalam satu hubungan tematik yang jelas. 2 Begitu juga dengan seni drama teater yang memadukan bahasa rupa non verbal dan bahasa Verbal. Kesenian drama menjadi media yang paling mudah dan mulus berkaitan dengan seni sebagai media komunikasi dalam penyampaian kritik sosial. Sebuah permasalahan yang muncul disebabkan karena kepentingan sosial yang berbeda dari setiap golongan maksud golongan disini adalah para pejabat politik, keadaan sosial politik yang sangat tidak karuan di Indonesia dewasa ini menyebabkan sebuah kekhawatiran masyarakat terhadap keberlangsungan hidup, keamanan dan rasa percaya terhadap pemimpin kelak dikemudian hari. Dari sekian banyaknya golongan kepentingan memberikan sebuah penafsiran tentang keadilan yang relative dan bersifat subyektif. Uraian tersebut yang kemudian menimbulkan protes keras atau kritik, mengkritik ketidak benaraan dalam masyarakat. Kritik dapat dilakukan oleh siapa saja, kritik bisa dilakukan oleh para ilmuan, baik ilmuan bidang sosial, poltik, ekonomi, agama, serta dibidang pendidikan. Namun, kritik tidak melulu dilakukan oleh para ilmuan dapat pula dilakukan oleh ahli seni atau sering disebut juga seniman. Istilah kritik, memiliki arti harfiah yang dapat diperoleh melalui kamus bahasa Indonesia adalah kecaman atau tanggapan yang sering disertai oleh argumentasi baik maupun buruk tentang suatu karya, 2 Claire Holt, Art in Indonesia, Ithaca, New York: Cornell University, Press, 1967, h. 6. 4 pendapat, situasi maupun tindakan seorang kelompok. 3 Istilah sosial sering dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan kaum nelayan dan seterusnya. 4 Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai control terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. 5 Menurut Susetiawan kritik sosial itu ada karena ketimpangan sosial, kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, korupsi, dan berbagai konflik yang lain di masyarakat. Konflik dan kritik sosial tidak perlu dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintregasi, tetapi dapat memberi kontribusi terhadap harmonisasi sosial. Harmoni sosial maksudnya terdapat keseimbangan kepentingan di masyarakat walaupun esensinya beda. 6 Kesenian dalam hal ini menangkap sebuah fenomena yang nampaknya masyarakat sudah bosan dan jenuh untuk menghadapinya, sikap skeptisme yang semakin menjalar membuat para seniman memikirkan sebuah gerakan untuk paling tidak membuka wawasan mereka dari hal yang sebenarnya patut kita perjuangkan dan dari hal yang tidak menyenangkan yang seharusnya kita lawan, berkaitan dengan kritik sosial yang disampaikan pada pertunjukan drama seni teater oleh sanggar Teater Koma yang berdiri sejak 1 maret 1977 3 Susetiawan, “Harmoni, Stabilitas Politik, dan Kritik Sosial”. Yoyakarta 1997, UII Press, h. 4. 4 Bambang Rudiyanto, Pranata Sosial, Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Padang; Dosen Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung. 5 Akhmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pers dan Politik Indonesia, Yogyakarta 1997: UII Press 1999, cet. 2, h. 47. 6 Susetiawan, “Harmoni, Stabilisasi Politik dan Kritik Sosial”. Yogyakarta 1997, UII Press, h. 27. 5 telah konsisten menampilkan banyak pertunjukan seni drama yang bertemakan kritik sosial. Kelompok teater yang independen dan bekerja lewat berbagai pentas yang mengkritisi situasi sosial politik di tanah air pernah harus menghadapi pelarangan pentas serta pencekalan dari pihak berwenang. Namun kelompok teater tersebut senantiasa berupaya bersikap opitmis. Berharap teater ini berkembang dengan sehat, bebas dari interes politik praktis dan menjadi tontonan yang dibutuhkan berbagai kalangan masyarakat. Peran kesenian drama teater dalam kehidupan sosial dan politik sangat berpengaruh. Bukan hanya sebagai pengawas melainkan sebagai media penyadaran masyarakat terhadap penyimpangan dan ketimpangan yang di tanah air ini. Dengan kata lain kesenian bisa menjadi pihak yang aktif dalam membantu proses perbaikan tatanan sosial dengan berbagai nilai positif yang terkandung disetiap pementasan dan pertunjukannya. Artinya masyarakat dapat mendapatkan media yang baik untuk menerima kritik yang sifatnya menghibur. Teater juga dapat diyakini sebagai salah satu jalan menuju keseimbangan batin dan jembatan bagi terciptanya kebahagiaan manusiawi yang jujur. Bercermin lewat teater yang diyakini pula sebagai salah satu cara untuk mengasah daya akal sehat, daya budi dan hati nurani. Permasalahann yang diangakat oleh kelompok seni drama Teater Koma dalam judul “Deonstran” karya N. Riantiarno ini menjadi sangat menarik untuk diteliti karena persoalan tersebut telah menjadi rahasia umum yang diketahui oleh mayarakat, juga beberapa peristiwa yang digambarkan kembali dalam pementasan tersebut. Seperti yang telah diketahui oleh ribuan warga Indonesia terhadap kinerja para aparatur pemerintahan. Dari 6 penanganan kasus korupsi yang pemberitaannya kian marak karna kebanyakan tersangkanya adalah para pejabat pemerintahan, konspirasi yang dilakukan oleh para golongan dan partai politik yang menghalalkan segala cara demi tercapainya kepentingan juga pemberdayaan dan kesejahteraan sosial yang tidak merata. Dalam memandang persoalan tersebut tentunya tidak bisa hanya dilhat dari satu aspek, oleh karena itu peneliti dalam skripsi ini akan memaparkan tinjauan tentang kritik sosial yang dilihat dari berbagai macam aspek guna memberikan pengetahuan tentang permasalahan yg sebenarnya sedang dihadapi di tanah air ini tidak hanya membahas peristiwa atau kehidupan di lingkungan sekitar yang dikemas dalam bentuk kesenian yang sarat akan nilai- nilai moral, pendidikan dan kemanusiaan atau human interest. Sehingga para penonton atau audience dalam pertunjukan tersebut tidak terkesan jenuh. Dalam memahami penyampaian pesan juga akan terasa lebih ringan dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna. Penelitian mengenai naskah yang di dalamnya terdapat kritikan terhadap kasus serta peristiwa yang ada di tanah air ini menjadi penting karna naskah ini memiliki nilai sosial yang tinggi. Isi dari naskah ini memiliki kedekatan proximity yang tinggi terhadap keberlangsungan masyarakat dalam menanggapi berbagai peristiwa yang belakangan terjadi dalam kaitannya dengan sosial dan juga politik. Naskah dan pertunjukan ini juga dapat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam menentukan pilhan tahun Pemilu 2014 karna pementasan ini berlangsung pada 1-15 Maret berdekatan satu bulan sebelum pemilihan umum legislatif pada 9 April 2014. 7 Berangkat dari latar belakan diatas, perlu kiranya dilakukan penelitian lebih mendalam pada aspek cerita pertunjukan ini, guna memahami pesan apa yang sebenarnya hendak disampaikan melalui sekenario yang ditulis. Dengan pendekatan wacana Teun A. Van djik sebagai mata pisau, serta untuk memeberikan apresiasi terhadap karya seorang pekerja seni yang tentunya memiliki ideologi dan pemikiran tertentu dalam memandang realitas kehidupan. Kemudian dijadikan sebagai isu untuk ditonjolkan kepada masyarakat. Penelitian diberi judul “Kritik Kepemimpinan dan Perubahan Sosial Pada Naskah Demonstran Karya N.Riantiarno Studi Analisis WAcana Kritis ” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana dan nilai-nilai yang dibangun pada pementasan tersebut untuk menyampaikan sebuah kritik pada kasus dan konflik yang terjadi di Tanah Air dewasa ini.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah