113
akan ditambahkan Catastrophe yang di dalamnya terdapat Conclusion konklusi dan Denoument pelurusan.
1. Babak Pertama
Di babak pertama ini penulis naskah Demonstran menceritakan sebuah awalan yang unik, tokoh utama tidak diperkenalkan langsung.
Melainkan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi sosial Indonesia belakangan ini oleh Sabar dan Alun. Menceritakan sebuah latar belakang
demokrasi yang kian carut marut kala itu. Penyampaian yang dilakukan oleh mereka berdua. Melalui bahasa yang menjadi alat komunikasi
melahirkan sebuah pendapat mempersatukan jiwa untuk sebuah pencapaian tertinggi sebuah kedaulatan rakyat.
Kemudian dialanjutkan dengan munculnya Niken, Jiran dan Wiluta. Pada babak ini mereka bertiga mendapati kendala mengenai
sahabatnya yang ditahan oleh aparat kepolisian akibat dari aksinya yang anarkis. Topan sang Demonstran yang kini sudah sejahtera karena
keuntungan aksi yang telah dia lakukan dimasa lalu enggan membantu mereka bertiga dengan dalih sudah bukan umur dan masanya kini hanya
seorang pengusaha sukses. Penolakan tersebut dianggap sebuah penghianatan lantaran Topan adalah mantan ketua pimpinan yang
dianggapnya selalu vokal dalam beraksi. Di babak pertama juga digambarkan para sahabat-sahabat topan
pada masa perjuangan yang pada naskah ini disebut sebagai mantan demonstran. Mereka ada enam orang dan semuanya telah hidup mewah.
Mereka selalu mengadakan perkumpulan rutin guna hanya untuk bincang-
114
bincang, nostalgia atau pamer barang mewah yang baru mereka dapat. Enam orang mantan demonstran ini masih menganggap bahwa topan
adalah pemimpin mereka. Ini adalah wujud dari sebuah moral yang baik bahwa mereka tidak melupakan pemimpin yang memperjuangkan mereka
hingga hidup mewah. Cita-cita demokrasi menurut Topan telah tercapai setelah
perjuangan kerasnya dulu berbuah manis sekarang. Namun ketenaran topan dimanfaatkan oleh oknum tertentu yaitu oleh Pejabat T dan Bujok.
Mereka berdua memanfaatkan dalil perubahan dan menunggangi ketenaran Topan agar kepentingannya menjadi presiden terwujud. Disini
penonton mulai menemukan titik konflik dari sebuah cerita. Dengan segala upaya Pejabat T membujuk Topan agar mau untuk menjadi bahan
propagandanya. Sampai pada bagian ini peneliti menjelaskan sebuah peristiwa di babak awal yang memicu ke babak konflik.
Sesuai dengan penjelasan diawal pada pembahasan skematik, peneliti akan menambahkan sebuah protatis atau perkenalan.
a. Protatis
Protatis atau perkenalan pada bagian ini adalah dimaksudkan untuk menjelaskan karakter tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah cerita.
Sejauh pada penjelasan di babak pertama peneliti menemukan peran- peran sentral yang diperkenalkan pada adegan-adegan yang
berlangsung. Memproduksi opini untuk kemudian diangkat sebagai sebuah pesan kritik sosial. Pada masing-masing tokoh menggabarkan
keadaan yang relevan dengan kondisi saat ini. Hanya saja diimbuhi
115
oleh peran Topan yang menjadi pembeda dan penyeimbang tokoh- tokkoh lain.
Bunga adalah istri Topan yang pada cerita ini disinyalir memiliki hubungan spesial dengan Pejabat T adalah mantan aktifis
juga, sosok yang lembut terhadap Topan namun memiliki watak dan idealisme yang kuat. Jiran, Niken dan Wiluta adalah sahabat topan,
mereka memiliki karakter yang berbeda Jiran digambarkan pada cerita ini sebagai sosok yang agak pendiam berbeda dengan Niken dan
Wiluta yang arogan selalu menggebu untuk menyerukan sebuah aksi. Sabar dan Alun juga bisa dikatakan menjadi sosok karakter
penyeimbang, namun beda halnya dengan topan yang masuk dalam inti pokok sebuah cerita Sabar dan Alun seolah-olah sebagai dewa
yang disetiap adegan selalu memberi petuah-petuah. Kemudaian ada Pejabat T dengan sosok jenaka yang sangat ambisius bersama Bujok
yang lebih mudah dikatakan sebagai kacung dari Pejabat T. Kemudian beberapa adegan yang diselipkan dengan musik bersamaan dengan
munculnya koor. Itu adalah beberapa pengenalan dari tokoh-tokoh yang penting di dalam naskah ini.
Penjelasan tersebut adalah perkenalan dari permulaan sebuah peran dan motif. Babak pertama yang menjelaskan pelukisan dari
cerita. Dalam adegan perkenalan ini banyak sekali terdapat penjelasan- penjelasan mengenai pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan.
Pada cerita ini eksposisi berlangsung dalam keadaan yang seimbang karena ini adalah pengantar menuju babak konflik. Peneliti akan
116
memberikan contoh dialog dari bagian babak pertama sebuah protatis dan eksposisi.
Pada babak pertama mencangkup protatis dan eksposisi yang menggambarkan sebuah kritik sosial kepimipinan, yaitu :
“SABAR : Zaman ini Zaman panik. Orang orang jadi serakah dan
gampang curiga. Sebagian besar kita, kena penyakit jiwa dan janji-janji bohong simpang siur di langit. Isu lebih digemari
disbanding pidato dan humor menemukan tuahnya disbanding penderitaan. Yang tidak pro langsung dianggap kontra. Usul
dan pendapat sering dianggap kritikan. Tapi anehnya, si pengkritik sering tidak tahan kritikan.
Zaman ini Zaman bingung. Yang kecewa berkeliaran dimana- mana. Pegangan amat rapuh. Tuhan teralu jauh dan nabi-nabi
palsu tersebut pengikut. Orang-orang kaya berkuasa dengan uangnya. Mereka sanggup membeli hati nurani para pejuang.
Ekonomi dan teknologi jadi tujuan utama. Pendidikan sangat mahal dan kesenian kadang ada tapi sia-sia, malah lebih
dianggap hiburan. Inilah kredo orang bingung di zaman panik. Dilantunkan
ketika bumi gonjang ganjing dan sepertinya langit akan segera menimpa kepala. Inilah Kredo orang panik di zaman bingung.
” babak 1
Pada babak tersebut digambarkan mengenai latar belakang yang mendasar dari sebuah cerita perkenalan melalui penyamapaian fakta
menarik yang terjadi dewasa ini. Krisis kepemiminan yang coba disampaikan oleh Sabar menjadi isu menarik walaupun adegan ini hanya
sebagai intermezzo dan pembuka wawasan menuju iklim lain yang akan dimasuki pada cerita ini. Sabar dan Alun seperti hidup di dua alam, dia
tidak nyata tapi dia ada. Pada bagian tersebut, Sabar memeberikan sebuah perkenalan melalui isu yang sangat relevan dengan kenyataan.
117
Kemudian ada dialog Topan dengan Wiluta, yaitu :
“TOPAN : Tidak bisa, maaf. Saya sudah tua. Saya tidak sanggup lagi
jadi Robin Hood. Apa yang pernah saya lakukan, dulu, dan apa yang kalian lakukan sekarang ini, itu permainan anak
muda. Saya? Lihat, perut sudah gendut, nafasngos-ngosan, mata tidak awas lagi. Saya sudah sejarah. Kekuatan saya habis.
NIKEN : Jadi, Abang tidak mau turun lagi kejalan memimpin kami?
WILUTA : Apa abang kuatir, kedudukan dan kekayaan abanf bisa
terganggu? Hidup abang sekarang memang sudah enak. Padahal ini semua hasil dari perjuangan abang, dulu, sebagai
demonstran, masa lupa? TOPAN
: Tenanglah sedikit… jangan paksa saya. NIKEN
: Lalu kemana lagi kami harus pergi? Kami tidak punya pemimpin, kami hanya punya semangat. Kami bergerak
kurang teratur. Kami ingin diatur oleh tokoh yang mampu menghadapi apa saja. Tokoh yang selalu ada di barisan paling
depan, tokoh yang dikenal sebagai Sang Topan. Abang. WILUTA
: Semua bekas ak tifis tidak mau memimpin kami.”babak 5
Pada dialog tersebut mengandung kontradiksi antagonis, kedua belah pihak sama-sama mempertahankan argumentasinya. Awal mula
sebuah perdebatan yang mengarah kepada pecahnya sebuah kesatuan. Karena dalam cerita ini Wiluta, Niken dan Jiran adalah mantan anak buah
Topan. Penjelasan singkat dari kedua pihak memberikan gambaran bahwa berikutnya akan ada perdebatan-perdebatan lain untuk memaksa Topan
kembali turun ke jalan. Disini juga menggambarkan sosok karakter aktifis yang arogan dan keras kepala.
Berikutnya, dialog lanjutan pada babak ke 5, yaitu :
“NIKEN : Alat musyawarah itu selalu satu arah. Dari penguasa. Dan
mufakat adalah perintah. Rakyat tidak diberi hak untuk brmusyawarah, mereka hanya wajib menjalankan perintah.
Siapa berani melawan arah penguasa dan perintah pejabat? Rakyat?
118
TOPAN : Siapa rakyat? Siapa mereka itu? Apa kalian benar-benar tahu
apa yang mereka inginkan? Bilang sama saya Siapa Rakyat? BILANG
NIKEN : Rakyat adalah…
TOPAN : Ya siapa mereka?
NIKEN : Rakyat adalah…
TOPAN : Kalian tidak tahu siapa rakyat. Bagaimana bisa berjuang
kalau kalian tidak tahu untuk apa? Untuk siapa? Yang kalian rasa, belum tentu dirasakan oleh semua orang. Kalian rakyat,
mereka yang digusur juga rakyat, orang miskin dan orang kaya itu
– rakyat, saya rakyat, bahkan para pejabat juga rakyat. Tapi siapa rakyat sejati, itu yang harus kalian cari. Kalian terlalu
percaya unjuk rasa itu satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Padahal seringkali sebaliknya.
JIRAN : Interogasi? Indoktrinisasi? Intimidasi? Kami mendatangi
gedung DPR bersama para petani yang resah karena sawah mereka akan dibikin jadi apartemen dan padang golf. Kami
ingin bertanya, mengapa ada rencana macam itu. Dan mengapa ganti rugi yang ditawarkan sangat rendah. Semester
tanah, dihargai sama dengan sekilo ubi kayu. Tapi, orag-orang desa itu dihadang dengan kekerasan. Dan abang tahu, tidak
satu Koran pun yang berai memuat beritanya. Dan abang pasti bisa mendugamengapa justru pers ketakutan. Derita petani itu
menjadi sangat penting.” babak 5
Pada adegan kali ini lebih menonjolkan kepada Jiran yang awal kemunculannyua lebih banyak sebagai pengikut dari Wiluta dan Niken.
Kali ini Jiran menyerukan suaranya untuk mengajak sang Topan Turun ke jalan. Tersampaikan juga secara implisit sebuah penjelasan mengenai
kondisi birokrasi yang tidak memihak rakyat kecil, pada dialog terakhir Jiran dijadikan sebuah perkenalan untuk memasuki babak konflik dengan
warna lain dari isu-isu yang diangkat pada cerita ini. Sejauh ini kemajemukan sebuah isu yang disampaikan menambah exitment baru
untuk berimajinasi apa yang selanjutnya akan terjadi.
119
Kemudian ada dialog yang keberadaannya hanya sebagai pengenalan dan tokoh-tokoh dalam adegan ini sebagai media untuk
memunculkan trigger pada babak konflik. Berikut dialognya :
“MANTAN-1 : Jangan jadi direktur, apalagi direktur utama. Atau yang sifatnya berhubungan dengan tugas-tugas persahaan.
Komisaris, apa lagi komisaris utama. Bahaya. Jadi apa saja asal di luar perusahaan. Tapi yang penting, kita berkuasa. Ada
hukumnya. Bisa dicarikan. Penting dan berkuasa, tapi harus selalu berada di luar perusahan.
MANTAN-3 : Penting dan berkuasa.
MANTAN-1 : Jika duitnya datang dari pemerintah, ah itu bagus. Kita semua
akan mengurusnya disini. Di komisi. Uang dari pemerintah bisa langsung dilipatgandakan, dengan berbagai cara. Nah,
disitu kita main. MANTAN-6
: Nopp nopo tokorogo somoto MANTAN-7
: Cici kili piti himiti jiji MANTAN-6
: Qolomojo totologo kolojo MANTAN-5
: Ah, paham saya, paham. Kita terima segala tapi diluar perusahaan.
MANTAN-4 : Hal-hal yang seperti itu apa bisa diatur?
MANTAN-1 : Bisa, bisa. Kita yang akan mengaturnya di komisi. Nanti
akan diurus oleh yang memang sering menangani perusahaan. Uang itu pasti akan dipencar dan disebar. Dan ingat, jangan
sampai ada kwitansi atau bukti yang bisa membuat kita punya hubungan dengan perusahaan. Tanpa kwitansi, tanpa bukti
pengeluaran. MANTAN-2
: Caranya? MANTAN-1
: Ah, pakai tanya-tanya. Pasti tahu semua diatur. Tanya saja yang sama Pak Ketua. Pasti dia sudah tahu bagaimana
mengaturnya. MANTAN-2
: Heheh, saya kira ada cara lain. Kalau begitu, kita semua tahu. MANTAN-3
: Penting dan berkuasa, ini yang utama. MUNCUL PEJABAT-T, BUJOK, TOPAN, BUNGA DAN
PENATA RAMBUT PEJABAT-T
: Sang Topan tokoh sepanjang masa. Legenda hidup dari zaman perjuangan menumbangkan tirani yang sangat tiran it.
Luar bisaa. Anda sama sekali tidak berubah. Semua sama,
120
masih seperti dulu. Tubuh atletis. Gaya tetap garang. Apa kabar?
TOPAN : Baik, Jendral.
PEJABAT-T : Bunga, apa kabar?
BUNGA : Baik, Jendral.
PEJABAT-T : Perkenalkan, Bujok. Sahabat saya. Di rumah, dia ini sudah
seperti family. MEREKA BERSALAMAN Ah, keadaan ini sudah harus segera diubah. Tidak bisa kita kita biarkan terus
begini. Suasananya berengsek. Yang kacau malah dibiarkan merajalela. harus ada perubahan.
TOPAN : Perubahan, Jendral?
BUJOK : Perubahan yang mendasar.
PEJABAT-T : Betul. Perubahan mendasar. Dari segala sisi. Bagaimana bisa
dibilang mereka seakan-akan tengah menanggulangi persoalan? Urusan yang menyangkut korupsi Proyek olahraga
itu saja susah, sulit ditangani. Masih mulur-mungkret. Tersangka, seperti sembunyi di mana-mana. Urusan yang
menyangkut korupsi kader partai, kok didiamkan. Nah, bahkan bank yang menangani utang sekian triliyun itu pun, malah
dibiarkan beku begitu saja. Lenyap BUJOK
: Harus ada perubahan. Hanya partai, jawabannya PEJABAT-T
: Betul, ada perubahan. Partai. Saya sudah bilang, urusan seperti ini, memang harus ada yang nekad bertindak. Jangan
dikira semua bisa ditangani dengan omongan doang. Tindakan. Itu perlu. Dikiranya segala urusan bisa ditangani
dengan membikin lagu-lagu. Harusnya ditanggulangi dengan berbagai cara, eh, dia malah bikin konser.
BUJOK : Betul. Dan lihatlah para calo pejabat itu. Ketika mau diplih
rakyat, mereka pasang foto di jalanan. Siapa yang lihat? Semua orang takut karena wajah mereka ternyata… mereka
bukan pemimpin. Rasanya, siapapun menghambat jalannya revolusi, harus dihukum.
PEJABAT-T : Betul. Setuju. Tapi bagaimana mungkin dihukum? Mereka
masih bersembunyi dibawah payung partai. Semua seakan dilindungi.
BUJOK : Partai kita harus berkuasa. Untuk menandingi partai tempat
kumpulnya orang-orang yang korupsi. Ya, Jendral, partai kita. Jika cuman itu itu satu-satunya jalan, kenapa tidak?
Kekuasaan
121
PEJABAT-T : Selalu itu saja yang dipikirkan, partai, partai Memangnya
gampang? Lihat, berapa partai yang sekarang di negeri kita? Banyak sekali. Partai, bukan tindakan cerdas. Kecuali, kalau
sangat terpaksa. TOPAN
: Partai apa pun, malah bisa membikin perkelahian baru. Untuk kita, saya lebih setuju jika ada dua atau tiga partai saja.
PEJABAT-T : Ya, ya, itu pandangan Bujok. Namanya juga pandangan?
Benar atau tidak, kita bisa lihat nanti, ya`kan? Dan saya sudah bikin partai
BUJOK : Harus ada yang menandingi. Pikiran harus diubah.” babak
11
Dari dialog pada babak ke 11 tersebut, dapat peneliti jelaskan bahwa penampilan para Mantan Demonstran hanya sebagai pelengkap dari
rangkaian-rangkaian peristiwa supaya lebih berwarna. Adegan ini lebih bertujuan sebagai pemicu konflik yang akan terjadi di babak berikutnya.
Dapat dilihat dari dialog Pejabat T dengan topan mengenai perubahan yang hanya dapat dialakukan melalui aktifitas di partai politik. Bujok yang
sebagai ajudan sang calon presiden hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Pejabat T tidak jarang juga sesekali memberi opininya, begitupun
Bunga yang sepanjang adegan pada babak ini tidak banyak memiliki percakapan penting. Hanya sebagai pendamping Topan suaminya.
Itu adalah beberpa cuplikan dialog yang mengambarkan sebuah perkenalan di babak pertama dalam term semantik. Peneliti menambahkan
improvisasi dengan memberi serta protatis sebagai eksposisi. Sehingga menjabarkan secara spesifik apa yang sebenarnya yang terkandung ada
pada babak pertama. Protatis memberikan pendapat imbuhan yang masih sesuai dengan pattern semantik.
122
2. Konflik