0,2, teras tradisional 0,4 dan pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur 0,75 sedangkan pada tanaman jagung Zea mays menggunakan teknik
konservasi strip tanaman dengan kontur 0,2 dan pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur 0,75 seperti pada Lampiran 43, 52, 61. Hal ini menunjukkan
masih minimnya tindakan konservasi untuk mencegah terjadinya erosi. Faktor tanaman dan pengelolaan lahan merupakan faktor erosi tanah yang
paling mungkin dikelola untuk menurunkan atau memperkecil laju erosi pada suatu lahan. Karena kedua faktor ini merupakan hal yang mudah untuk dilakukan dirubah
terutama dalam
menyesuaikan dengan
kemampuan suatu
lahan dalam
pengelolaannya. Dengan kata lain faktor tanaman dan teknik pengelolaan tanah bisa disesuaikan dengan kemampuan lahan jika diketahui seberapa besar pengaruh faktor
erodibilitas tanah kepekaan tanah terhadap erosi dan faktor erosivitas hujan.
4.3. Pengukuran Laju Prediksi Erosi
4.3.1. Erosi Prediksi
Hasil penghitungan erosi menggunakan persamaan USLE pada lima jenis penggunaan lahan di kawasan Sub DAS Lau Biang dari 22 titik pengamatan pada
lahan dengan kemiringan lereng 34-37, diperoleh hasil untuk penggunaan lahan hutan antara 15,45 – 68,49 tonha.thn, pada lahan agroforestri antara 99,63 – 298,37
tonha.thn, pada lahan tanaman jagung Zea mays 63,49 – 316,05 tonha.thn, pada lahan tanaman jeruk manis Citrus sinensis antara 86,37 – 609,86 tonha.thn dan
pada lahan tanaman kopi arabika Coffea arabica antara 109,76 – 688,61
Universitas Sumatera Utara
tonha.thn, disajikan pada Lampiran 26, 35, 44, 53, 62. Perhitungan nilai erosi prediksi A setiap penggunaan lahan.
Tabel 13. Rataan Besarnya Erosi Prediksi di Sub DAS Lau Biang Kawasan Hulu DAS Wampu pada Kemiringan Lereng 34-37
No. Jenis Penggunaan Lahan
Rataan Erosi tonha.thn
1 Hutan sekunder
36,07 2
Sistem Agroforestri 182,75
3 Jagung Zea mays
168,95 4
Jeruk Manis Citrus sinensis 335,95
5 Kopi Arabika Coffea arabica
344,08
Sumber: Hasil Penghitungan Menggunakan Data Primer Pengukuran Lapangan 2009.
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa rataan erosi terbesar terjadi pada pertanaman kopi arabika Coffea arabica sebasar 344,08 tonha.thn diikuti
kemudian pada pertanaman jeruk manis Citrus sinensis sebesar 335,95 tonha.thn, Agroforestri 182,75 tonha.thn, jagung Zea mays sebesar 168,95 tonha.thn dan
terkecil pada kawasan hutan sekunder sebesar 36,07 tonha.thn. Rataan erosi terkecil yang terjadi pada lahan yang digunakan untuk pertanaman jagung yang justru
lebih kecil dibandingkan pada lahan yang digunakan untuk sistem pertanaman campuran hutan dan tanaman pertanian sistem agroforestri. Kisaran besarnya erosi
di Sub DAS Lau Biang, sebagaimana tertera pada Tabel 13 lebih kurang sama dengan erosi yang terjadi di Sub DAS Sumani Solok Sumatera Barat. Saidi 2001
melaporkan bahwa erosi yang terjadi di Sub DAS Sumani, pada lima Sub-Sub DAS yang ditelitinya yaitu Sub-sub DAS Lembang, Gawan, Aripan, Imang, dan Sumani,
berkisar antara 141,94 tonha.thn hingga 436,7 tonha.thn.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan dan selisih besarnya erosi dari masing-masing jenis penggunaan lahan cukup mencolok terutama antara erosi pada penggunaan lahan hutan sekunder
dengan erosi yang terjadi pada jenis penggunaan lainnya, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Selisih Rataan Erosi tonha.thn dari Masing-masing Jenis Penggunaan Lahan di Sub DAS Lau Biang pada Kemiringan
Lereng 34-37
No. Antar Jenis Penggunaan Lahan
Selisih Erosi
1. Agroforestry dengan Hutan
146,68 2.
Jagung Zea mays dengan Hutan 132,88
3. Jeruk manis Citrus sinensis dengan Hutan
299,88 4.
Kopi arabika Coffea arabica dengan Hutan 308,01
5. Agroforestry dengan Jagung Zea mays
13,78 6.
Jeruk manis Citrus sinensis dengan Agroforestry 153,21
7. Kopi arabika Coffea arabica dengan Agroforestry
161,33 8.
Kopi arabika Coffea arabica dengan Jagung Zea mays 175,11
9. Jeruk manis Citrus sinensis dengan Jagung Zea mays
166,98 10.
Kopi arabika
Coffea arabica
dengan Jeruk manis
Citrus sinensis
8,12
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa rataan erosi yang terjadi pada sistem agroforestry, pertanaman jagung Zea mays, jeruk manis Citrus sinensis dan kopi
arabika Coffea arabica lebih besar selisihnya dibandingkan rataan erosi pada sistem hutan selisihnya 132,88 – 308,01 tonha.thn. Dari Tabel 14 dapat pula diketahui
bahwa erosi yang terjadi pada sistem agroforestri dan pertanaman jagung Zea mays serta erosi yang terjadi pada pertanaman kopi arabika Coffea arabica dan jeruk
manis Citrus sinensis selisihnya tidak begitu besar, meskipun erosi yang terjadi pada sistem agroforestri lebih besar dari erosi yang terjadi pada pertanaman jagung
Universitas Sumatera Utara
Zea mays dengan selisih 13,78 tohathn dan erosi yang terjadi pada pertanaman kopi arabika Coffea arabica lebih besar dari erosi yang terjadi pada pertanaman
jeruk manis Citrus sinensis dengan selisih 8,12 tonha.thn. Selanjutnya dapat diketahui bahwa erosi pada pertanaman jeruk manis Citrus
sinensis dan kopi arabika Coffea arabica selisihnya lebih besar bila dibandingkan dengan erosi yang terjadi pada sistem agroforestri dan pertanaman jagung Zea mays
dengan selisih berkisar antara 153,21 – 175,11 tonha.thn Tabel 14. Besarnya rataan erosi yang terjadi pada masing-masing penggunaan lahan
di Sub DAS Lau Biang ini dapat saja terjadi karena kajian erosi ini dilakukan pada lahan dengan kemiringan lereng yang tergolong curam 26-40 atau persisnya pada
kemiringan lereng 34 hingga 37. Namun demikian, erosi yang terjadi pada hutan sekunder di lokasi kajian ini sebesar 36,07 tonha.thn Tabel 13 masih lebih kecil
dibandingkan erosi yang terjadi pada hutan sekunder dengan komponen utama pinus dan rumput pakan alami di Sub DAS Cikapundung Bandung Utara sebesar 126,71
tonha.thn, sedangkan pada hutan sekunder dengan komponen utama pinus dan rumput pakan ternak sebesar 289,51 tonha.thn Sutrisna dan Sitorus, 2009.
Dibandingkan dengan erosi yang terjadi pada kawasan hutan di DTA Waduk Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, erosi yang terjadi pada kawasan hutan
di Sub DAS Lau Biang 36,07 tonha.thn ini masih sama dan bahkan lebih kecil. Ariyanto, Sunarminto, dan Shiddieq 2008 melaporkan bahwa erosi pada hutan yang
tidak terusik di DTA Waduk Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sebesar 34,2
Universitas Sumatera Utara
tonha.thn sementara erosi pada hutan yang terusik di kawasan yang sama sebesar 65,9 tonha.thn.
Sebelumnya, Sukresno 1993 juga melaporkan bahwa erosi yang terjadi di kawasan hutan Waduk Gajah Mungkur di hulu DAS Bengawan Solo sebesar 82,2
tonha.thn, sedangkan pada lahan pekarangan yang merupakan kebun campuran erosinya sebesar 138 tonha.thn dan pada lahan tegalan yang ditanami tanaman
semusim padi gogo, jagung, kedele, kacang tanah dan ketela pohon di sekitar Waduk Gajah Mungkur tersebut erosinya berkisar antara 211,5-729,4 tonha.thn.
Tingginya erosi yang terjadi pada sistem agroforestri yang masih lebih tinggi dibandingkan pada pertanaman jagung Zea mays, hal ini dapat terjadi karena sistem
agroforestri yang terdapat di wilayah ini merupakan sistem agroforestri yang belum sepenuhnya bertujuan untuk perlindungan proteksi terhadap degradasi lahan
lingkungan terutama dalam mengendalikan erosi. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa sistem agroforestri di wilayah ini masih bersifat tradisional atau
subsistem yang terjadi karena tidak disengaja ataupun karena ada bagian lahan yang tidak dapat digunakan untuk pertanaman tanaman semusim sehingga ditanami
tanaman pohon atau pada lahan bekas hutan yang sebagian pepohonannya diganti untuk tanaman pertanian.
Namun demikian, rerata besarnya erosi yang terjadi pada sistem agroforestri di lokasi kajian tersebut sebesar 182,75 tonha.thn Tabel 13 atau pada kisaran
99,63-298,37 tonha.thn Lampiran 35, tidak jauh berbeda dengan erosi yang terjadi pada sistem agroforestri atau kebun campuran di Sub DAS Cibogo DAS
Universitas Sumatera Utara
Ciliwung sebesar 71-197 tonha.thn dan di Sub DAS Cigadog DAS Ciliwung sebesar 65-170 tonha.thn Pawitan dan Sinukaban, 2007. Rauf 2004 juga
mendapatkan bahwa erosi yang terjadi pada sistem agroforestri di kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Leuser TNGL, terutama pada tipe
agrosilvikultur dengan kemiringan lereng 30-40 berkisar antara 47,00-262,17 tonha.thn atau rata-rata sebesar 136,79 tonha.thn. Sistem agroforestri yang dapat
menekan laju erosi menjadi rata-rata sebesar 79,84 di kawasan penyangga TNGL adalah sistem agroforestri dengan tipe agrosilvopastural yang merupakan kombinasi
antara pepohonan hutan dengan tanaman pertanian dan rumput pakan ternak di lahan selanya.
Besarnya erosi pada pertanaman jagung Zea mays di lokasi kajian yang berkisar antara 63,5-316,1 tonhatahun Lampiran 44 atau rerata 168,95 tonha.thn
Tabel 13 tersebut masih lebih kecil bila dibandingkan dengan erosi pada pertanaman jagung hasil penelitian Sinukaban 2007. Pada penelitian pengaruh
pengolahan tanah konservasi dan pemberian mulsa jerami terhadap produksi tanaman pangan dan erosi hara di kebun percobaan konservasi tanah dan air IPB Bogor,
Sinukaban 2007 mendapatkan bahwa erosi pada pola pertanaman kacang tanah- jagung yang diperlakukan dengan tanpa mulsa sebesar 916 tonha.thn, sementara
yang diberi mulsa jerami sebanyak 30, 60 dan 90 menyebabkan erosi masing- masing sebesar 602 tonha.thn, 408 tonha.thn, dan 391 tonha.thn. Coster dalam
Arsyad 2006 juga mendapatkan erosi yang tinggi sebesar 345 tonha.thn pada lahan alang-alang yang diolah dan ditanami jagung-kacang tanah.
Universitas Sumatera Utara
Supangat dan Savitri 2001 juga mendapatkan bahwa erosi yang terjadi di lahan tegalan yang ditanami jagung di DAS Surakarta, tepatnya di DAS Mikro
Dukuh Kebondalem Desa Sukorejo dan Mojosari Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, sebesar 188,91 tonha.thn yang masih lebih besar bila
dibandingkan erosi yang terjadi pada lahan pertanaman jagung di lokasi kajian Sub DAS Lau Biang ini dengan rata-rata sebesar 168,95 tonha.thn Tabel 13.
Rerata erosi yang terjadi pada pertanaman kopi arabika Coffea arabica di lokasi kajian sebesar 344,08 tonha.thn tidak berbeda jauh dengan rerata erosi
pada pertanaman jeruk manis sebesar 335,95 tonha.thn Tabel 13 hal tersebut lebih kurang sama dengan erosi yang terjadi pada perkebunan rakyat di Sub DAS Simbelin
Kabupaten Dairi Sumatera Utara, sebagaimana dilaporkan oleh Idris 2005 sebesar 320,2 tonha.thn. Selanjutnya Sutrisna dan Sitorus 2009 melaporkan bahwa ladang
atau perkebunan campuran berbasis tanaman kopi di Sub DAS Cikapundung Kawasan Bandung Utara menyebabkan erosi antara 141,23 tonha.thn hingga
203,45 tonha.thn. Besarnya erosi yang terjadi di lahan pertanaman jeruk manis Citrus sinensis
dan kopi arabika Coffea arabica ini dapat terjadi karena seperti telah diuraikan di atas, pertanaman kopi arabika Coffea arabica dan jeruk manis Citrus sinensis
di lokasi kajian pada lahan dengan kemiringan lereng 34-37 curam tersebut belum sepenuhnya menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang efektif. Lahan sela
pada lahan kopi arabika Coffea arabica dan jeruk manis Citrus sinensis dewasa tanaman menghasilkan ini cenderung bersih dan bahkan sebagian ditanami tanaman
Universitas Sumatera Utara
semusim sayuran. Teras yang adapun masih merupakan teras tradisional yang belum sepenuhnya mengikuti garis kontur sehingga justru dapat lebih meningkatkan
erosi. Sistem pertanaman pada lahan miring curam seperti ini seharusnya disertai tindakan konservasi tanah yang efektif seperti pembuatan teras bangku sejajar garis
kontur yang diperkuat dengan strip rumput pada bibir teras Arsyad, 2006; Sinukaban, Suwardjo, dan Barus, 2007.
4.4. Laju Erosi Ditoleransikan T