II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor
tersebut mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang FAO. 1975, dalam
Arsyad, 1989. Penggunaan lahan land use dapat diartikan sebagai campur tangan manusia
terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual Arsyad, 1989, Talkurputra, et.al.
1996. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar,
yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam
penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan,
kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa pemukiman,
industri, rekreasi dan sebagainya Arsyad, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang dilakukan Suharto 1994 tentang optimalisasi alokasi penggunaan lahan di DAS Solo Hulu, Jawa Tengah, ditinjau dari segi erosi,
sedimentasi, dan debit menunjukkan erosi yang terbesar terjadi pada penggunan lahan tegalan buruk, kemudian diikuti oleh lahan pekarangan, lahan tegalan
baik, lahan hutan, dan yang paling rendah lahan sawah. Limpasan permukaan dan sedimentasi yang terjadi pada tiap sub DAS didominasi oleh penggunaan lahan
tegalan buruk. Kekritisan lahan yang termasuk tingkat kekritisan berat juga terjadi pada penggunaan lahan tegalan buruk.
2.1.2. Pengertian DAS
Daerah aliran sungai DAS dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai drainage area atau catchment area atau river basin atau
watershed. DAS ialah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan ke sungai atau danau, dan akhirnya ke laut. Kawasan itu dipisahkan dengan kawasan lainnya oleh
pemisah topografis, yaitu punggung bukit dan keadaan geologi terutama formasi batuan. Suatu DAS yang sangat luas terdiri atas beberapa sub-DAS dan
masing-masing sub-DAS terdiri atas beberapa sub-sub DAS. Bentuk DAS berbeda-beda dan masing-masing mempunyai sifat-sifat
yang berlainan. Bentuk-bentuk tersebut adalah: DAS berbentuk bulu burung. DAS berbentuk paralel, DAS berbentuk radial kipas atau lingkaran, dan DAS berbentuk
gabungan atau kompleks. Bentuknya merupakan campuran dari beberapa
Universitas Sumatera Utara
bentuk DAS Sosrodarsono dan Takeda, 1977, dalam Asdak, 2002. Soejono Paembonan 1982, dalam Dradjad, 1990 mengatakan DAS adalah
suatu ekosistem dengan unsur-unsur utamanya adalah vegetasi, tanah, air, dan manusia yang mempunyai hubungan saling mempengaruhi dalam suatu
keseimbangan dinamik. Vegetasi, tanah dan air merupakan unsur-unsur yang perlu didayagunakan dengan sebaik-b a i k n y a , a g a r d a p a t m e m e n u h i
k e b u t u h a n m a n u s i a s e c a r a berk esi nambun gan. M an usi a berp eran seb agai p elaku di dal am pend a yagu naan u nsu r-unsu r ters eb ut.
Pengelolaan DAS perlu dilakukan agar daerah tersebut secara keseluruhan dapat berperan atau memberikan manfaat sebesar-besarnya secara
lest ari bagi m anus ia dal am mem enuhi k ebu tuh an hi dup dan kehidupan serta kesejahteraannya. Hal itu berarti bahwa untuk menangani suatu DAS, perlu
memandang DAS sebagai suatu sistem. De n g a n d e m i k i a n m e l a l u i p e n g e l o l a a n D A S ya n g t e r p a d u
pendekatan holistik antara daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir dapat diketahui keadaan erosi yang terjadi pada suatu wilayah akibat dari penggunaan lahan
yang ada present land use, apakah erosi yang terjadi sudah membahayakan atau masih dalam batas yang dapat dibiarkan Sinukaban, 1986; Manik, et al, 1997;
Asdak, 2002.
2.1.3. Kebijakan Umum Pengelolaan DAS