teras tradisional ini dalam penggunaan pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik lebih sedikit dibandingkan kedua perlakuan lainnya, hal ini sesuai dengan pendapat
Sinukaban, dkk., 2007 yang menyatakan bahwa perlakuan terassering selain dapat mengendalikan erosi tanah juga dapat menghemat penggunaan pupuk karena dapat
menekan terjadinya pencucian hara dan penghanyutan bahan organik dari lereng atas ke lereng bagian bawah.
4.7.5. Lahan Pertanaman Kopi Arabika Coffea arabica
Budidaya tanaman kopi arabika Coffea arabica di lokasi kajian didominasi oleh jenis kopi arabika Coffea arabica. Sistem pertanaman kopi arabika Coffea
arabica di wilayah ini umumnya diawali dengan sistem pertanaman campuran pada tanaman mudanya dengan tanaman sayuran dan berangsur-angsur menjadi
pertanaman monokultur setelah tanaman kopi arabika Coffea arabica dewasa. Lokasi kajian dilakukan pada pertanaman kopi arabika Coffea arabica dewasa atau
tanaman menghasilkan berumur diantara 4-6 tahun dengan jarak tanam 3 x 3 meter, dan karena alasan pemeliharaan buah dan memudahkan panen, maka lahan sela
umumnya bersih dari rerumputan gulma. Lahan pertanaman kopi arabika Coffea arabica yang menjadi objek kajian juga dipilih yang berada pada kemiringan lereng
34-37. Teknik konservasi pada pertanaman kopi arabika Coffea arabica
menggunakan teknik konservasi strip tanaman menurut garis kontur yang disertai dengan pengolahan tanah, strip tanaman sejajar kontur tanpa olah tanah, dan teras
tradisional. Pada strip tanaman menurut garis kontur yang disertai dengan
Universitas Sumatera Utara
pengolahan tanah mrenyebabkan erosi sebesar 403,93 tonha.thn lebih besar dari strip tanaman sejajar kontur tanpa olah tanah sebesar 336,85 tonha.thn, dan teras
tradisional sebesar 380,85 tonha.thn sebagaimana tertera pada Tabel 21.
Tabel 21. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah terhadap Erosi pada Pertanaman Kopi Arabika Coffea arabica di Sub DAS Lau Biang
Jarak Tanam
No. Teknik Konservasi Tanah
Erosi tonha.thn
1. Strip tanaman sejajar kontur tanpa
olah tanah 336,85
3 m x 3 m 2.
3. Pengolahan dan penanaman menurut
garis kontur Teras tradisional
403,93 380.85
3 m x 3 m 3 m x 3 m
Sumber: Hasil Penghitungan Menggunakan Data Primer Pengukuran Lapangan dan Olahan Statistik SPSS.
Dapat dilihat dari data di atas bahwa pada tiap-tiap penggunaan lahan dari berbagai tipe tanaman yang ada pada waktu dilaksanakan penelitian bahwa erosi yang
terjadi sangat berbeda, walaupun menggunakan faktor-faktor yang sama seperti faktor erosivitas hujan R, faktor erodibilitas tanah K, panjang lereng L, kemiringan
lereng S, yang membedakan dari prediksi erosi yang dilakukan hanyalah faktor pengolahan tanah dan penutup tanah C dan faktor teknik konservasi tanah P.
Seperti telah diuraian di atas bahwa erosi yang pada tanaman kopi arabika Coffea arabica sebesar 344,08 tonha.thn dan jeruk manis Citrus sinensis sebesar 335,95
tonha.thn lebih besar dari agroforestri sebesar 182,75 tonha.thn dan tanaman jagung Zea mays sebesar 168,95 tonha.thn serta hutan sebesar 36,07 tonha.thn.
Universitas Sumatera Utara
Pada tanaman kopi arabika Coffea arabica dan jeruk manis Citrus sinensis lebih besar erosinya, hal ini disebabkan oleh karena pada kedua tanaman ini teknik
konservasi yang digunakan sangat minim. Tipe konservasi lahan yang digunakan adalah strip tanaman dengan kontur, teras tradisional dan pengolahan tanah dengan
penanaman menurut kontur. Minimnya teknik konservasi yang diterapkan, akan sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi tanah A yang akan terjadi. Sedangkan
kemiringan lahan S di kategorikan agak curam hingga curam, sesuai dengan kemiringan lereng yang diukur saat pengambilan sampel tanah dan pengukuran
permeabilitas tanah. Pada saat pengukuran dan pengamatan teknik konservasi yang dilakukan pada lahan tanaman jeruk manis Citrus sinensis, dan kopi arabika Coffea
arabica yang memiliki postur tanaman yang tinggi antara 2-3,5 meter. Dan kondisi permukaan tanah ditutupi dengan sedikit seresah. Tipe teknik konservasi yang
diterapkan secara umum di lahan tamanan jeruk manis Citrus sinensis dan kopi arabika Coffea arabica di kawasan sub DAS Lau Biang adalah strip tanaman
dengan kontur, teras tradisional dan pengolahan tanah serta penanaman menurut kontur. Ketiga teknik konservasi yang diterapkan di lahan tanaman jeruk manis
Citrus sinensis dan kopi arabika Coffea arabica juga belum seutuhnya menurunkan laju erosi tanah jika dilihat dari koefisien teknik konservasi tersebut.
Teknik konservasi yang diterapkan belum mampu mengimbangi besarnya nilai faktor topografi, sehingga erosi tanah masih sangat potensial terjadi dengan jumlah yang
besar, walaupun sudah mulai ada pembuatan-pembuatan teras tradisional dan jarak tanam yang jarang sehingga tajuk yang ada agak jarang juga ditambah lagi lahan
Universitas Sumatera Utara
bawahvegetasi penutup tanah yang bersih hampir tidak ada serasah tanaman sehingga air larian kurang begitu tertahan.
Bila dibandingkan dengan sistem agroforestri, yang sebenarnya merupakan salah satu teknik konservasi tanah dan air, keberadaannya di lokasi kajian belum
dapat mengendalikan erosi ke tingkat yang tidak membahayakan, bahkan erosi yang terjadi masih jauh di atas erosi yang ditoleransikan. Hal ini karena pada sistem
agroforestri ini belum menerapkan kaidah sistem agroforestri itu sendiri dengan baik masih sekedar kombinasi antara tanaman hutan dengan pertanian tetapi teknik
penempatan tanaman itu sendiri belum sepenuhnya berorientasi pada pencegahan pengendalian erosi. Seharusnya pertanaman diatur sedemikian rupa sehingga tanaman
pohon atau tanaman non pertanian berfungsi sebagai tanaman pagar yang ditanam sejajar kontur dan diantara tanaman pagar ditanam tanaman pertanian yang juga gulu
dan barisan tanamannya dibuat sejajar kontur. Pada tanaman jagung Zea mays tingkat erosinya lebih rendah. Hal ini
disebabkan penanamannya dilakukan dengan jarak yang rapat sekitar 50 cm x 35 cm, teknik konservasi tanah dan yang dijumpai di lahan tanaman jagung Zea mays
adalah strip tanaman dengan kontur dan pengolahan lahan dengan penanaman menurut kontur dan tidak ada dilakukan penyiangan rumputgulma dikendalikan
dengan herbisida, tanah tertutup vegetasi yang rapat, sehingga dapat memperlambat limpasan dan juga menghambat pengangkutan partikel tanah. Kedua teknik
konservasi tanah dan air yang diterapkan ini sangat umum dijumpai di seluruh
Universitas Sumatera Utara
kawasan sub DAS Lau Biang. Kondisi tersebut menyebabkan erosi pada tanaman jagung lebih kecil dari pada sistem tanaman lainnya.
Hutan sudah tentu erosinya lebih kecil dari penggunaan lahan lainnya, hal ini disebabkan pengelolaan lahan pada hutan memang tidak ada tetapi tanaman bawah
yang masih rapat dan lebat ditambah dengan serasah yang masih tebal menyebabkan erosi relatif kecil.
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik konservasi yang diterapkan di Sub DAS Lau Biang masih terbatas pada
Strip tanaman sejajar kontur dengan tanpa olah tanah, penanaman menurut garis kontur dengan pengolahan tanah dan teras tradisional.
2. Erosi terkecil terjadi pada kawasan hutan sebesar 36,07 tonha.thn diikuti
kemudian pada perataman jagung Zeamys-l 168,95 tonha.thn, agroforestri 182,75 tonha.thn, jeruk manis Citrus-sinensis 335,95 tonha.thn dan
terbesar pada kopi arabika Coffea arabica 344,08 tonha.thn. 3.
Teknik konservasi tanah yang dapat mengendalikan erosi paling kecil pada semua komoditi yang diteliti adalah strip tanaman sejajar kontur dengan tanpa
pengolahan tanah sedangkan erosi terbesar terjadi pada teknik penanaman menurut garis kontur tetapi dengan pengolahan tanah.
4. Rataan erosi yang ditoleransikan pada berbagai jenis penggunaan lahan di Sub
DAS Lau Biang berkisar antara 23,36 tonha.thn pada kawasan hutan hingga 27,76 tonha.thn pada tanaman jeruk manis.
5. Tingkat Bahaya Erosi TBE terendah terjadi pada kawasan hutan tergolong
sedang diikuti kemudian oleh sistem agroforestri dan pertanaman jagung
Universitas Sumatera Utara