Haryati, Abdurachman, dan Setiani 1993 mendapatkan bahwa sistem pertanaman lorong alley cropping di Ungaran Semarang Jawa Tengah antara
tanaman pangan, tahunan, dan pakan ternak dengan tanaman Flemingia conesta, Tephrosia candida, Calliandra sp, dan Vetiveria zizanoides sebagai tanaman
lorongnya, dapat menekan erosi menjadi hanya berkisar antara 0,0-18,2 tonha.thn yang jauh lebih rendah dibandingkan erosi yang terjadi pada perlakuan kontrol tanpa
tanaman lorong sebesar 63,9-133,7 tonha.thn.
4.7. Penerapan Teknik Konservasi Lahan P dan Vegetasi C di Berbagai
Tipe Penggunaan Lahan Di Sub DAS Lau Biang
Sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu bahwa kajian tingkat bahaya erosi di Sub DAS Lau Biang ini dilakukan pada jenis penggunaan lahan untuk hutan,
untuk sistem agroforestri, untuk pertanaman jagung, untuk pertanaman kopi arabika Coffea arabica dan untuk pertanaman jeruk manis. Kondisi setiap objek jenis
penggunaan lahan kajian ini yang meliputi struktur, komposisi, agroteknologi, dan hal lain yang terkait diuraikan berikut ini.
4.7.1. Lahan Hutan
Kawasan sub DAS Lau Biang yang memiliki luas hutan belukar hanya berkisar 985,451 ha, atau sekitar 1,05 dari total Sub DAS Lau Biang. Sedangkan
lahan keringnya atau areal pertaniannya justru lebih luas. Seharusnya Sub DAS Lau Biang merupakan kawasan konservasi DAS Wampu, karena terletak di bagian hulu
DAS Wampu. Namun kondisi saat ini di Sub Das Lau Biang sedemikian
Universitas Sumatera Utara
memprihatinkan, sehingga dapat dikatakan bahwa kawasan Sub Das Lau Biang bukan
lagi merupakan kawasan konservasi untuk DAS Wampu, terutama bagi bagian hilir.
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kawasan hutan yang menjadi objek kajian adalah hutan sekunder yang ada di wilayah Sub DAS Lau Biang yang
umumnya merupakan hutan buatan atau hutan meranggas yang telah diperkaya dengan tanaman hutan terutama pinus melalui program penghijauan dan atau
reboisasi. Dengan demikian, hutan yang terbentuk menyerupai hutan tanaman silvikultur, yaitu hutan dengan letak pepohonan yang seperti memiliki jarak
tanaman tertentu dan kebanyakan tanpa lapisan serasah lantai hutan sebagaimana layaknya hutan primer atau hutan virgin.
Sebagian hutan memiliki tegakan semak belukar dan rerumputan di bawah tegakan pepohonannya, dan sebagian lagi, terutama hutan dengan pepohonan tua
yang besar dan tinggi umumnya tidak memiliki tumbuhan bawah yang berarti. Pada lahan hutan tidak ada teknik konservasi. Secara umum hutan sekunder yang dijadikan
objek menjadi lokasi kajian berada pada kemiringan lereng 34-37 dengan struktur dan komponen sebagaimana disajikan pada Tabel 17.
Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa hutan sekunder di kawasan Sub DAS Lau Biang memiliki populasi tegakan berkisar antara 227-463 pohon per hektar
dengan jenis dan jumlah masing-masing jenis bervariasi antara 8-11 jenis pepohonan. Jenis pohon yang mendominasi hutan di daerah ini adalah Pinus Pinus merkusii,
mencapai 25-35 dari total populasi pepohonan dan terdapat pada semua kawasan hutan yang diamati. Jenis pohon yang umumnya juga terdapat pada setiap hutan yang
Universitas Sumatera Utara
diamati adalah Eucaliptus Eucaliptus delugpa, SurenIngul Tonna Sureni, Kaliandra Caliandra callothyrus, Bambu Asparagus coc, Beringin Ficus
benjamina, Aren Arenga piñata, dan Jati putih Gamelina – sp, sementara beberapa hutan ada yang tidak memiliki pohon Meranti Sorea – spp, Akasia
dekuren Acascia decuren, dan Bira Sorea – sp.
Tabel 17. Struktur dan Komposisi Hutan Sekunder di Sub DAS Lau Biang Kawasan Hulu DAS Wampu yang Menjadi Objek Kajian Rerata
dalam Setiap Hektar Hutan
Populasi No.
Jenis Pohon Diameter Batang
Setinggi Dada Cm
Pohon
1 Pinus Pinus merkusii
30-40 80-115
25-35 2
SurenIngul Tonna Sureni 20-30
70-80 17-31
3 Kaliandra Caliandra callothyrus
10-20 50-53
11-22 4
Bambu Asparagus coc 5-10
10-15 3-4
5 Eucaliptus Eucaliptus delugpa
40-60 5-70
2-15 6
Beringin Ficus benjamina 50-100
2-20 1-4
7 Jati putih Gamelina – sp
20-60 5-10
2-2 8
Aren Arenga piñata 30-50
5-10 2-2
9 Akasia dekuren Acascia decuren
10-15 0-40
0-9 10
Meranti Sorea – spp 20-30
0-30 0-6
11 Bira Sorea - sp
20-30 0-20
0-4 Jumlah
227-463 -
Ket.: Rumpun termasuk lilitan akar yang telah menyatu dengan batang utama
Sumber: Data Primer Hasil Pengamatan Lapangan 2009.
4.7.2. Lahan Sistem Agroforestri