tanah ini bertekstur dari lempung hingga debu dan mempunyai sifat kepekaan terhadap erosi yang besar, baik terhadap erosi air maupun erosi angin, nilai
b, dapat dilihat pada Lampiran 21, 30, 39, 48, 57. 4
Di setiap penggunaan lahan nilai laju permeabilitas cepat sampai dengan sangat cepat pada lahan hutan antara 183,53-424,62, pada lahan agroforestri
antara 144,29-433,33, pada lahan jagung Zea mays antara 94,2857- 327,6923, pada lahan jeruk manis Citrus sinensis antara 174,71-283,2, pada
lahan kopi arabika Coffea arabica antara 125,33-315,79, seperti tercantum dalam Lampiran 22, 31, 40, 49, 58. Permeabilitas merupakan kemampuan
tanah dalam melewatkan air. Nilai permeabilitas tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah.
Dari hasil pengamatan di lapangan dan penggunaan data permeabilitas tanah dalam prediksi erosi tanah, diperoleh bahwa pengaruh laju permeabilitas tanah
dengan kepekaan tanah terhadap erosi berbanding terbalik. Sehingga semakin tinggi laju permeabilitas, maka kepekaan tanah terhadap erosi semakin rendah.
4.2.3. Faktor Topografi LS
Ada dua hal yang mempengaruhi faktor topografi yakni kemiringan lereng S dan panjang lereng L. Nilai faktor topografi LS pada setiap penggunaan lahan
dapat dilihat pada Lampiran 24, 33, 42, 51, 60 dan Lampiran Gambar 6 Peta Lereng Kawasan Sub DAS Lau Biang BP-DAS WU, 2009.
Dari lampiran tersebut dapat dilihat bahwa kemiringan lereng pada setiap penggunaan lahan tanaman rata-rata di atas 32,68. Dengan kemiringan paling besar
Universitas Sumatera Utara
36,67, sedangkan yang terendah sebesar 26,79. Hal ini menunjukkan bahwa lereng tersebut merupakan lereng yang curam sehingga rentan terhadap bahaya erosi.
Sesuai dengan pernyataan Sinukaban 1986 yang menyebutkan bahwa selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar
kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke atas oleh
tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar.
Panjang lereng yang diamati di lapangan merupakan panjang lereng seragam yang memiliki kemiringan lereng yang sama di lapangan. Air yang mengalir
di permukaan tanah akan berkumpul di ujung lereng, dengan demikian lebih banyak air yang mengalir akan makin besar kecepatan di bagian bawahnya sehingga erosi
lebih besar pada bagian bawah, hal ini diakibatkan karena bertambahnya kecepatan aliran permukaan. Sehingga makin panjang lereng, makin tinggi potensial erosi yang
akan terjadi. Hal ini sesuai dengan Wischmeier and Smith 1978 yang menyatakan bahwa makin panjang lereng permukaan tanah, makin tinggi potensial erosi karena
akumulasi air aliran permukaan semakin tinggi. Kecepatan aliran permukaan makin tinggi mengakibatkan kapasitas penghancuran dan deposisi makin tinggi pula. Hal ini
sesuai dengan penyataan Suratman 2008, dengan lereng yang terjal pada bagian- bagian tertentu suatu lahan sangat riskan terhadap bahaya erosi. Karena lereng 5
merupakan lereng yang sudah mulai riskan apabila dikelola dengan pola pengelolaan
intensif.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Faktor Vegetasi C dan Faktor ManusiaTindakan Konservasi P