Marhajabuan Tahapan Perkenalan Sampai Upacara Perkawinan Adat Simalungun 1. Martondur

nantinya. Setelah jelas segala sesuatu maka masing-masing pihak mengadakan persiapan acara pernikahan. Pada hari berikutnya pihak dari pria datang kembali ke rumah orangtua perempuan untuk mencocokkan segala persiapan. Dalam kesempatan ini dirundingkan mengenai undangan atau istilah lainnya manggong. 3.2.1.5.Manggong Masing-masing pihak menjalankan undangan sering dikatakan manggong. Manggong artinya mengundang. Menurut sejarahnya berasal dari kata gong. Pengumuman yang didahului dengan membunyikan gong. Dalam kata lain berarti adanya suatu berita yang harus didengarkan oleh semua masyarakat setempat. Kalau sekarang hal yang dilakukan adalah dengan cara mengundang langsung orang-orang yang diharapkan akan menghadiri acara pernikahan tersebut. Atau bagi yang beragama Kristen yang sampai sekarang salah satu yang masih dilakukan selain mengundang dengan mendatangi langsung adalah memberikan pengumuman di Gereja atau disebut dengan ting-ting. Ting-ting gereja dilakukan sebanyak 2 kali berturut-turut dalam minggu itu dan biasa disebut tingting marhajabuan I dan tingting marhajabuan II.

3.2.2. Marhajabuan

Menurut ketentuan Hukum Adat Simalungun, rombongan dari pihak laki-laki datang pada waktu petang hari menjelang malam sebelum pesta pernikahan. Universitas Sumatera Utara 3.2.2.1.Maralob Boru Tibanya rombongan paralob pihak yang akan mengambil boruperempuan di rumah tondong rumah orang tua pihak perempuan biasanya pada waktu menjelang sore hari. Pengantin laki-laki bersama orangtua kandung dalam pakaian adat berada di barisan depan. Kaum kerabat, sanina – tondong dan anak boru berada dalam iringan kaum wanita mengiring di belakang pengantin pria. Kaum wanita sembari membawa junjungan berupa beras di dalam sebuah wadah yang di namai tandok. Sedangkan anak boru jabu menjunjung sebuah wadah yang di namai tapongan di tutup dengan kulit kambing lalu di ikat dengan kain selendang. Tapongan berisikan makanan adat tumbuan, beras, sirih, dan lain sebagainya. Rombongan paralob disambut dan diterima baik oleh tondong. Anak boru jabu dari pengantin perempuan membimbing dan menerima rombongan paralob dan memasuki tempat sementara upacara dimulai. Jika semua kaum kerabat terdekat dari kedua belah pihak sudah terkumpul maka acara dimulai. Pada sekarang ini, acara maralob boru sudah sangat jarang dilakukan pada waktu malam sebelum upacara pernikahan adat. Acara maralob sering disatukan acaranya pada saat acara pajabu parsahapan. Bapak Kapimanson menyatakan bahwa hal ini sering tidak dilakukan lagi karena berbagai alasan seperti misalnya kedua calon pengantin adalah orang yang sudah merantau pastinya mereka tidak mempunyai waktu banyak karena tuntutan pekerjaan dan tidak mempunyai cuti yang banyak dari pekerjaan mereka. Hal lain juga misalnya salah satu calon pengantin bukanlah berasal dari daerah ini. Maka dengan kesepakatan bersama agar tidak bolak- balik ke desa ini maka mereka menyatukan acara maralob boru di acara pajabu parsahapan tetapi setelah acara pajabu parsahapan selesai dilaksanakan. Bahkan ada juga yang membuat acara maralob boru ini setelah acara marpadan di Gereja yaitu seminggu atau dua minggu Universitas Sumatera Utara sebelum upacara perkawinan adat. Hal ini dibuat sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. 3.2.2.2.Pemberkatan Nikah Pemberkatan nikah merupakan acara yang harus dilakukan demi mensahkan kedua pengantin sebagai pasangan suami istri. Karena mayoritas masyarakat desa Sondi Raya beragama Kristen maka pensahan pernikahan dilakukan menurut agama Kristen yang sudah ditetapkan ketentuannya melalui gereja. Dahulu sebelum masuk agama di desa ini, acara maralob boru sudah merupakan acara yang sah dimana kedua pengantin sudah dinyatakan sebagai suami istri. Tetapi karena sudah ada agama hal ini tidak diperbolehkan lagi. Komponen dalam acara pemberkatan pernikahan terdiri dari kedua calon pengantin, pendeta, saksi, kedua orangtua dari kedua pihak calon pengantin. Pendeta yang akan memberkati calon pengantin harus berasal dari Gereja tersebut. Mereka tidak boleh sembarangan memakai pendeta dari luar Gereja karena itu sudah ketentuan dari Gereja. Saksi dalam pemberkatan pernikahan ini adalah salah satu dari pihak Gereja yaitu pengantar jemaat. Pemberkatan juga dihadiri oleh sanak saudara dan teman-teman atau tetangga yang ingin melihat acara pemberkatan nikah ini. Tidak dibatasi orang-orang yang ingin datang dalam pemberkatan pernikahan ini. Sesuai dengan kesepakatan bersama pada saat acara pajabu parsahapan bahwa pelaksanaan upacara adat dilakukan di tempat dari pihak calon pengantin pria maka segala sesuatunya dilakukan di tempat calon pengantin pria termasuk dalam hal sarapan karena calon pengantin perempuan bukan berasal dari daerah Sondi Raya tetapi dari daerah lain. Sesampainya rombongan dari pihak perempuan di tempat laki-laki maka hal yang dilakukan sebelum ke Universitas Sumatera Utara Gereja adalah sarapan bersama setelah itu barulah bersama-sama dengan beriringan mereka berangkat ke Gereja. Pemberkatan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10.00. Karena rumah- rumah di desa ini berdekatan dengan Gereja maka biasanya mereka berjalan kaki. Terkadang ada yang diiringi dengan musik terompet sepanjang perjalanan tapi juga ada yang tidak memakai musik. Mereka berjalan beriringingan sembari bercanda tawa. Musik terompet tadi tidak mempunyai makna apa-apa. Hanya sekedar untuk memeriahkan perjalanan saja. Kalau kedua calon pengantin sudah mulai berjalan kearah Gereja, pasti akan banyak orang di depan rumah masing-masing atau di pinggir jalan akan melihat iringan dari rombongan ini. Sesampainya di halaman Gereja, kedua calon pengantin akan berhenti sejenak dan semua rombongan akan masuk ke dalam Gereja kecuali mereka. Setelah semua rombongan sudah masuk maka mulailah kedua calon pengantin memasuki Gereja dengan diiringi musik organ. Kedua calon pengantin akan duduk di depan dengan kursi khusus yang sudah disediakan pihak Gereja sedangkan para orangtua dan orang-orang yang ikut tadi duduk di belakang di bangku jemaat. Setelah semua sudah dalam keadaan tenang maka acara ibadah pemberkatan dimulai dengan acara mandodingbernyanyi bersama. Setelah itu dilanjutkan dengan acara votum bersama dan kembali dilanjutkan dengan bernyanyi. Setelah bernyanyi bersama maka dilanjutkan dengan ambilankotbah yang dibawakan oleh pendeta. Setelah pendeta selesai berkotbah, maka mulailah acara pemberkatan atau biasa disebut dengan pamasu-masuon atau sukkun-sukkun dari pendeta. Pada saat ini, kedua calon pengantin diundang untuk berdiri. Sebelum janji pernikahan diucapkan, pendeta akan memberi nasehat-nasehat berdasarkan Alkitab dan setelah itu pendeta akan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan dan yang pertama Universitas Sumatera Utara sekali ditanya selalu mulai dari calon pengantin pria setelah itu kepada calon pengantin perempuan. Ucapan janji yang selalu ditanyakan adalah : “apakah saudara bersedia mengaku dan berjanji dihadapan Tuhan Allah Yang Mahatau dan dihadapan jemaatNya, bahwa saudara benar-benar dengan segenap hati menghendaki….nama perempuan sebagai istrimu? Apakah saudara berjanji mengasihi dia dengan segenap hati serta hidup didalam kekudusan bersama dia, dan tidak menceraikannya kecuali diceraikan oleh kematian? Kemudian ucapan tersebut dijawab langsung oleh calon pengantin laki-laki dengan mengucapkan : Ya, dengan segenap hati saya mengaku. Saya berjanji mengasihinya dan tidak akan menceraikannya kecuali kematian menceraikan kami berdua. Setelah pertanyaan dan jawaban yang sudah dinyatakan oleh calon pengantin pria, pertanyaan yang sama juga dinyatakan kepada calon pengantin perempuan dan akan dijawab dengan hal yang sama oleh calon pengantin perempuan. Apabila acara ucap janji dinyatakan maka dilanjutkan dengan acara tukar cincin yang sebelumnya pendeta juga menyampaikan nasehat sebelum mereka saling tukar cincin. Setelah itu kedua tangan pengantin akan berjabat tangan dan pendeta akan menumpangkan tangan ke atas tangan kedua pengantin dan kemudian kembali dilanjutkan dengan pemberkatan pernikahan dengan cara pendeta menumpangkan tangan keatas kepala kedua pengantin yang sedang dalam posisi setengah berdiri. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Pemberkatan Nikah di Gereja Setelah hal ini terlaksana akan dilanjutkan dengan acara bernyanyi bersama sembari mengumpulkan persembahan dan akan diakhiri dengan doa penutup oleh pendeta. Akhir dari doa ini maka selesailah acara pemberkatan pernikahan. Masih di dalam Gereja, hal lain yang dilakukan setelah acara pemberkatan pernikahan akan dilanjutkan dengan acara ucapan selamat oleh pihak Gereja dan biasanya pihak Gereja memberikan buah tangan berupa buku lagu gereja kepada kedua pengantin. Setelah itu disusul oleh orangtua dari kedua pengantin serta ucapan terimkasih kepada pihak Gereja yang telah ikut serta dalam mendukung pernikahan putra-putri mereka dan kembali menyatakan kepada semua yang hadir di gereja agar turut datang dalam resepsi atau makan bersama. 3.2.2.3.Mangusei Setelah dari Gereja, pengantin dan rombongan berangkat ke tempat dimana upacara adat akan dilangsungkan. Sampai di tempat kedua pengantin akan dikenakan pakaian adat lengkap Universitas Sumatera Utara dengan cara menambahkan kain, suri-suri aksesoris baju pengantin perempuan dan bulang tutup kepala kepada pengantin perempuan dan kain dan gotong tutup kepala kepada pengantin laki-laki. Jika pakaian sudah lengkap dan semua pihak yang turut dalam acara mangusei ini sudah bersiap-siap maka mulailah acara mangusei. Gambar 2. Pemakaian Gotong Kepada Pengantin Pria Gambar 3. Pemakaian Bulang Kepada Pengantin Perempuan Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Bersiap-siap Memasuki Rumah Kedua pengantin berdiri di luar halaman dan di belakang mereka ada laki-laki dan perempuan yang siap mengiring mereka masuk ke dalam dengan memegang kain di belakang mereka. Di dalam sudah bersiap-siap pihak tondong menyambut mereka. Saat protokol menyatakan semua sudah siap, maka protokol akan menyampaikan kepada pemusik agar mengiringi acara mangusei tersebut. Lagu-lagunya biasanya seperti sitalasari, serma dengan- dengan. Musik di sini selalu cenderung lambat karena sesuai dengan acaranya yaitu bahwa seolah-olah pengantin pria menyampaikan kepada kedua orangtua dan sanak saudara bahwa inilah gadis pilihan yang dibawa ke rumah dan menyampaikan kepada pengantin perempuan bahwa inilah keluarga barunya. Hal ini dilakukan sampai ke dalam rumah. Sesampainya dirumah, pengantin perempuan menyampaikan kata horas…horas…horas…yang bermaksud bahwa sampailah dirumah dengan baik dan selamat. Setelah itu pengantin laki-laki membimbing pengantin perempuan untuk duduk di tempat yang sudah disediakan dan langsung dilanjut dengan pemberian boras tenger keatas kepala kedua pengantin oleh orangtua pengantin laki-laki dengan maksud penerimaan mereka di dalam rumah itu. Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Marboras Tenger Kepada Kedua Pengantin Gambar 6. Memberikan Demban kepada Ibu Pengantin Pria Setelah mamboras tengeri langsung dilanjut dengan memberikan demban, terlebih dahulu pengantin perempuan memberikan demban ini kepada pengantin laki-laki lalu setelah itu kedua pengantin memberikan demban juga kepada kedua orang tua pengantin pria dan dilanjut kepada Universitas Sumatera Utara pihak tondong mulai dari tondong pamupus sampai kepada tondong manrihutkon. Selesai pemberian demban maka selesailah acara mangusei. 3.2.2.4.Mangalo-alo Sesudah acara mangusei maka dilanjutkanlah dengan acara mangalo-alo atau mangalob boru. Dalam bagian ini musik dimulai dan dimainkan secara terus-menerus sampai akhirnya protokol mengarahkan untuk berhenti. Lagu-lagu yang dinyanyikan sesuai dengan apa yang dilakukan dalam acara ini. Musik dimainkan kalau setiap semua pihak sudah pada posisinya masing-masing. Kalau pihak yang mendapatkan giliran sudah ditempat dan lengkap barulah musik dimulai. Pada bagian ini, lagu yang dimainkan tidak boleh tidak sesuai dengan acaranya kecuali pada bagian ketika pihak yang mangalo-alo meminta sebuah lagu kepada pemusik. Cara setiap orang ketika manortor dalam hal ini juga selalu mengikuti irama dari musik yang dimainkan. Jika musik dimainkan dengan tempo cepat maka semua orang yang sedang mendapatkan giliran mangao-alo harus manortor dengan cepat dan riang tetapi jika musik dimainkan dengan lambat maka semua orang yang sedang mangalo-alo harus manortor dengan cara lambat dan penuh penghayatan. Dalam hal ini bisa dikatakan juga tidak ada yang bisa melewati dari batasan yang sudah ditetapkan. Protokol yang mengarahkan perjalanan upacara adat juga harus sigap dan cekatan dan tidak boleh lengah sepanjang perjalanan upacara adat ini. Lagu-lagu yang dinyanyikan misalnya seperti eta mangalop boru, horas sayur matua, ija juma tidahan botou. Lagu-lagu ini pada dasarnya secara keseluruhan menyatakan sukacita dari orang yang menyanyikannya karena hal yang dirasakan pada saat itu. Tetapi lagu yang dinyanyikan juga sering tidak sesuai dengan acaranya dan ini sesuai dengan permintaan dari pihak yang sedang mangalo-alo misalnya seperti lagu ijon adong huboan Tuhan, bintang na rondang, Universitas Sumatera Utara kasihNya seperti sungai, dll. Padahal makna lagu-lagu ini sebenarnya ada yang mengarah kepada Tuhan dan ada yang mengarah kepada percintaan antara sesama muda-mudi. Pada saat acara mangusei kedua pengantin dan pihak yang mangusei berada dalam rumah maka diharapkan semua keluar dari rumah karena acara mangalo-alo ini dilakukan diluar di halaman rumah. Kedua pengantin dan semua yang ada di dalam rumah keluar dan langsung mengambil posisi masing-masing. Maksud dari sambutan ini menyatakan bahwa tempat itulah sebagai wadah pertemuan semua keluarga dalam menyelesaikan upacara adat. Pihak yang pertama sekali mangalo-alo adalah selalu dari tondong pamupus tulang dari orangtua pengantin laki-laki. Hal ini dilakukan karena dalam susunan adat, tondong pamupus mempunyai derajat yang paling tertinggi. Maka bisa dikatakan pihak tondong pamupuslah yang pertama sekali menyambut pengantin. Pihak yang dialo-alo yaitu sanina dan boru dan pengantin menari dan dengan mundur perlahan-lahan dengan cara sujud dan tunduk menyatakan penyembahan kepada pihak tondong. Hal ini dimaksud karena penghormatan kepada tondong sangat tinggi dan sangat dihargai. Pihak tondongpun dengan turut menari sembari berjalan mengarah kepada pengantin yang di alo-alo. Sesampainya di halaman rumah dengan melingkar dan berhadapan musikpun berhenti dan dengan diarahkan oleh protokol sebagai perantara yang menyatakan bahwa karena tondong pamupus sudah ada dan akan masuk ke dalam rumah maka dibuatlah tondong pasu-pasu dari tondong pamupus dengan kembali diiringi musik dan lagu simalungun seperti ase ulang lupa hun tanah simalungun. Selesai ini kembali melalui protokol dinyatakanlah ucapan si horas-horas ni karena sudah selesai mangalo-alo dari tondong pamupus dan setelah itu masih kembali memberikan demban kepada kedua pengantin yang biasa dikatakan dengan demban parhundulan. Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Pihak Sanina, Boru, Pengantin menyembah Tondong Selesai dari tondong pamupus maka dilanjut oleh tondong bona ni ari tulangnya dari opung pengantin laki-laki. Dalam hal inipun sama halnya seperti pada saat mangalo-alo dari tondong pamupus. Pihak dari tondong bona ni ari disambut dan juga tetap dengan diiringi musik dan lagu yang dibuat yang sesuai dengan acara mangalo-alo. Sesampainya di tempat yang sudah dari awal dianggap tempat akhir dari penyambutan maka berhentilah mereka dan musikpun berhenti. Dari sini kembali dari pihak tondong bona ni ari menyampaikan kata-kata kepada pengantin beberapa nasehat dan pernyataan mengenai bagaimana berumahtangga dan agar selalu berdamai. Selesai menyampaikan semua nasehat dan untuk menyelesaikannya maka kembali dibuat musik dan lagu sebagai pertanda selesainya mereka mangalo-alo pengantin. Pihak dari tondong bona tulang dari bapak pengantin laki-laki kemudian bersiap-siap setelah giliran dari tondong bona ni ari. Sama halnya seperti kedua tondong di atas, tondong bona juga melakukan hal yang sama dan juga tetap diiringi oleh musik dan lagu-lagu Universitas Sumatera Utara simalungun. Bisa saja dari mereka meminta lagu di luar lagu simalungun sesuai dengan permintaan mereka dan suasana hati yang gembira yang sedang mereka rasakan saat itu. Setelah dari tondong bona disusul kemudian oleh tondong jabu tulang dari pengantin laki-laki beserta rombongan dan kemudian disusul oleh tondong ni tondong tulang dari ibu pengantin laki-laki oleh tondong na marsanina atau tondong marihutkon saudara dari orangtua laki-laki yang semarga. Semua tondong ini akan bergantian menyambut pengantin dengan diiringi oleh musik dan lagu-lagu sesuai dengan permintaan mereka. Dahulu pada saat acara penyambutan pengantin biasanya semua yang turut campur tangan akan menari dengan lambat dan sopan tetapi saat ini hal tersebut sudah tidak ada lagi. Gerakan yang biasa dilakukan adalah dengan cara menggerakkan badan dengan lincah dan bebas. Setelah keluarga pihak laki-laki mengadakan acara penyambutan. Mulailah keluarga dari pihak perempuan menjalankan gilirannya. Keluarga dari pihak perempuan biasa disebut dengan tondong na bayubaru. Dalam hal ini berbeda dari pihak laki-laki bahwa setiap tondong mendapatkan giliran dan kesempatan masing-masing dalam mangalo-alo tetapi pada pihak tondong na bayu hal ini tidak berlaku. Mereka langsung secara bersama-sama semuanya mangalo-alo pengantin dan sanina dan boru. Pihak boru dengan membawa tapongan yaitu daging ayam yang dimasukkan ke dalam seruas bambu dan nasi ditaruh di dalam bakul. Tapongan ini dibawa oleh seorang ibu dengan cara dijunjung. Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Rombongan Tondong Na Bayu Mereka juga membawa buah tangan sebagai perlengkapan bagi pengantin yang baru berkeluarga. Barang yang dibawa seperti tempat tidur ataupun lemari tapi ada juga beberapa upacara adat yang lain tidak membawa bawaan seperti halnya yang biasa dilakukan. Sebagai gantinya adalah mereka memberikan uang sebagai bentuk simbolisnya. Gambar 9. Tapongan dan Buah Tangan Universitas Sumatera Utara Sama halnya seperti saat semua tondong dari pihak pengantin laki-laki yang diiringi musik saat menyambut pengantin. Pihak dari tondong na bayu juga diiringi oleh musik dan dan juga lagu sesuai dengan permintaan mereka. Setelah semua mendapat giliran untuk menyambut pengantin maka selesailah acara mangalob boru dengan kembali ditandai oleh ucapan horas…horas…horas…sebanyak tiga kali dengan menaburkan beras ke atas. 3.2.2.5.Surduk-surduk Perjamuan Adat Dalam acara pemberian surduk makanan adat, semua yang berkepentingan dalam memberi dan menerima makanan terlebih dahulu sudah di dalam ruangan. Pertama sekali mendapatkan makanan adat ini adalah orangtua dari pihak perempuan beserta sanak saudara yang berhak mendapatkan yang diberi oleh keluarga dari pihak laki-laki. Gambar 10. Penyerahan Gori Sipanganon Universitas Sumatera Utara Makanan yang diserahkan disebut dengan gori sipanganontujuh sipanganan yang artinya adalah makanan yang besar yang diberikan secara khusus kepada mereka. Biasanya makanan yang diberikan adalah daging kerbau yang diletakkan dalam ember yang besar. Setelah pihak dari pengantin laki-laki memberikan makanan adat maka giliran dari keluarga pihak pengantin perempuan yang memberikan makanan adat. Makanan yang diberikan adalah ayam yang diatur di sebuah piring besar dayok na binatur. Pertama sekali yang diberikan adalah orangtua dari pengantin laki-laki kemudian disusul kepada kedua pengantin. Setelah itu mereka masih memberikan makanan adat ini kepada saudara na marsanina semarga dari pengantin laki-laki dan pihak namboru dari pengantin laki-laki. Dalam hal ini sudah menjadi suatu keharusan dalam tatanan adat dan tidak bisa dilewatkan karena pada bagian ini pihak yang menerima makanan dikatakan suhi appang na oppat. Gambar 11. Penyerahan Dayok Na Binatur Universitas Sumatera Utara Setelah kedua belah pihak dari kedua pengantin sudah memeberikan makanan adat, mulailah tondong pamupus memberikan makanan adat kepada pengantin dan orangtua pengantin laki-laki. Setelah itu disusul lagi oleh tondong bona ni ari, tondong bona, tondong jabu dan tondong na marsanina sesuai dengan urutan tondong pada saat acara penyambutan pengantin tadi. Dalam pemberian makanan adat kepada pengantin, biasa disebut dengan dapoton ni pengantin. Dan seperti yang diterangkan diatas bahwa makanan yang diberikan adalah dayok na binatur. Gambar 12. Makanan Adat yang Terdiri dari Dayok Na Binatur Setelah semuanya selesai dan mendapatkan bagiannya masing-masing, maka dimulailah acara makan bersama dengan seluruh keluarga dan para undangan yang hadir. Disaat acara makan besama ini juga masih ada segala jenis makanan adat menurut ketentuan adat antara lain pinggan panganan – jambar suhut dan lainnya diserahkan kepada yang berhak menerima menurut fungsinya masing-masing tondong, sanina, anak boru. Di Desa Sondi Raya, makanan yang tetap atau wajib diberikan disebut dengan gori dan selalu diikuit dengan makanan ni loppah dan panganan baggal. Universitas Sumatera Utara 3.2.2.6.Acara Huria Kebaktian Singkat Setelah acara makan bersama, maka akan dilanjutkan dengan kebaktian singkat. Pada bagian ini yang membawakan acara bukan lagi pendeta tetapi sudah dialihkan kepada vikar pendeta gereja calon pendeta. Acara ini bertujuan menyatakan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah selesainya acara makan bersama dan tetap meminta berkat dari Tuhan agar semua rencana adapt yang akan terus dilanjutkan diberkati. Dalam acara ini terdiri atas nyanyian bersama, berdoa, firman dan kenudian ditutup kembali dnegan doa bersama. 3.2.2.7.Penyerahan Demban PartadinganManurdukkon Boli Uang Mahar Seluruh kelengkapan demban partadingan dibuat di dalam pinggan pasu piring yang isinya satu ikatan demban gunringan, satu pintal tembakau, sejumlah pinang ni patisan pinang yang telah dibelah, 20 helai sirih yang telah dibubuhi kapur, gambir, dan pinang, sejumlah uang sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan pada waktu acara “pajabu parsahapan”. Semuanya diserahkan kepada pihak dari pengantin perempuan dan penyerahan demban partadingan ini di terima baik dan diperiksa apakah semua syarat sudah lengkap. Pinggan pasu dan isinya diserahkan kepada ibu pengantin perempuan dan digendong di depan dengan hiou suri-suri lalu dibawa untuk disimpan baik-baik. Setelah itu dibuat acara penyerahan jambar boli menurut urutan sesuai tingkatannya di dalam keluarga atau dekat jauhnya ikatan kekeluargaan. Penyerahan jambar ini harus teliti sehingga tidak ada satu orangpun yang berhak menerima jambar tersebut tidak menerima jambar tersebut. Jika ada satu di antaranya tidak menerima atau dilewati maka hal ini bisa mengganggu tertibnya acara. Ketentuan bolijumlah besarnya uang menurut hukum adat Simalungun telah ada ketentuannya yaitu angka-angka berganda yang ditetapkan menurut tingkat hidup derajat Universitas Sumatera Utara keluarga. Angka bergandan dalam nilai adalah 6-12-24 atau minimal sepotong besi berharga. Uraian angka pilihan dimaksudkan untuk menunjukkan derajat keluarga sedangkan mengenai jumlahnya adalah menurut kemampuan masing-masing. Jikalau persetujuan jatuh pada angka 24 maka jumlah boli sama dengan Rp 24.000,- atau Rp 240.000,- atau juga Rp 2.400.000,-. Kalau menyimpang dari jumlah tersebut maka hal itu sangat bertentangan, misalnya Rp 50.000,- atau Rp 500.000,-. Ketentuan angka boli tersebut juga digunakan menjadi dasar pembagian jambar boli kepada tondong, sanina, dan anak boru. Dalam hal ini juga dinyatakan apa saja yang belum terselesaikan dalam bentuk uang akan diselesaikan pada saat itu juga yang biasa disebut juga dengan manggoki na hurang gok. Hal lain juga dilaksanakan acara padalan ulu ni omas atau biasa disebut dengan pihak pengantin perempuan wajib mengenal tulang dari pengantin laki-laki. Hal ini dilakukan apabila pengantin laki-laki tidak menikahi anak perempuan dari tulangnya sendiri. 3.2.2.8.Penyerahan Kain Adat Hiou Tohonan Acara selanjutnya ialah penyerahan hiou adat kain adat. Pada umumnya pemberian kain adat tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu : pertama, yang disebut dengan “hiou tohonan”alamat tertentu dan yang kedua ialah “hiou parpaingkat” yang sering juga disebut “hiou holong” tanda sayang dari pihak tondong na bayu. Yang dimaksud dengan hiou tohonan ialah : tanda hela kepada pengantin, simatua mertua dari pihak pengantin pria, bapatua anak boru jabu pimpinan boru, nas ikaha abang pengantin pria dan lain-lain yang sudah ditentukan suhut paranak sesuai dengan kesepakatan di antara kedua belah pihak pada acara pajabu parsahapan atau marlasa-lasa. Universitas Sumatera Utara Pada ulos tuhonan ini adalah kewajiban dari pihak suhut parboru yang menyediakannya sebagai balasan dari tuhor uang mahar yang diterimanya. Istilahnya disini adalah “hiou tohonan” kain adat tertentu. Sedang yang dimaksud dengan “hiou holong” tanda sayang ialah kain adat yang diberikan oleh kaum kerabat suhut parboru yang diberi tulang dan kerabat dekatnya disebut “hiou parpaingkat”. Hanya saja kedua jenis hiou ini tidak bisa lagi dibedakan karena penyerahan semua dalam acara pesta. Pada pemberian hiou, ada empat pihak yang wajib diberikan setelah pemberian hiou kepada pengantin dan hal ini sudah menjadi suatu keharusan karena dalam adat Simalungun mereka ini juga termasuk pihak yang dihormati. Mereka ini disebut dengan suhit ni appang yaitu orangtua pengantin laki-laki, parbapatuaon, parnasikahaon, anak boru jabu. Dalam hal pemberian kain adat ini disebut harhar parbolitan yaitu penyerahan kain adat oleh tondong pihak parbayu pihak pengantin perempuan kepada pihak paranak pihak dari pengantin laki-laki. Dan harhar parbonangan dari pihak paranak kepada pihak parboru. Pemberian hiou pertama sekali dilakukan oleh pihak parborutondong na bayu yaitu dari kedua orangtua pengantin perempuan dan yang pertama sekali mendapatkan hiou adalah kedua pengantin lalu pemberiannya disusul kepada orangtua dari pengantin laki-laki barulah kepada kaum kerabat pengantin laki-laki yang pantas menerimanya seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sesuai hasil pembicaraan pada waktu acara adat pajabu parsahapan. Pihak parboru memberikan hiou hatirongga di punggung kedua pengantin dan mengikatkannya. Maksudnya ini adalah suatu pertanda bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan lagi karena sudah bersatu membentuk keluarga. Setelah itu mereka memasangkan bulang di kepala pengantin perempuan dan suri-suri di pundak kanannya. Sedangkan kepada pengantin laki-laki diberikan gotong di kepalanya dan sebuah kain berbentuk sarung di pundak kanannya. Setelah kedua pengantin Universitas Sumatera Utara mendapatkan hiou pertama maka mulailah orangtua dari pengantin laki-laki yang mendapatkan hiou. Sama halnya seperti kedua pengantin, orangtua pengantin laki-laki juga mendapatkan hiou hatirongga dipundaknya tetapi yang membedakannya adalah hiou ini tidak diikatkan diantara kedua orangtuanya. Mereka juga dipakaikan bulang dan suri-suri dan juga gotong. Sama halnya seperti pada saat acara mangusei. Sepanjang pemberian kain adat, musik terus berlanjut sesuai dengan keinginan dari pihak parboru. Melalui lagu-lagu yang dinyanyikan seolah-olah sedang menyampaikan sesuatu kepada pihak yang diberi kain adat dan pihak yang memberi kain adat. Lagu yang biasa dinyanyikan juga dari lagu simalungun seperti sitalasari, bintang na rondang, aloi si doli, dll. Namun terkadang sering juga mereka meminta lagu dari daerah lain seperti misalnya selayang pandang, biring manggis, anak medan, dll. Gambar 13. Kain Adat hiou Universitas Sumatera Utara Gambar 14. Pemberian Kain Adat Selesai dari pihak tondong na bayu, maka mulailah pihak dari pengantin laki-laki memberikan hiou kepada kedua pengantin. Sama halnya seperti pada saat mangalo-alo, urutan dalam pemberian hiou ini juga dimulai dari tondong pamupus sampai akhirnya kepada tondong na bayu. Pemberian hiou tidak sama seperti yang diberikan oleh orangtua dari pengantin perempuan kepada kedua pengantin. Pemberian hiou ini tidak hanya berbentuk kain adat tapi juga ada yang memberikan sarung bahkan juga kain gendong. Musik dan lagu-lagupun terus dinyanyikan sebagai pengiring dari pemberian hiou ini dan semua lagu sesuai dengan perjalanan hiou yang sedang dijalankan walaupun terkadang tidak sesuai karena terkadang pihak yang sedang memberikan hiou meminta lagu diluar daerah Simalungun seperti lagu Batak Toba, Melayu atau juga lagu Gereja. Setiap penyerahan hiou selalu dibarengi dengan pemberian apuran sirih tetapi pemberian sirih ini sudah lebih diganti dengan pemberian amplop berisikan uang. Setelah memasangkan hiou lalu ditaburi dengan boras tenger beras kunyit kepada kedua pengantin Universitas Sumatera Utara dengan ucapan horas. Dengan selesainya acara menyerahkan kain adat, selesailah acara pesta jamuan adat marhajabuan. 3.2.2.9.Paingkathon boru Paingkathon boru maksudnya memberangkatkan pengantin. Biasanya disinilah pihak parboru tondong menyerahkan barang-barang kepada pengantin berupa keperluan rumah tangga tetapi karena sudah diserahkan pada saat acara mangalob boru maka hal ini tidak lagi dilaksanakan. Pihak orangtua dari pengantin perempuan memberikan apuran sirih tanda pamitan yang biasa disebut “demban pamuhunan”. Sedangkan orangtua pengantin laki-laki memberikan sirih “demban tangan-tangan” sambil pamitan untuk membawa anak perempuannya. Setelah acara ini, maka keluarga dari pihak perempuan kembali dengan diberangkatkan oleh seluruh keluarga dari laki-laki beserta kedua pengantin. Dalam acara ini juga sekarang sudah disatukan dengan acara indahan siopat borngin atau pelaksanaannya adalah pemberian sesuatu kepada pihak dari pengantin laki-laki dengan alasan ucapan terima kasih karena acara sudah terlaksana. Dahulunya yang biasa diberikan adalah ayam atau daging kerbau atau daging babi. Tetapi sekarang hal tersebut tidak lagi berupa makanandaging tetapi sudah berbentuk uang. Begitu juga sebaliknya dari pihak pengantin laki- laki juga memberikan sesuatu berbentuk uang kepada pihak dari pengantin perempuan dengan alasan yang sama yaitu menyatakan terimakasih dan disebut dengan paulak limbas. Dahulunya juga berbentuk ayam atau daging dan diberikan kepada masing-masing yang berhak. Universitas Sumatera Utara Gambar 15. Pemberian Demban Kepada Pengantin Setelah acara ini maka dilanjutkan dengan sepatah dua patah kata baik itu dari pihak pengantin laki-laki maupun dari pihak pengantin perempuan. Setelah itu dilanjutkan dengan acara pemberangkatan dari pihak tondong kepada pihak parboru sembari mengucapkan kata horas…horas…horas...sebanyak tiga kali.

3.2.3. Manjae