memenuhi kebutuhan pokok yang selalu berjalan setiap satu kali dalam seminggu yaitu pada hari sabtu.
2.6. Transportasi
Sarana transportasi
yang terdapat di Desa Sondi Raya sudah cukup memadai. Seperti
sepeda motor atau ojek, becak mesin, bus umum ataupun juga angkutan umum. Jalan yang dilewati masyarakat untuk menuju kota maupun ke desa yang lain terdiri dari jalanan aspal dan
juga tanah. Jika penduduk desa ingin bepergian atau menghadiri suatu pesta atau upacara-upacara
adat seperti upacara perkawinan, maka mereka datang dengan berjalan kaki atau ada juga yang menggunakan sarana transportasi yang ada di Desa tersebut.
2.7. Sistem Kekerabatan
Kenan Purba dalam bukunya “Adat Istiadat Simalungun” menyatakan bahwa Kekerabatan timbul akibat 2 hal, yaitu disebabkan adanya hubungan darah dan akibat adanya
perkawinan. Oleh karena kekerabatan menyangkut jauh dekatnya hubungan seseorang individu dan antara seseorang dengan sekelompk orang keluarga demikian pula sebaliknya.
Golongan marga induk yang ada di Simalungun adalah Purba, Saragih, Sinaga, dan Damanik. Masing-masing marga masih mempunyai cabang sendiri. Dari setiap marga nantinya
juga mempunyai peran masing-masing dalam setiap pelaksanaan upacara adat misalnya upacara perkawinan. Adapun marga – marga di Simalungun beserta cabang-cabangnya adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Purba, cabang-cabangnya adalah Purba Tambak, Purba Sidasuha, Purba Sidagambir,
Purba Sidadolog, Purba Pakpak, Purba Tondang, Purba Siboro, Purba Raya, Purba Girsang, Purba Tanung, Purba Tambunsari, Purba Sigumonrong dan Purba Silangit.
2. Saragih, cabang-cabangnya adalah Saragih Sumbayak, Saragih Garingging, Saragih
Sidauruk, Saragih Turnip, Saragih Simarmata, Saragih Munthe, Saragih Simanihuruk, Saragih Sitio, Saragih Daawak, dan Saragih Sitanggang.
3. Damanik, cabang-cabangnya adalah Damanik Malau, Damanik Bariba, Damanik
Limbong, Damanik Tomok, Damanik Ambarita, Damanik Rampogos, Damanik Gurning, Damanik Soula, Damanik Sarasan, Damanik Usang, Damanik bayu.
4. Sinaga, cabang-cabangnya adalah Sinaga Sidahapitu, Sinaga Sidahalongan, Sinaga
Simaibun, Sinaga Sidasuhut, Sinaga Simanorang, Sinaga Simandalahi, Sinaga Dadihoyong Hataran, dan Sinaga Dadihoyong Bodat.
Menentukan bagaimana jauh dekatnya seseorang di dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun, kriteria yang digunakan ialah menurut garis keturunan pihak laki-laki
ayah dan pertalian darah akibat perkawinan dari pihak perempuan. Namun yang menentukan ialah menurut garis keturunan ayah karena etnik Simalungun menganut faham patrilineal discent
bahwa garis keturunan laki-laki yang membawa marga. Dari pihak ibu juga menduduki posisi yang penting yaitu sebagai tempat meminta berkat pasu-pasu. Dilihat dari sini, maka terdapat
hubungan kekerabatan yang erat antara pihak laki-laki dengan kelompok keluarga dari pihak perempuan.
Dengan sistem kekerabatan yang demikian, maka kelompok kekerabatan menurut budaya Simalungun terdiri dari 3 jenis yaitu kelompok keluarga inti; kelopompok di luar keluarga inti
keluarga besar; dan kelompok keluarga luas.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga inti adalah ayahsuami, ibuistri, dan anak-anaklaki-laki dan perempuan. Anak- anak yang sudah menikah berumah tangga tidak lagi termasuk dalam kelompok inti
sebab sudah mempunyai keluarga inti sendiri. Keluarga diluar inti keluarga besar adalah kerabat ayahsuami dan kerabat ibuistri. Kelompok keluarga ini uga keluarga dekat atau sering
disebut namatondong maranak boru atau uga sering disebut tol sahundulan. Kelompok keluarga luas adalah suatu hubungan kekerabatan akibat adanya perkawinan
dari kerabat suami dan adanya perkawinan dari kerabat istri yang akhirnya menadi kelompok keluarga yang lebih besar. Dalam hal ini sering disebut lima saodoran.
Sistem kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat Simalungun adalah berdasarkan pada prinsip tolu sahundulan dan lima saodoran. Tolu sahundulan terdiri dari tondong kelompok
kerabat istri, sanina sanak saudara satu keturunanmarga, anak boru pihak ipar. Dalam pengaturan tempat duduk parhundulan pihak dari sanina di “jabu bona” sebelah kanan
rumah, pihak kelompok tondong disebelah kanan pihak sanina, dan pihak anak boru disebelah kanan pihak tondong. Itulah sebabnya dikatakan tolu sahundulan pengaturan tempat duduk
dalam tiga kelompok. Lima saodoran ialah kerabat keluarga luas yang merupakan gabungan dari seluruh
lembaga adat. Hal ini terjadi pada upacara besar dan luas. Jadi pengertian lima disini ialah yang dihadiri oleh lima kelompok kerabat yang terdiri dari tondong kelompok istri, sanina sanak
saudara satu keturunanmarga, anak boru pihak ipar, tondong ni tondong kelompok pemberi istri kepada tondong, anak boru mintori kelompok boru dari ipar. Dalam setiap upacara adat,
kaum kerabat tersebut membawa rombongan masing-masing dengan bawaannya buah tangan masing-masing. Tetapi karena mereka terdiri dari satu kaum kerabat, maka buah tangannya
Universitas Sumatera Utara
dibuat menadi satu. Sebagai contoh misalnya pada saat upacara perkawinan, rombongan dari tiap kaum kerabat membuat acaranya secara bergiliran.
Adanya sistem kekerabatan tersebut maka semua orang baik individu maupun kelompok di luar keluarga inti dan kelompok keluarga luas masing-masing memiliki posisi atau kedudukan
dan hak serta kewajiban dalam pelaksanaan setiap upacara adat serta sebagai dasar musyawarah dalam pembicaraan untuk pelaksanaan upacara adat. Susunan kekerabatan tolu sahundulan, lima
saodoran juga kita diumpai di Desa Sondi Raya. Hal ini dapat dilihat dalam setiap acara, baik yang bersifat sukacita seperti upacara perkawinan Maupun yang bersifat dukacita seperti upacara
kematian. Pada setiap pelaksanaan upacara, semua akan saling bekerja sama.
2.8. Bahasa