Dari perubahan yang terjadi, ada juga hal – hal yang masih berlanjut atau dipertahankan. Misalnya saja seperti adat yang dijalankan masih banyak dipertahankan kemurniannya dan tata
cara pemakaiannya, lagu-lagunya masih tetap ada memakai lagu Simalungun. Masyarakat disekitar menyadari akan perubahan yang terjadi. Hanya saja mereka
mengganggap sudah tidak mungkin lagi mengembalikan musik asli yang terdahulu karena musik yang sekarang ini sudah sangat akrab ditelinga mereka dan mereka merasa nyaman dengan
musik itu
1
. Melihat keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
perubahan yang terjadi khususnya dalam musiknya serta bermaksud untuk mengangkat topik
ini menjadi sebuah tulisan. Dengan demikian penulis memberi judul “KELANJUTAN DAN PERUBAHAN MUSIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT SIMALUNGUN DI
DESA SONDI RAYA KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN”
1.2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan pada latarbelakang masalah di atas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah :
1. Apa fungsi dan penggunaan musik dalam adat perkawinan Simalungun di Desa Sondi
Raya. 2.
Bagaimana kelanjutan dan perubahan musik dalam adat perkawinan Simalungun ke depannya.
3. Bagaimana perubahan alat musik pada ensambel Gonrang Bolon dan penyajiannya dalam
upacara adat perkawinan Simalungun di Desa Sondi Raya.
1.
Hasil wawancara dengan Bpk Kapimanson Saragih
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui fungsi dan penggunaan musik dalam adat perkawinan Simalungun di Desa Sondi Raya.
2. Untuk mengetahui kelanjutan dan perubahan musik dalam adat perkawinan Simalungun
ke depannya. 3.
Untuk mengetahui perubahan alat musik pada ensambel Gonrang Bolon dan penyajiannya dalam upacara adat perkawinan Simalungun di Desa Sondi Raya
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah : 1.
Mengenal secara jelas sudah sejauh mana pemakaian musik dalam adat perkawinan Simalungun.
2. Dapat mengetahui kelanjutan dan perubahan musik Simalungun dalam adat perkawinan
Simalungun.
1.4. Konsep dan Teori
1.4.1. Konsep
Konsep ialah pengertian abstrak didasarkan atas pandangan yang berbeda – beda atas satu hal tetapi memiliki persamaan dalam istilah. Konsep membatasi dan mengarahkan perhatian
seorang penulis pada satu topik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga Kelanjutan adalah sesuatu yang
berlangsung secara berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
perkembangan 2005 : 2100. Perubahan ialah suatu proses dimana sesuatu keadaan yang berubah dan bisa juga dikatakan dengan peralihan dari suatu masa ibid : 305.
Upacara yaitu rangkaian tindakanperbuatan yang terikat dengan aturan adat ataupun perayaan yang dilakukan sehubungan dengan peristiwa penting.
Kenan Purba dalam bukunya yang berjudul Adat Istiadat Simalungun menyatakan bahwa Perkawinan menurut budaya Simalungun adalah bukan hanya menyangkut ikatan lahir
bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan maksud membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, tetapi menyangkut hubungan antara
keluarga dari keduabelah pihak, serta membawa dampak yang luas dalam tata pergaulan dan adat istiadat ditengah – tengah keluarga dan masyarakat 1997 : 54
Penulis memakai konsep – konsep pendukung upacara seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Koenjaraningrat mengatakan bahwa upacara keagamaan terbagi atas empat
komponen yaitu : 1.
Tempat 2.
Saat upacara 3.
Benda – benda dan alat upacara 4.
Pemimpin dan peserta upacara Adapun konsep penulis terhadap judul skripsi ini adalah berkembangnya zaman yang
semakin modern telah menjadikan adanya perubahan pada komunitas masyarakat, tidak terkecuali pada masyarakat Simalungun. Perubahan yang terjadi di sekitar telah membuat
perubahan musik asli Simalungun. Salah satu perubahan yang terjadi disekitar adalah pada musik yang mengiringi perjalanan pesta adat perkawinan. Baik perubahan pada ensambel bahkan juga
akhirnya pada musik yang mengiringi perjalanan upacara adat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Teori
Sebagai landasan cara berfikir dalam membahas permasalahan penelitian ini, diperlukan teori – teori yang relevan dengan disiplin ilmu Etnomusikologi. Teori yang digunakan
bermanfaat bagi penelitian untuk menunjang data – data atau informasi yang diharapkan. Disamping itu teori merupakan suatu hal yang penting dalam mengkaji permasalahan penulisan
yang ada sehingga hasil penelitian memperoleh suatu solusi. Berkaitan dengan perubahannya, teori yang digunakan adalah menurut dari teori yang
dikemukakan oleh Bruno Nettl, yakni 4four kinds of history. Nettl menyatakan ada empat tipe yang berlangsung :
1. Menyatakan bahwa musiknyanyian yang diwariskan, tidak mengalami perubahan sama
sekali. Dengan kata lain, lagu tersebut dinyanyikan sama persis, baik sebelum ataupun sesudah diwariskan.
2. Menyatakan bahwa musiknyanyian yang diwariskan, mengalami perubahan, tetapi hanya
dalam versi yang tunggal atau satu petunjuk, sehingga hasil dari warisan itu berbeda dari aslinya tetapi tanpa proliferasi dari elemen – elemennya.
3. Menyatakan bahwa musik yang diwariskan menghasilkan banyak variasi atau perubahan,
bahkan beberapa dari musik itu ditinggalkan dan dilupakan; dengan kata lain sebagian ide tetap stabil, sedangkan selebihnya mengalami perubahan.
4. Menyatakan perubahan yang benar – benar total dari musik yang asli, sebagian besar ide
musiklagu itu dirubah sama sekali, bahkan ada yang cenderung menyimpang dari pengembangan ide aslinya.
Teori yang lain yang berhubungan dengan perubahan ini di lihat juga dari pernyataan yang dikemukakan Bruno Nettl dalam tulisannya mengenai musik dan dinamika budaya. Dalam
Universitas Sumatera Utara
tulisan ini dia mengemukakan bahwa terjadinya perubahan budaya tanpa disadari diikuti oleh perubahan musik yang terkandung didalamnya. Perubahan ini dapat terjadi oleh karena dua
faktor yaitu perubahan yang terjadi oleh karena pemikiran dari orang – orang yang memiliki budaya dan musik tersebut dan juga faktor dari luar yang membawa pengaruh kedalam budaya
tersebut. Merriam 1964 : 172 mengemukakan bahwa perubahan bisa berasal dari dalam
lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan juga bisa berasal dari luar kebudayaan atau secara eksternal. Perubahan secara internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan
dilakukan oleh pelaku – pelaku kebudayaan itu sendiri, dan disebut juga inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh
orang – orang yang diluar lingkup kebudyaan tersebut. Merriam menambahkan bahwa kelanjutan dan perubahan merupakan suatu tema yang
digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan fenomena ini, teori kebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap
kebudayaan beroperasi dalam kerangka waktu yang terus mengalami kelajutan, dimana variasi – variasi dan perubahan yang terjadi adalah hal yang tidak dapat dielakkan 1964 : 305.
Menurut Shin Nakagawa dalam bukunya yang berjudul musik dan kosmos menyatakan bahwa musik seringkali tidak lagi sesuai dengan konsep dasarnya karena sudah terpengaruhi oleh
masuknya musik dari budaya luar dan biasanya pengaruh dari luar sangat luas sehingga model musiknya bisa berubah.
Teori lain yang digunakan adalah teori yang mendukung tradisi oral yaitu teori yang dikemukakan oleh Curt Sachs Sachs 1948 : 378 dan Bruno Nettl Nettl 1973 : 3. Inti dari
Universitas Sumatera Utara
tradisi oral ini menyatakan bahwa kebudayaan yang merupakan tradisi lisan, diwariskan dengan cara lisan dari mulut ke mulut. Misalnya : nyanyian atau kebudayaan musik dipelajari
dengan cara mendengarkan lalu meniru apa yang didengar. Demikian seterusnya dari satu orang ke orang lain atau sekelompok orang dari satu generasi ke generasi lain.
Berkaitan dengan penggunaan dan fungsinya, Merriam mengemukakan bahwa penggunaan suatu musik tergantung pada kebiasaan sekelompok masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Fungsi musik tersebut ada sepuluh, namun yang akan dibahas hanyalah sebagian saja yaitu :
1. The Function of Communication fungsi komunikasi
2. The Function of Emotional fungsi emosional
3. The function of physical response fungsi reaksi jasmani
4. The function of contribution to the continuity and stability of culture fungsi
kesinambungan kebudayaan.
1.5. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif, yaitu suatu penelitian yang memaparkan atau menggambarkan dengan kata – kata
secara detail, dan perolehan kata yang bersumber dari ungkapan, catatan, atau tingkah laku masyarakat yang diteliti. Didalam juga akan membahas beberapa pendukung dari jalannya
upacara tersebut yang mendukung penulisan skripsi ini, antara lain pemimpin yang memimpin selama upacara berlangsung, para pemain yang memainkan ensambel, dan setiap orang yang
datang dalam upacara tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mendukung kepada pengumpulan data dalam menjawab segala permasalahan yang ada serta untuk mengaplikasikan metode penelitian yang bersifat kualitatif, penulis akan
berpedoman pada disiplin Etnomusikologi seperti yang dikemukakan oleh Nettl, bahwa ada dua kerangka kerja Etnomusikologi yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium. Dan data yang
diperoleh berdasarkan dari sumber data yang tepat melalui kata – kata dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen ataupun bahan yang lainnya, sumber data tertulis, foto, dan rekaman.
1.5.1. Pemilihan Lokasi Penelitian
Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih di Desa Sondi Raya, karena berdasarkan dari segi wilayah, pada saat ini merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah suku
Simalungun yang selalu menggunakan adat perkawinan Simalungun secara baik. Alasan lain juga adalah dari segi tempat, Desa Sondi Raya terlalu jauh dan tidak sulit
untuk dijangkau. Untuk sampai ke lokasi penelitian, dibutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan melalui kendaraan umum.
1.5.2. Studi Kepustakaan
Untuk mendukung tentang penulisan mengenai perubahan penggunaan pada musik pernikahan, penulis juga mencari buku – buku yang relevan terhadap masalah yang dibahas.
Walaupun juga sepanjang yang penulis ketahui, buku – buku yang menjelaskan secara terperinci mengenai musik pernikahan Simalungun belum dapat ditemukan. Buku yang mendukung
hanyalah memberikan gambaran secara umum tentang kesenian,musik, dan juga adatnya saja.
1.5.3. Penelitian Lapangan
Universitas Sumatera Utara
Penulis melakukan penelitian mulai bulan Maret 2009, di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Yang menjadi informan pangkal adalah Pdt. Jumahar Harianja,
S.th dan yang menjadi informan pokok adalah Bpk Kapimanson Saragih. Untuk memperoleh data penulis melakukan observasi pengamatan secara langsung
beberapa upacara perkawinan. Penulis mengumpulkan keterangan – keterangan misalnya jalannya upacara, pelaku, dan masalah – masalah yang relevan dengan pokok permasalahan. Dan
data – data yang dibutuhkan dicatat penulis sewktu penulis berada dalam lapangan. Setelah dari pengamatan, penulis melakukan wawancara dengan sebagian orang yang terlibat dalam upacara,
pemusik yang mengiringi perjalanan upacara, dan juga kepada informan penulis sendiri Ada tiga cara yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat tapi hanya dua yang diterapkan
oleh penulis, yaitu : 1.
wawancara berfokus focus interview 2.
wawancara bebas free interview Dalam wawancara berfokus, pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Dan
untuk menghindari informan jenuh dalam wawancara tersebut maka penulis juga melakukan wawancara bebas yaitu tidak berpusat pada suatu pokok permasalahan saja tetapi pertanyaan
dapat beralih ke suatu hal lain. Untuk merekam permainan musik dalam mengiringi salah satu pernikahan, penulis
menggunakan kamera digital dan disamping itu penulis juga menggunakan catatan untuk mencatat hal – hal yang bersangkutan dengan musik dan juga adatnya.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4. Kerja Laboratorium
Semua data yang diperoleh dilapangan diolah dalam kerja laboratorium, dengan pendekatan Etnomusikologi. Dan jika data yang dirasa masih kurang lengkap maka penulis
melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dan hal ini dilakukan berulang – ulang. Dan dalam pengolahan datanya penulis melakukan proses menjaring data,
menyeleksi data, menambah data yang kurang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KEHIDUPAN PENDUDUK DESA
SONDI RAYA
2.1. Gambaran Umum Orang Simalungun
Simalungun adalah salah satu suku Batak yang sekaligus menjadi nama sebuah kabupaten di Sumatera Utara. Suku Simalungun merupakan bagian dari suku batak diantara lima
sub lainnya yakni : Toba, Karo, Pakpak, Angkola, Mandailing. Kabupaten Simalungun terletak antara 02°36’-03°1’ Lintang Utara, dan berbatasan dengan lima kabupaten tetangga yaitu :
Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Asahan. Wilayah Kabupaten Simalungun mempunyai luas 4.386.6 km² atau 6,12
dari luas wilayah propinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduknya 841.189 jiwa Sortaman Saragih, 2008 : 20,21.
Masyarakat Simalungun memandang diri mereka sebagai suatu kelompok etnis yang kuat yang dipersatukan oleh bahasa, musik tradisional, serta adat-istiadat dan kekhasan yang unik
yang ada pada budaya masyarakat Simalungun A.D.Jansen, 2003: 10. Awal adanya suku ini adalah pada waktu perpindahan gelombang “protomelayu”, ada
sekelompok penduduk yang hijrah pindah dari India Selatan secara estafet. Awalnya kelompok ini berangkat dari India Selatan menuju Champa =Thailand sekarang. Setelah beberapa puluh
tahun tinggal di Champa, komunitas ini diserang oleh suku Mongolia dari Utara. Kaum pria banyak dibunuh dan wanitanya dikawini para pria Mongolia. Dari hasil perkawinan campuran ini
terlahirlah suatu turunan ras baru berkulit sawo matang. Setelah peristiwa serangan tersebut sebagian dari kelompok ini berpindah lagi dan berpencar menuju pulau-pulau di sekitarnya
Universitas Sumatera Utara
yakni Indonesia dan Philipina. Di Nusantara ada kelompok yang menuju Sulawesi dan ada yang menuju Sumatera. Mereka yang mendarat di Sulawesi tersebut, beranak pinak menjadi suku
Toraja. Sementara kelompok yang pindah menuju Sumatera mendarat di Batubahra sekarang: Batubara dan dari sana mulai menyebar keseluruh pelosok Sumatera bagian Utara. Kelompok
inilah yang akhirnya menjadi leluhur orang Simalungun. Di sekitar pantai Batubahra mereka mulai menciptakan perkampungan dan tercatat pada tahun 500-an Sesudah Masehi mereka
sudah membentuk tatanan masyarakat beserta sistem pemerintahannya. Pemerintahannya berbentuk Kerajaan, yang diberi nama Kerajaan Nagur. Sebagai bukti bahwa Simalungun
dulunya adalah peninggalan Kerajaan Nagur, kata Nagur banyak dipakai sebagai nama daerah atau kampung di daerah Simalungun misalnya Nagur usang, Nagur Panei, Mariah Nagur, dan
lain-lain Sortaman Saragih, 2008 :23-26. Melihat perjalanan adanya daerah dan suku Simalungun ini dapat dilihat beberapa
pendapat mengenai makna nama tersebut yaitu sebagai berikut: Kata “Simalungun” menggambarkan karakter masyarakat Simalungun itu sendiri, namun arti sebenarnya secara tepat
sukar untuk dipahami. Kata “Simalungun” dapat di bagi ke dalam tiga suku kata yaitu: Si berarti “Orang”, ma sebagai kata sambung berarti “yang” dan lungun berarti “sunyi, sepi, jarang
dikunjungi”. Dengan demikian, Simalungun berarti “ia yang sedih hati, sunyi atau kesepian” A.D.Jansen, 2003: 10.
D. Kenan Purba dan M. D. Purba memberikan pengertian yang sama mengenai asal nama simalungun.mereka menyebutkan bahwa istilah Simalungun berasal dari kata sima dan lungun.
Sima atau sima-sima artinya peninggalan” atau sisa. Lungun artinya sepi atau sedih. Sehingga dengan penggabungan dua kata tersebut menjadikan simalungun yang artinya peninggalan orang
yang sepi atau sedih Setia Dermawan Purba, 1994 : 31. Pengertian lain adalah berawal dari
Universitas Sumatera Utara
“si” dan “malungun”. Si artinya yang dan malungun artinya rindu. Jadi Simalungun artinya yang dirindukan.
Berdasarkan pendapat di atas terdapat tiga jenis yang mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Pertama yaitu si, ma, dan lungun. Kedua yaitu sima dan lungun. Ketiga yaitu si
dan malungun. Dan dari ketiga pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Simalungun itu menggambarkan karakter dari masyarakat itu sendiri dan mengungkapkan
kesepian dan kesedihan.
2.2. Deskripsi Desa Sondi Raya 2.2.1. Letak dan Wilayah Desa Sondi Raya