BAB III UPACARA PERKAWINAN ADAT SIMALUNGUN
3.1. Upacara Perkawinan
Nani Suwondo dalam bukunya “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat” mengatakan bahwa perkawinan adalah sumber dari segala perhubungan keluarga dan menimbulkan segala
perhubungan di dalam keluarga itu. Perkawinan hendaknya merupakan hal yang terang karena menyimpang dari itu adalah perbuatan pelanggaran terhadap adat dan tidak dikehendaki
masyarakat, karena itu menimbulkan ketidakseimbangan hukum-hukum ataupun aturan di dalam masyarakat Hotradaja, 1974 :55. Pengertian perkawinan dalam hukum adat Simalungun bertitik
tolak dari pemikiran atau cita-cita yaitu melanjutkan atau meneruskan keturunan dalam rangka pertalian darah dan sebagai pertautan tali perhubungan perfamilian dalam rangka keluarga baik
antar suku Simalungun maupun antar suku-suku lain Jahutar Damanik, 1974 :185. Dalam pelaksanaan upacara tersebut melibatkan semua kerabat atau fungsionaris tolu
sahundulan, lima saodoran tondong, sanina, boru, boru mintori, dan tondong ni tondong. Adapun tahapan pelaksanaan ataupun tata cara khusus seperti : 1 persiapan sebelum upacara
adat perkawinan, 2 makan bersama, 3 pembagian gori, 4 penyerahan uang mahar batu ni demban, 5 penyerahan kain adat hiou adat, 6 acara setelah upacara adat perkawinan.
Koentjaraningrat mengatakan bahwa tiap upacara adat dapat dibagi ke dalam empat komponen yaitu:
Tempat upacara, yaitu tempat yang dikhususkan dan tidak boleh didatangi orang yang
tidak berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Saat upacara, biasanya dirasakan sebagai saat-saat yang genting dan gawat, dan penuh
dengan bahaya gaib. Saat itu biasanya saat-saat yang berulang, tetap, sejajar dengan gerak alam semesta.
Benda-benda upacara, merupakan alat-alat yang dipakai dalam menjalankan upacara
adat.
Orang-orang yang melakukan upacara, biasanya dapat kita golongkan ke dalam tiga bagian ialah: pendeta, dukun, dan syaman.
Demikian halnya dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan pada masyarakat Simalungun juga memiliki keempat komponen tersebut yaitu:
Tempat upacara, adapun yang menjadi tempat pelaksanaan upacara adalah di rumah atau
di halaman rumah pihak mempelai pria.
Saat upacara, pelaksanaan upacara perkawinan biasanya dimulai pagi hari hingga pada sore hari.
Benda-benda upacara, yaitu 1 Musik, yaitu gonrang bolon atau musik keyboard. 2
hiou, seperti hiou Ragi Pane, Ragi Hidup, Hatirongga, Suri-suri, dan lain sebagainya. 3 Demban sirih, 4 Uang, 5 Beras, dan lain-lain.
Orang-orang yang melaksanakan upacara, yaitu pihak suhut, tondong, sanina, boru, dan
kerabat lainnya.
3.2. Tahapan Perkenalan Sampai Upacara Perkawinan Adat Simalungun 3.2.1. Martondur