Kelanjutan dan Perubahan Perubahan Dan Kelanjutan Musik Dalam Perkawinan Adat Simalungun Di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun

mereka cintai bisa beritikad baik di keluarga barunya. Begitu juga si anak akan menangis karena perpisahan dengan keluarganya. Rekasi mereka atas musik yang mengiringi juga dengan cara yang lambat.

4.2.7. Fungsi Sebagai Kesinambungan Budaya

Fungsi sebagai kesinambungan budaya dapat kita lihat bahwa pada saat upacara tidak hanya melibatkan orang tua saja, tetapi juga melibatkan muda-mudi, seperti sepupu yang masih muda dan belum menikah tapi mempunyai hak dalam upacara tersebut.atau kerabat lainnya yang datang menghadiri upacara tersebut. Sehingga apa yang mereka lihat dan mereka dengar nantinya akan diteruskan kepada anak dan cucu mereka. Dengan demikian budaya tersebut dapat terus berlanjut dan dipertahankan

4.3. Kelanjutan dan Perubahan

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan di suatu etnis. Misalnya seperti budaya luar yang masuk ke dalam, bahkan juga akibat modernisasikemajuan zaman yang tanpa disadari menuntut setiap orang untuk turut mengikutinya. Hal ini jugalah salah satu alasan mengapa banyak terjadi perubahan pada musik dalam pernikahan Simalungun bahkan juga sedikitnya pada budaya yang ada didalamnya. Seperti halnya yang disampaikan oleh Robert. D. bahwa perubahan suatu budaya didukung juga oleh ide ataupun gagasan dari fikiran seseorang. Sama halnya dengan masyarakat di desa Sondi Raya yang juga terpengaruh dengan budaya dan musik dari luar budayanya. Kemungkinan mereka sering ke luar daerah itu dan melihat ada budaya di luar Simalungun yang menarik dan membawanya ke daerah mereka sendiri. Hal ini seolah menunjukkan bahwa begitu Universitas Sumatera Utara gampang masyarakat ini menerima dan memakai budaya yang dilihat dari luar. Hal ini termasuk juga karena salah satu sifat orang Simalungun yang mau dengan cepat bertoleransi dan dengan mudahnya memakai budaya dan musik di luar budaya sendiri. Perubahan ini dirumuskan Koentjaraningrat sebagai difusi stimulus dimana terjadi persebaran kebudayaan secara geografis yang kemudian berubah melalui serangkaian pertemuan kultural dengan kebudayaan lain Skripsi Irman Syahputra, 2008:107. Begitu juga halnya dengan daerah Sondi Raya. Banyaknya orang asing yang datang ke daerah ini menyebabkan mereka membawa budaya mereka sendiri dan secara tidak langsung mempengaruhi orang-orang yang ada di dalam daerah tersebut, walaupun perubahan yang tidak menonjol tetapi cukup membawa pengaruh. Perubahan dalam pelaksanaan upacara adat tidak terlalu banyak berubah. Hanya saja waktunya yang dipersingkat ataupun juga kalau ada yang berubah atau tidak lagi dilaksanakan dikarenakan oleh berbagai faktor seperti kepercayaan yang dahulu diarahkan kepada hal-hal lain seperti roh nenek moyang tetapi sekarang sudah diarahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah mempunyai agama, masalah hal waktu yang dahulunya bisa berhari-hari tetapi dipersingkat karena kendala kesibukan lain yang harus dikerjakan. Perubahan-perubahan dalam hal ritual ini yaitu misalnya juga dalam pelaksanaan acara mengalob boru. Pada bagian acara ini dulunya dilaksanakan sehari sebelum hari pelasanaan upacara yaitu pada malam harinya. Namun pada saat ini hal tersebut sudah tidak semua orang lagi melakukannya dengan alasan jarak yaitu rumah pengantin pria dan wanita sudah tidak lagi di daerah yang sama. Jadi untuk mengatasi hal ini, acara maralob boru dibuat dan disatukan pada saat acara marpadan perjanjian sebelum pernikahan. Pelaksanaan marpadan ini dilakukan seminggu sebelum pelaksanaan upacara adat. Dalam marpadan ini juga dahulunya tidak ada Universitas Sumatera Utara tetapi karena sudah agama maka dibuatlah acara marpadan dan disinilah acara maralob boru disatukan. Menurut Bapak Rabana Saragih perubahan lain yang terjadi adalah dahulunya pesta adat bisa dilaksanakan selama 7 hari dan sangat sakral. Semua tahapan adat dilakukan tanpa mengurangi atau menambahkan bagian lain. Pelaksanaan acara marobu-robu atau acara ke tempat mertua dengan pemberian siluahpegangan juga masih dilakukan dahulunya. Bahkan setelah upacara adat, kedua pengantin tidak makan tetapi hanya minum air putih saja. Bahkan mereka belum diperbolehkan sekamar selama 5 hari lamanya. Hal ini dimaksudkan supaya kedua pengantin bebas oleh hal-hal yang akan mengganggu keutuhan rumah tangga mereka. Namun hal ini tidak lagi dilaksanakan karena masyarakat di Desa ini sudah mempunyai kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan adat memang sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan, hanya saja dalam bentuk musik yang dibawakan sudah benar-benar berubah. Perubahan-perubahan dalam hal musiknya misalnya seperti acara maralob yang dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan adatnya yaitu pada malam hari. Pada saat acara maralob selalu di iiringi musik pada bagian tertentu yang pada saat musik dibutuhkan. Pada saat inilah musik pertama sekali dibuka. Biasanya setelah acara mangalob boru selesai, semua pihak yang bersangkutan bahkan para pemuda dan tetangga bersama-sama menari bersama bersukacita karena hari yang dinantikan akan segera tiba. Berbeda dengan sekarang yang pelaksanaannya sudah tidak lagi memakai musik tapi lebih banyak dibicarakan apa saja yang akan dikerjakan pada saat upacara pelaksanaan adat tiba yaitu keesokan harinya. Hal lain juga yang membuat kita beda melihatnya bahkan tidak kelihatan lagi adalah dari segi lagunya yang sudah tidak memiliki ciri khas yaitu dari inggou. Padahal musik Simalungun identik terkenal dengan inggounya. Musik yang dijalankan memang terarah tapi sudah tidak tertib lagi karena suara musik yang terlalu ribut Universitas Sumatera Utara hingga akhirnya kurang dirasakan apa makna dari setiap lagu yang dinyanyikan ataupun kurang dalam menikmati musiknya. Setiap orang memang bersukaria karena adanya musik tadi tetapi kalau diperhatikan sebenarnya musik yang mengalir sudah tidak sesuai dengan hal pelaksanaan adatnya. Musik seolah-olah hanya bagian kecil pendukung pelaksanaan adat. Dari keterangan di atas mengenai musik pada perkawinan Simalungun terlihat dari faktor lain yaitu dari segi ensambelnya yang sudah berubah dan tidak lagi terfokus pada ensambel yang sebenarnya. Termasuklah di desa Sondi Raya. Menurut wawancara dengan Bapak Kapimanson hal ini juga dipengaruhi oleh alat musik yang sudah berubah menjadi musik keyboard dan di desa ini sudah banyak mempunyai group keyboard yang dapat dengan mudah disewakan dan dengan biaya yang masih bisa tidak terjangkau dan tidak semahal jika memakai ensambel gonrang bolon. Karena ensambel yang aslinya juga sudah mengalami perubahan, otomatis musik didalamnya juga mengalami perubahan. Seperti dikatakan diatas bahwa lagu Simalungun terkenal dengan inggounya maka musiknyapun cenderung berirama lambat dan mendayu. Tetapi dengan berubahnya ensambel gonrang menjadi alat musik lain seperti keyboard dan alat musik pendukung lainnya maka secara tidak disadari musik yang identik mendayu dan lambat tadi berubah menjadi musik yang berirama cepat. Hal ini juga pengaruhnya karena pada akhirnya banyak permintaan supaya musik yang dimainkan harus disesuaikan dengan suasana hati yang dialami pada saat itu. Maka akhirnya kemurnian dari suatu musik berangsur-angsur berubah dan tidak lagi terlihat kemurniannya. Unsur yang menunjukkan bahwa itu musik simalungun bukan lagi dari musiknya tapi hanya sekedar dari bahasa didalam lagu itu saja. Ada hal yang berubah namun ada juga hal yang berlanjut. Terbukti dari sebagian besar adat yang dijalankan masih adat Simalungun walaupun sudah tidak secara keseluruhan lagi Universitas Sumatera Utara dilaksanakan. Hal lain yaitu dari segi alat musiknya. Walaupun secara keseluruhan ensambel gonrang Simalungun tidak dimainkan tetapi masih ada beberapa yang tetap dimainkan walau tidak kelihatan secara tereus menerus yaitu satu buah sarunei bolon dan dua buah gong yang digantung. Tabel VIII. Perbandingan Upacara Adat Perkawinan Adat Simalungun Terdahulu Adat Simalungun di Desa Sondi Raya Pajabu Parsahapan Dilaksanakan sesuai kesepakatan Dilaksanakan sesuai kesepakatan manggong Diumumkan dengan cara memukul gong pertanda ada yang akan melangsungkan pernikahan - Diumumkan dengan cara membuat undangan formal - Bagi yang beragama Kristen diumumkan dengan cara membacakan pengumuman di Gereja di luar dari undangan formal. Maralob Boru Dilaksanakan pada malam hari sehari sebelum upacara perkawinan adat dan aat ini sudah sah dinyatakan sebagai suami-istri. Dilaksanakan pada saat setelah marpadan atau saat setelah pajabu parsahapan Pemberkatan Nikah Tidak terlaksana karena belum adanya agama Dilaksanakan pagi hari sebelum pelaksanaan upacara adat dan sudah menjadi keharusan. Mangusei Pada saat mau memasuki rumah, kedua pengantin manortor sembari jongkok Cara manortor hanya dengan cara menundukkan kepala dengan posisi berdiri Universitas Sumatera Utara dan terus berjalan dan masih dalam keadaan jongkok Surduk-surdukPerjamuan Adat Dahulunya makanan adat kepada pengantin itu biasanya adalah ikan jurung. ayam sebagai tambahan saja Makanan wajib yang diberikan itu adalah dayok na binatur Acara Huria Tidak terlaksana. Dilaksanakan sesuai dengan aturan dari pihak Gereja. Penyerahan Demban Dilaksanakan sesuai adat Dilaksanakan sesuai adat Penyerahan Kain Adat - Busana untuk pengantin pria selalu diberikan gotong dengan rudang yang diikatkan di gotong, ulos ragi cantik, keris dipinggang, dan sarung. - Busana untuk wanita selalu diberikan bulang dengan hudung-hudung sebagai perhiasannya, suri- suri, ulos ragi cantik. - Kepada kedua pengantin diberikan kain kain yang diikatkan kepada keduanya Untuk busana tidak jauh berbeda. Yang berubah hanya saja tidak ada keris ataupun rudang pada gotong dan tidak ada hudung- hudung pada bulang. Hal ini tidak jadi suatu keharusan karena memakai dana yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara

4.4. Pandangan Masyarakat Simalungun di Desa Sondi Raya