Manjae Tahapan Perkenalan Sampai Upacara Perkawinan Adat Simalungun 1. Martondur

Gambar 15. Pemberian Demban Kepada Pengantin Setelah acara ini maka dilanjutkan dengan sepatah dua patah kata baik itu dari pihak pengantin laki-laki maupun dari pihak pengantin perempuan. Setelah itu dilanjutkan dengan acara pemberangkatan dari pihak tondong kepada pihak parboru sembari mengucapkan kata horas…horas…horas...sebanyak tiga kali.

3.2.3. Manjae

Arti dari manjae adalah memisahkan anak yang telah berumahtangga dari orangtuanya. Baik dalam kehidupannya maupun pengaturan dan tanggung jawabnya terhadap kerukunan rumah tangga serta pemeliharaan hubungan antar tetangga baik kepada keluarga maupun pada masyarakat sekelilingnya. Sebenarnya pada dasarnya orang-orang yang telah marhajabuan telah diberi hak untuk berdiri sendiri namun terkadang dengan berbagai pertimbangan maka orangtua terkadang merasa belum saatnya melepas anaknya begitu saja dan juga dengan tanggungan hidupnya. Sementara mengumpulkan segala sesuatunya untuk kehidupan yang sudah berumah Universitas Sumatera Utara tangga maka si anak diberi kesempatan untuk mengumpulkan segala sesuatunya dan sampai waktunya tiba orangtua melepaskan anaknya. ] Universitas Sumatera Utara BAB IV KELANJUTAN DAN PERUBAHAN MUSIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT SIMALUNGUN DI DESA SONDI RAYA KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN Dalam bab ini akan membahas tentang kelanjutan dan perubahan musik dalam perkawinan adat Simalungun. Namun sebelumnya penulis akan memaparkan beberapa hal yang berkaitan sebelumnya dengan musik dan beberapa hal yang terdahulu masih dilakukan. Sebagian dari rangkaian upacara perkawinan adat Simalungun diiringi oleh reportoar-reportoar yang dimainkan oleh musik gonrang. Musik gonrang dibagi dalam dua bagian yaitu gonrang sidua-dua dan gonrang bolon atau gonrang sipitu-pitu. Gonrang sidua-dua sepasang alat tabuh, biasanya digunakan pada acara-acara seperti pernikahan, selamatan memasuki rumah baru, dan perayaan-perayaan sejenis lainnya. Sedangkan gonrang bolon bolon=besar atau disebut gonrang sipitu-pitu pitu=tujuh menggunakan tujuh buah alat tabuh digunakan untuk upacara kematian. Namun adakalanya gonrang sipitu-pitu juga digunakan pada acara pernikahan dengan menggunakan enam buah alat tabuh sebagai alternatif dari gonrang sidua-dua. Istilah gonrang bolon atau gonrang sipitu-pitu digunakan karena jumlah alat musiknya lebih banyak dibanding dengan ensambel musik lain. Alat-alat yang dipakai dalamnya terdiri dari tujuh buah gendang, sepasang gong besar, dua buah mongmongan, sitalasayak atau talisayak, dan satu serunei A. D. Jansen 2003 : 38. Tetapi pada perkembangannya sudah berubah menjadi keyboard dan beberapa alat musik tambahan lain seperti cymbal dan terompet bahkan sulim dan taganing. Reportoar tersebut biasa disebut dengan gual. Gual ini terbagi atas empat gual yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Gual Parahot yaitu gual yang ditujukan kepada Tuhan Peguasa alam. Gual inilah yang pertama sekali dibunyikan sebelum melanjutkan ke gual berikutnya. Gual inilah pengantar ataupun gerbang untuk memasuki upacara adat perkawinan Simalungun. Sepanjang gual ini dimainkan tidak ada seorangpun yang diperbolehkan manortor karena sifatnya berbentuk pemujaan dan sakral. Dahulunya hal ini ditujukan kepada roh nenek moyang tetapi karena masuknya agama maka hal ini sudah ditujukan kepada Tuhan. Gual ini dimainkan sebanyak tiga trip berulang-ulang tolu hali ni ombas. 2. Gual rambing-rambing ramos yaitu gual yang menyatakan untuk mendapatkan rezeki dan agar lancarlah rezeki dari yang mengadakan upacara adat bahkan setiap orang yang turut mengikuti upacara adat tersebut. 3. Gual olob-olob yaitu gual yang bermaksud agar semua orang yang ada dapat terhibur dan bersukacita sepanjang upacara adat itu. Tidak ada satu orangpun yang bersusah hati karena saat itu adalah saat yang harus benar-benar dinikmati dan semua orang bersukacita. 4. Gual sayur matua yaitu gual yang menyatakan pengharapan agar semua yang turut dalam upacara adat bahkan yang memiliki upacara adat pada saat itu bisa panjang umur. Keempat gual ini selalu disajikan di setiap pelaksanaan upacara adat dan pemusik yang mendukung upacara adat selalu dihargai dengan ditandai pemberian batu ni demban kepada pemusik sebelum mereka memainkan ensambel tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pemusik dapat bekerja sama dengan pihak yang sedang menjalankan adat yaitu dengan cara mereka mampu menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik dari awal sampai upacara adat ini selesai. Demban yang diberikan sebanyak dua lembar dengan perantara yang menerima yaitu parsarune dan panggaul. Pemberian dan memainkan ensambel yang pertama sekali ini disebut dengan Universitas Sumatera Utara manati gonrang. Di akhir upacara adat selalu ada juga dibuat hal yang sama seperti saat pembuka gual. Pemusik tetap diberikan demban sebanyak dua lembar dan ditandai adanya gual penutup dan hal ini disebut dengan manakil gonrang. Namun sepanjang perkembangannya dan salah satunya karena ensambel gonrang sambilan tidak pernah dimainkan lagi maka hal ini tidak pernah lagi dibuat. Gual diatas jadi terlihat bergeser dengan adanya istilah baru yaitu gual pembuka, gual permintaan, dan gual penutup. Semua gual inipun dimainkan dengan cara baru yaitu dengan memakai musik keyboard. 4.1. Musik Dalam Perkawinan Adat Simalungun 4.1.1. Gual