Pengertian Analisis Wacana Analisis Wacana

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Secara etimologi, „Wacana‟ berasal dari bahasa Sansekerta wac atau wak atau vak yang memiliki arti „Berkata‟ atau „Berucap‟. Kata ana berfungsi sebagai sufiks akhiran yang bermakna „Membedakan‟ nominalisasi. Kemudian kata Sansekerta itu mengalami perubahan menjadi wacana, yang berarti perkataan atau tuturan. 16 Istilah wacana merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yakni discourse. Kata discourse berasal dari bahasa latin discursus, dis: dari, dalam arah yang berbeda dan curere: lari, sehingga berarti lari kian kemari. 17 Dalam hierarki gramatikal, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi di atas satuan kalimat, sebagai satuan tertinggi yang lengkap, maka di dalam wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami tanpa keraguan. 18 Wacana dapat di realisasikan dalam bentuk karangan yang utuh seperti, novel, buku, seni ensiklopedia, artikel, dan sebagainya. 19 Secara terminologi, istilah wacana memiliki arti yang sangat luas. Hal ini dikarenakan perbedaan lingkup dan displin ilmu yang menggunakannya. Bahkan kamus pun, tidak bisa dianggap sepenuhnya merujuk pada referensi 16 Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana, Yohyakarta: Tiara Wacana, 2005, h.3. 17 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 9. 18 Abdul Chaer, Kajian Bahasa, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 62 . 19 Okke Kusuma Sumantri Zaimar dan Ayu Basoeki Harahap, Telaah Wacana, Jakarta: The Intercultural Intitute, 2009, h. 11. yang objektif, pasti memiliki definisi yang berbeda pula. Wacana adalah komunikasi buah pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan, dan percakapan. 20 Berikut ini beberapa pengertian wacana dari beberapa pakar komunikasi: Menurut Samsuri wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula memakai tulisan. 21 Sedangkan Ismail Marhaimin mengartikan wacana sebagai “Kemampuan untuk maju dalam pembahasan menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya”, dan “Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupunn tulisan, yang resm i dan teratur”. 22 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah “rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal subjek yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk o leh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa”. 23 Kajian terhadap wacana sering disebut sebagai analisis wacana, istilah analisis dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu sifat penelitian, penguraian, kupasan. Sedangkan analisa adalah penyeledikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya. 24 Analisis wacana merupakan pendekatan baru muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi 20 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 9. 21 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10. 22 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10. 23 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 11. 24 Hamis ST, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Pustaka Dua, 2000, cet. Ke-1, h. 34. penganalisaannya hanya kepada soal kalimat dan barulah memalingkan perhatiannya kepada penganalisaan wacana. 25 Analisis wacana merupakan salah satu studi mengenai pesan dalam komunikasi selain analisis isi kuantitatif. Menurut Eriyanto, terdapat empat perbedaan anatara analisis wacana dengan analisis isi kuantitatif, antara lain: a. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya kuantitatif, analisi wacana menekankan pada pemaknaan teks ketimbang penjumlahan unit kategori seperti yang terdapat dalam analisi isi. Sehingga dalam menentukan analisis datanya, analisis wacana tidak memerlukan lembaran koding. b. Analisis isi kuantitatif lebih menekankan kepada “apa” what yang dikatakan oleh media, dan hanya bergerak pada level makro isi media saja. Sedangkan analisis wacana menekankan kepada “bagaimana” how dan isi media, analisis wacana juga meneliti pada level mikro yang menyusun suatu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris. c. Analisi isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest nyata, atau dengan kata lain yang dipentingkan adalah objektivitas, validitas keakuratan data, dan realibitas. Sedangkan dalam analisis wacana, unsur terpenting dalam analisisnya adalah penafsiran dari teks yang latent tersembunyi. d. Analisis isi bertujuan melakukan generalisasi dalam penyimpulan hasil penelitiannya, dan bahkan melakukan prediksi. Hal ini karena dalam unit 25 A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, Bandung: Angkasa, 1993, cet. Ke- 1, h. 12. atau perangkat penelitiannya menggunkan sample, angket dan sebagainya. Sedangkan analisis wacana tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi dengan menggunakan beberapa asumsi. 26 Analisis wacana bersifat lebih mendalam bila dibandingkan dengan analisis isi sebab analisis wacana menafsirkan pesan yang tersembunyi. Untuk analisis wacana tulisan, penelitian bukan hanya sekedar pada kalimat yang ditulis, tetapi pada kata dan hubungan kalimat, bagaimana kalimat itu dibentuk dan tujuan dari kata atau kalimat itu disajikan. Analisis wacana tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi seperti yang dilakukan dalam penelitian dengan menggunakan analisis isi dalam menyimpulkan hasil.

2. Model Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk