BAB IV ANALISIS WACANA KRITIS “DAI KOMERSIAL” DALAM BUKU
SETAN BERKALUNG SURBAN KARYA PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA
A. Struktur Teks yang Diwacanakan dalam Buku Setan Berkalung Surban
1. Judul: Setan Berkalung Surban
a. Level Teks
1 Struktur Makro
a Segi Tematik
Tema atau topik adalah sebuah gambaran umum dari teks, dapat juga dikatakan sebuah gagasan inti atau ringkasan utama sebuah teks.
Dalam tulisan Alex Sobur yang mengutip Keraf, mengatakan bahwa tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis
melalui tulisannya.
84
Topik tulisan ini adalah tentang muamalah. Gagasan intinya adalah mengkritik dai yang hanya bermodal surban
tetapi berdakwah tidak berdasarkan niat karena Allah swt. melainkan mengikuti hawa nafsu dan kehendak setan.
85
2 Superstruktur
a Segi Skematik
Pada umumnya, teks, atau wacana memiliki skema atau alur, yang dimulai dari pendahuluan hingga penutup. Alur tersebut
84
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 75.
85
Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau, Jakarta, 18 Mei 2015.
menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Skematik memiliki dua
kategori besar yaitu summary yang terdiri dari judul dan lead teras
berita serta story isi berita keseluruhan. Berikut penjabarannya:
Tulisan ini
berjudul “Setan Berkalung Surban.” Lead teras
berita menggambarkan mengenai judul yang diangkat untuk membawa pembaca kepada pendahuluan. Pendahuluan tulisan ini
diawali dengan sebuah cerita yang berasal dari hadis Rasul saw.
dengan bahasa Arab dan bahasa Indonesia, sebagai berikut:
ًَيَشَو ِّتي َيَغ ُها َ َص ِها ُلُٔشَر َََِِو لاك ِّغ ها ير ةريرْ يث َغ
ُجتيُكَو ، ُُّحتذَخ َ
أَف ، ِماَػطىا ٌََِ ُٔثت ََ َوَػَجَف ، متت ِِاَح َ
أَف ، َنا َضَڞَر ِة َََز ِظتفِ ِِ :
َشَو ِّتي َيَغ ُها َ َص ِها ِلُٔشَر ََِح َمَِػَفترَأ
َِِو ، للاَيِټ َََغَو ، لجاَخت ُُ يِِح َلاَك ، ًَي
اَة َ
ث اَي ًَيَشَو ِّتي َيَغ ُها َ َص
ِِنا َلاَلَف ، ُجتدَت تصَأَف ، ُّتَِټ ُجتييَخَف ، لةَديِدَش لثَجاَخ
اَي ُجتيُك َلاَك ، ؟ َثَخِراَ ت
ْا َكُِْش َ
ث َوَػَف اٌَ ، َةَرتيَرُْ ، ًةَديِدَش ًثَجاَخ َََش ،ِها
َلُٔشَر َلاَك ، َُّييِبَش ُجتييَخَف ، ُُّخت َِِرَف ، ااَيِټَو
: .ُدُٔػَيَشَو ، َمَةَذَن تدَك ُُِّح اٌَ
َ ث
86
“Abu Hurairah ra. Bercerita: Suatu hari Rasulullah saw. menugaskan saya untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan.
Tiba-tiba datanglah seseorang melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Dia lalu saya tangkap, dan saya katakan: “Kamu
akan saya laporkan kepada Rasul saw.” orang itu menjawab: “Saya orang yang sudah berkeluarga dan sangat membutuhkan makanan
tersebut untuk keluarga saya.” Mendengar itu saya pun
melepaskannya. Ketika pagi tiba Rasul saw. bertanya: “Wahai Abu Hurairah apa yang kamu lakukan pada orang yang kamu tangkap tadi
malam?” Saya menjawab: “Wahai Rasulullah, orang itu mengadukan kesusahan keluarganya, dan dia memohon harta zakat saat itu juga,
lalu saya bebaskan.” Rasul saw. bersabda: Dia telah mengelabuimu, dan nanti malam ia akan datang lagi.
”
87
86
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Mesir: Dar al-Hadis, 2008, juz 3, h. 101.
87
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 92.
Pendahuluan dalam tulisan ini menggunakan cerita dengan bahasa Arab dan bahasa Indonesia dari sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Tujuannya adalah untuk mengajak pembaca agar membaca hadis Rasul saw. juga agar memberi
penguatan pada pesannya. Inti dari tulisan ini berada dalam akhir cerita tersebut, yaitu:
“Dari Hadis ini, ada pelajaran menarik. Pertama, bahwa setan dapat menjelma menjadi manusia. Kedua, dalam rangka mengecoh
dan mencari korban, setan dapat menjelma menjadi seorang ustaz atau ustazah dengan segala atribut dan nasehat-nasehatnya.
”
88
Tulisan ini ditutup dengan memberikan sebuah peringatan
kepada kita agar berhati-hati terhadap segala macam bentuk rayuan setan yang ada di dunia ini. Cerita ini berlangsung sampai tiga kali
berulang-ulang dan pada hari ketiga Rasul saw. memberitahukannya
bahwa ia adalah setan. Kesimpulan dari tulisan ini menjelaskan bahwa
meskipun seseorang itu menggunakan surban dan menjadi dai, jika dakwahnya tidak berlandaskan ikhlas karena Allah, maka sama saja
dakwahnya itu mengikuti rayuan setan dan hawa nafsunya. Story tulisan ini memberikan pandangan kepada orang-orang
bahwa setan dapat menyerupai apapun dan siapapun untuk menggoda manusia, bahkan dalam bentuk yang menurut umat Islam baik
menggunakan surban. Jika para dai yang menggunakan surban melakukan dakwahnya bukan dilandaskan atas keikhlasan karena
Allah swt. melainkan karena mengikuti hawa nafsunya karena ingin
88
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
populer misalnya, maka sama saja dakwahnya itu mengikuti kehendak
setan bukan mengikuti keinginan Allah swt. 3
Struktur Mikro a
Segi Semantik
Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.
89
Elemennya adalah latar, detail, maksud, dan praanggapan. Latar tulisan ini berawal dari Abu Hurairah yang
diamanati untuk menjaga zakat Ramadhan yaitu di Bait al-Mal. Detail tulisan ini sangat bagus, karena menceritakan secara naratif tentang
kejadian yang dialami Abu Hurairah selama 3 hari untuk menjaga harta zakat dari awal sampai akhir. Berikut detail dalam tulisan ini:
“Abu Hurairah ra. bercerita, “Suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menugaskan saya untuk menjaga harta
zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seseorang melihat- lihat makanan dan langsung mengambilnya. Dia lalu saya tangkap,
dan saya katakan, “Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah.”
Orang itu menjawab: „Saya orang yang sudah berkeluarga dan sangat membutuhkan makanan untuk keluarga saya.” Mendengar itu
saya pun melepaskannya. Ketika pagi tiba, Rasulullah bertanya: “Wahai Abu Hurairah apa yang dilakukan oleh orang yang kamu
tangkap tadi malam?” Saya menjawab: “Wahai Rasulullah, orang itu mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat
saat itu juga, lalu saya bebaskan.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam lalu bersabda: “Dia telah mengelabui kamu wahai Abu Hurairah dan nanti malam dia akan kembali lagi”.
Dari sabda Nabi ini, saya tahu bahwa dia akan kembali lagi. Malam harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul
apa yang disampaikan Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia
mengambilnya. Melihat itu, dia lalu saya tangkap, dan saya katakan, “Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah.” Orang itu
menjawab: “Saya betul-betul sangat membutuhkan makanan itu
89
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet. Ke-3, h. 2.
sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu sambil menahan lapar. Saya berja
nji tidak akan kembali lagi esok hari”. Mendengar itu, saya merasa kasihan dan akhirnya saya lepaskan kembali.
Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali: “Apa yang dilakukan oleh orang yang kamu tangkap tadi malam, wahai Abu Hurairah?”
Saya menjawab: “Orang kemarin datang kembali dan mengambil harta zakat. Karena keluarganya sudah lama kelaparan, akhirnya
saya melepaskannya”. Mendengar itu, Rasulullah bersabda: “Dia telah membohongi kamu dan nanti malam ia akan kembali untuk yang
ketiga kalinya”.
Malamnya ternyata orang itu kembali lagi dan seperti biasa dia mengambil harta zakat yang sudah terkumpul di dalam gudang.
Melihat itu, dia lalu saya tangkap, dan saya katakan, “Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah. Bukankah kamu kemarin berjanji
tidak akan
kembali lagi tapi mengapa kini kembali juga?” Orang itu menjawab: “Ijinkanlah. Saya akan ajarkan kepada kamu sebuah
kalimat yang apabila kamu membacanya Allah akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak akan disentuh dan didekati oleh setan hingga
pagi hari. Saya merasa tertarik dengan ucapannya lalu saya menanyakan kalimat apa itu. Dia menjawab: “Apabila kamu hendak
tidur, jangan lupa membaca ayat Kursi, maka Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati oleh setan sehingga pagi tiba”.
Para Sahabat Nabi saw. memang suka dengan amalan-amalan.
Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya lakukan tadi malam dan saya katakan: “Ya Rasulullah, dia
mengajarkan saya kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaidah.” Rasulullah lalu bertany
a kembali: “Kalimat apa yang diajarkannya?” Saya menjawab, “Dia mengajarkan ayat Kursi dari awal sampai
akhir dan dia katakan bahwa kalau saya membacanya sebelum tidur, maka Allah akan menjaga saya sampai pagi hari.” Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Salla
m lalu bersabda: “Yang dia sampaikan itu betul namun dia sudah berhasil mengelabui kamu dengan
mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa orang yang mendatangi kamu tiga malam itu?” Saya menjawab: “Tidak, saya tidak tahu”.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam lalu bersabda: “Ketahuilah bahwa dia itu adalah setan.”HR. Al-Bukhari”
90
90
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 92-94.
Sedangkan maksud dalam tulisan ini menjelaskan jika ibadah bukan karena Allah swt., maka ibadah itu untuk setan, disampaikan
dengan jelas dalam kalimat berikut: “Ketika sebuah ibadah dilakukan tidak dalam rangka
menjalankan perintah Allah dan atau Rasul-Nya, apalagi dalam rangka memenuhi keinginan selera alias hawa nafsu yang dibisiki oleh setan,
maka di sinilah ibadah itu bukan untuk Allah tetapi untuk setan.”
91
Praanggapan tulisan ini berada dalam kutipan berikut: “Di sinilah, banyak orang terkecoh dengan penampilan setan.
Apabila yang digoda seorang yang senang beribadah, setan tidak akan menyuruhnya untuk bermain judi, mencuri, korupsi, dan sebagainya,
tetapi setan menyerunya untuk melakukan perbuatan yang lahiriahnya adalah sebuah ibadah.”
92
b Sintaksis
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan atau kalimat.
93
Maksudnya adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun menjadi kesatuan yang memilki arti.
Elemen yang diamati dalam sintaksis adalah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti. Bentuk kalimat dalam tulisan ini
menggunakan kalimat aktif dengan awalan me-, dan kalimat pasif awalan di- dapat dilihat dalam kutipan berikut:
“Pertama, bahwa setan dapat menjelma menjadi manusia.
Kedua, dalam rangka mengecoh dan mencari korban, setan dapat menjelma
menjadi seorang ustaz atau ustazah dengan segala atribut dan nasehat-nasehatnya.
”
94
91
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
92
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
93
W. M. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, Jogjakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2001 cet. Ke-3, h. 161.
94
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
“Untung, Abu Hurairah diberitahu Nabi saw. bahwa wiridan
tersebut adalah benar. ”
95
Koherensi dalam tulisan ini ditandai dengan kata hubung „tetapi‟
yang bermakna pengingkaran, yang dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
“Di sinilah, banyak orang terkecoh dengan penampilan setan. Apabila yang digoda seorang yang senang beribadah, setan tidak akan
menyuruhnya untuk bermain judi, mencuri, korupsi, dan sebagainya, tetapi
setan menyerunya untuk melakukan perbuatan yang lahiriahnya adalah sebuah ibadah. Ketika sebuah ibadah dilakukan tidak dalam
rangka menjalankan perintah Allah dan atau Rasul-Nya, apalagi dalam rangka memenuhi keinginan selera alias hawa nafsu yang dibisik oleh
setan, maka di sinilah ibadah itu bukan untuk Allah tetapi untuk setan.
”
96
Kata „tetapi‟ yang pertama berfungsi untuk menjelaskan situasi
orang yang beriman dan suka beribadah justru akan digoda dengan sesuatu yang lahirnya adalah ibadah akan tetapi hakikatnya mengikuti
setan. Sedangkan pemahaman yang beredar adalah bahwa setan akan menggoda seseorang yang beriman dengan sesuatu yang mungkar atau
buruk . Kemudian kata „tetapi‟ yang kedua berfungsi untuk
menjelaskan seorang dai yang berdakwah bukan karena Allah, maka dakwahnya itu tidak lain adalah untuk mengikuti kehendak setan.
Kata ganti dalam tulisan ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu bersabda: “Yang
dia sampaikan itu betul namun dia sudah berhasil mengelabui kamu
dengan mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa orang yang mendatangi kamu
tiga malam itu?” Saya menjawab: “Tidak, saya
95
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
96
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
tidak tahu”. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu bersabda:
“Ketahuilah bahwa dia itu adalah setan.”
97
Penggunaan kata „dia‟ dalam kalimat ini menggambarkan
ketidaksukaan Rasul saw. terhadap apa yang dilakukan setan. Sedangkan kata „kamu‟ dalam kalimat ini menggambarkan kedekatan
Rasul saw. dengan Abu Hurairah.
“Hadis ini juga memberikan peringatan kepada kita agar hati-
hati menghadapi rayuan setan karena boleh jadi setan betina tampil dengan jilbab dan busana muslimah dan setan jantan tampil dengan
berkalung surban. ”
98
Penggunaan kata „kita‟ dalam kalimat ini menggambarkan tidak
adanya batas antara penulis dan pembaca. Kesan ini berfungsi untuk menciptakan perasaan yang sama antara penulis dan pembaca. Dengan
demikian pembaca dapat menerima dengan mudah ajakan beliau.
c Segi Stilistik
Stilistik adalah cara yang digunakan beliau untuk menyatakan maksud melalui pilihan kata yang digunakan. Seperti terdapat dalam
kutipan berikut: “Untung, Abu Hurairah diberitahu Nabi saw. bahwa wiridan
tersebut adalah benar, sehingga ia mengamalkannya bukan karena mengikuti perintah setan tapi mengikuti perintah Nabi saw.
”
99
Dari kutipan kalimat di atas, beliau menggunakan kata wiridan
untuk menjelaskan ayat kursi yang dimaksud di dalam ceritanya.
97
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 93-94.
98
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
99
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 94.
d Segi Retoris
Retoris dalam tulisan ini menggunakan bentuk ekspresi berupa peringatan tentang gangguan setan dan metafora dalam bentuk kiasan
tentang setan, untuk menyampaikan pesannya kepada pembaca. Hal
ini terlihat dari kutipan: “Hadis ini juga memberikan peringatan kepada kita agar
hati-hati menghadapi rayuan setan karena boleh jadi setan betina tampil dengan jilbab dan busana muslimah dan setan jantan tampil
dengan berkalung surban. ”
100
2. Judul: Surban dan Jubah Haram