Level Teks Judul: Memberdayakan Imam Masjid

murid Buya Hamka yang dapat menceramahkan secara akademik pemikiran moderat almarhum Buya Hamka.” 189 “Bandingkan dengan ustaz-ustaz bawahan yang apabila memiliki pendapat, mereka pertahankan mati-matian pendapat itu kendati bertentangan dengan petunjuk Rasulullah saw.” 190 Buya Hamka tidak merasa bahwa dengan sikapnya untuk kembali ke rukyat itu gengsinya akan jatuh. ” 191 Dari kutipan kalimat di atas, beliau menggunakan kata moderat untuk menjelaskan orang yang selalu berada di tengah-tengah, dan orang yang berada dalam jalan yang benar. Kemudian menggunakan kata ustaz bawahan untuk menjelaskan dai yang tidak sesuai dengan kode etik dakwah, dan dai yang tidak memiliki pengetahuan yang tinggi. Juga menggunakan kata gengsi untuk menjelaskan harga diri. d Segi Retoris Retoris dalam tulisan ini menggunakan metafora dalam bentuk pepatah disampaikan kalimat di bawah ini dengan tulisan miring: “Kami teringat dengan sebuah pepatah yang menyatakan, “Seorang Nabi tidak dihormati di negerinya sendiri.” Betapapun, tokoh dan umat Islam Indonesia lebih berhak untuk meneladani sikap dan perilkau Buya Hamka, kendati kita tidak dapat melarang tokoh dan umat Islam di Malaysia dan di Negara lain juga akan meneladani sikap dan perilkau Buya Hamka.” 192

8. Judul: Memberdayakan Imam Masjid

a. Level Teks

1 Struktur Makro a Segi Tematik 189 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 114. 190 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 191 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 192 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. Topik dalam tulisan ini adalah muamalah. Gagasan intinya adalah menjelaskan keharusan meningkatkan peran dan jaminan kehidupan kepada Imam Masjid sebagai upaya meminimalisir dai bertarif di Indonesia. 193 2 Superstruktur a Segi Skematik Tulisan ini berjudul “Memberdayakan Imam Masjid.” Pendahuluan tulisan ini diawali dengan kalimat berikut: “Sekurang-kurangnya, ada dua perhelatan yang berkaitan dengan imam masjid yang diselenggarakan pada tahun 2013. Pertama, silaturahmi dan konferensi imam masjid se-Indonesia yang diselenggarakan pada 27-29 Juni 2013 di Batam, Kepulauan Riau. Acara yang disponsori oleh Gubernur Kepulauan Riau dan dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia ini, melahirkan sebuah organisasi nasional imam masjid yang bernama IPIM Ikatan Persaudaraan Imam Masjid. Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 250 orang mewakili imam-imam masjid seluruh Indonesia. Perhelatan imam masjid yang kedua adalah konferensi imam masjid se-Dunia yang diselenggarakan pada 2-6 Desember 2013 di Pekanbaru, Riau, yang disponsori oleh Gubernur Provinsi Riau dan dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia.” 194 Pendahuluan dalam tulisan ini menceritakan latar belakang untuk menceritakan tentang dua perhelatan yang diselenggarakan berkaitan dengan peran Imam Masjid. Inti dari tulisan ini berada dalam kutipan berikut: “Ada kesepakatan dari para peserta maupun para narasumber, baik dalam konferensi IPIM maupun konferensi ICIM, semuanya bersepakat bahwa imam masjid memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis karena ia selalu berhadapan langsung dengan para 193 Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau, Jakarta, 18 Mei 2015. 194 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 117. jamaah minimal lima kali dalam satu sehari. Peran dan fungsi ini dapat dimanfaatkan untuk mentrasformasi ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi semua penghuni alam kepada para jamaah masjid.” 195 Tulisan ini ditutup dengan harapan beliau kepada para imam masjid agar memiliki pengetahuan ilmiah yang tinggi untuk mencerahkan umat dari paham-paham yang sesat. Kesimpulan dari tulisan ini adalah menjelaskan bahwa imam masjid tidak hanya seorang yang hafal Al- Qur‟an, tetapi juga harus memiliki kapasitas keilmuan untuk menjawab persoalan-persoalan umat. ” 196 Story tulisan ini ingin menjelaskan tentang peran penting seorang Imam Masjid di setiap tempat, bahkan setiap Negara. Di mana peran ini sangat strategis untuk mentransformasikan ajaran Islam kepada masyarakat, karena ia sering berinteraksi dengan masyarakat setiap harinya. Sehingga IPIM memiliki semangat untuk memberdayakan atau meningkatkan peran Imam Masjid ini. 3 Struktur Mikro a Segi Semantik Elemennya adalah latar, detail, maksud, dan praanggapan. Latar tulisan ini berawal dari Konferensi Imam Masjid se-Indonesia yang diselenggarakan tanggal 27-29 Juni 2013 di Batam dan Konferensi Imam Masjid se-Dunia yang diselenggarakan tanggal 2-6 Desember 2013 di Pekanbaru. Detail tulisan ini sangat bagus, karena 195 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. 196 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. menampilkan siapa saja yang termasuk dalam Konferensi itu dengan jelas, dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Konferensi imam masjid yang pertama se-Dunia ini kemudian melahirkan organisasi imam masjid internasional yang disebut al- Majlis al- „Alami li „Aimmat al-Masajid atau ICIM International Council of Imam Masjid. Apabila IPIM berkantor pusat di Jakarta, maka ICIM berkantor pusat di Pekanbaru, Provinsi Riau. Deklarasi pembentukan ICIM yang tertuang dalam Piagam Pekanbaru ditandantangani oleh wakil-wakil dari 12 negara peserta, yaitu Malaysia, Kuwait, Palestina, Perancis, Irak, Sinegal, Singapura, Afrika Selatan, Tunisia, Brunei Darussalam, Pakistan, dan Indonesia. Sebagai ketua ICIM terpilih wakil dari Kuwait, sementara Indonesia diamanati menjadi Sekretaris Jenderal. Beberapa negara yang siap hadir namun berhalangan adalah Mesir, Rusia, Jepang, dan Australia.” 197 Maksud dalam tulisan ini ialah memaparkan peran Imam Masjid dalam berdakwah. Terlihat dalam kutipan berikut: “Di banyak negara, peran imam masjid juga lebih dominan karena ia tidak hanya mengimami shalat berjamah tetapi juga menjadi khatib, baik untuk Shalat Jumat, Hari Raya, dan lain-lain. Dari sinilah kemudian, konferensi, baik IPIM maupun ICIM, menyepakati untuk meningkatkan kualitas sumber daya imam masjid sehingga imam masjid tidak menjadi sebatas seorang tukang yang menjalankan tugas menjadi imam, tetapi juga menjadi pembina umat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Maka imam masjid haruslah seorang yang memiliki kreatifitas dan inovatif dalam membina umat. Imam masjid juga bukan sebatas memimpin shalat berjamaah, tetapi juga memimpin masyarakat.” 198 Praanggapan dalam tulisan ini terlihat dalam kutipan berikut: “Di sisi lain, peran yang demikian penting bagi imam, tentu tidak dapat terlaksana secara maksimal manakala imam harus juga sibuk memikirkan asap dapur.” 199 197 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 117. 198 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. 199 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. b Sintaksis Bentuk kalimat dalam tulisan ini menggunakan kalimat pasif dengan awalan di-, dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Karenanya, dalam konferensi pertama IPIM kemarin, muncul wacana bahwa seyogianya imam masjid diangkat oleh pejabat tinggi negara. Untuk mesjid negara, imam masjid diangkat oleh Presiden; untuk masjid raya tingkat provinsi, imam masjid diangkat oleh Gubernur; untuk masjid agung tingkat kabupatenkota, imam masjid diangkat oleh BupatiWalikota; untuk masjid jami‟ tingkat kecamatan, imam masjid diangkat oleh Camat; dan untuk masjid tingkat desa, imam masjid diangkat oleh Kepala Desa .” 200 Juga menggunakan imbuhan meng- -i, dalam kalimat berikut: “Di banyak negara, peran imam masjid juga lebih dominan karena ia tidak hanya mengimami shalat berjamah. ” 201 Koherensi dalam tulisan ini ditandai dengan kata hubung „karena‟ yang bermakna kausal atau sebab akibat, yang dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Di banyak negara, peran imam masjid juga lebih dominan karena ia tidak hanya mengimami shalat berjamah tetapi juga menjadi khatib, baik untuk Shalat Jumat, Hari Raya, dan lain- lain.” 202 Kata „karena‟ dalam paragraf ini digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal di dalamnya, yaitu menjelaskan bahwa imam masjid memiliki peran yang dominan dalam berdakwah karena ia tidak hanya mengimami salat berjamaah tetapi juga sering berinteraksi dengan masyarakat. Kata ganti dalam tulisan ini adalah: 200 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118-119. 201 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. 202 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. “Apabila imam memiliki kapasitas ilmiah yang memadai, maka diharapkan ia dapat mencerahkan umat.” 203 Kata „ia‟ dalam kalimat ini digunakan untuk menjelaskan imam yang memiliki kapasitas ilmiah yang memadai. c Segi Stilistik Stilistik terdapat dalam kutipan berikut: “Dalam konteks inilah beberapa negara, seperti Saudi Arabia misalnya, imam masjid menjadi sebuah icon pemimpin umat, sebut saja misalnya imam-imam Masjid al-Haram di Makkah dan imam Masjid Nabawi di Madinah.” 204 “sehingga dengan demikian imam memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah munculnya faham-faham radikalisme, apatisme , liberalisme, dan faham- faham sesat lainnya.” 205 Dari kutipan kalimat di atas, beliau menggunakan kata icon untuk menjelaskan seorang figure dan tokoh. Kemudian menggunakan kata radikalisme untuk menjelaskan sebuah paham ekstrem atau keras. Juga menggunakan kata apatisme untuk menjelaskan paham yang acuh tak peduli terhadap sesuatu. Lalu menggunakan kata liberalisme untuk menjelaskan paham yang selalu ingin bebas dan mendambakan kebebasan mutlak. d Segi Retoris Retoris dalam tulisan ini menggunakan metafora berupa idiom disampaikan seperti kalimat di bawah ini: “Di sisi lain, peran yang demikian penting bagi imam, tentu tidak dapat terlaksana secara maksimal manakala imam harus juga sibuk memikirkan asap dapur .” 206 203 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 119. 204 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. 205 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 119. 206 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. Juga menggunakan bentuk grafis dalam kalimat berikut: “Konferensi imam masjid yang pertama se-Dunia ini kemudian melahirkan organisasi imam masjid internasional yang disebut al- Majlis al- „Alami li „Aimmat al-Masajid atau ICIM International Council of Imam Masjid .” 207

B. Analisis Wacana Berdasarkan Kognisi Sosial

Penelitian mengenai kognisi sosial ini menyangkut kesadaran mental penulis dalam membentuk teks tersebut. Pendekatan ini berdasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh si pemakai bahasa, dengan kata lain, teks merupakan representasi dari si penulis. 208 Oleh karena itu dibutuhkan penelitian terhadap representasi kognisi dan strategi beliau dalam memproduksi teksnya. Buku Setan Berkalung Surban ini, merupakan salah satu karya yang mencerminkan kepribadian beliau sebagai Ulama yang kritis dalam menegakkan kebenaran sesuai ajaran agama Islam yang diperintahkan oleh Allah swt. dan Rasul-Nya. 209 Kehidupan beliau sebagai Ulama Besar di dunia, membuat beliau memiliki hubungan yang sangat erat dengan masalah sosial umat Islam se-Dunia, terkhusus di Indonesia sebagai tanah kelahiran beliau. Tugas mulianya ini pun, membuat beliau sangat produktif dalam membuat karya-karya bertema Islam, yang isinya kebanyakan membahas tentang fenomena sosial yang muncul di Indonesia. Setiap Tulisan beliau dalam buku ini, didasarkan pada analisis yang mendalam tentang pengetahuan agama Islam yang murni sesuai dengan Al- 207 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 117. 208 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 74. 209 Wawancara Pribadi dengan Denden Taupik Hidayat, S.S, Lc. di Masjid Muniroh Salamah, Jakarta, 04 Mei 2015.