Riwayat Hidup Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA

BAB III PROFIL PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA DAN

GAMBARAN UMUM BUKU SETAN BERKALUNG SURBAN

A. Profil Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA

1. Riwayat Hidup Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA

Ali Mustafa Yaqub, lahir di Desa Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang Jawa Tengah, 2 Maret 1952. Nuansa religius telah menemaninya sejak beliau masih duduk di bangku sekolah dasar. 68 Ayahnya bernama Yaqub, seorang dai terkemuka di masanya dan sebagai imam di masjid-masjid Jawa Tengah, misinyanya adalah “Menegakkan Amar Ma‟ruf dan Memberantas Kemungkaran.” Ibunya bernama Zulaikha, seorang ustadzah dan ibu rumah tangga, dan meninggal pada tahun 1996. Ali Mustafa memiliki 7 orang saudara, yang dua di antara telah meninggal dunia. Salah satu kakaknya ialah Ahmad Dahlan Nuri Yaqub, yang juga mengikuti jejak ayahnya sama seperti beliau, pengasuh pondok pesantren Darus Salam Batang, Jawa Tengah. 69 Namun, obsesinya untuk terus belajar di sekolah umum terpaksa kandas, karena setelah tamat SMP beliau harus mengikuti arahan orang tuanya, mencari kaweruh di Pesantren. Maka dengan diantar ayahnya, pada tahun 1966 beliau mulai mondok untuk menerima piwulang di Pondok Seblak Jombang sampai tingkat Tsanawiyah 1969. Kemudia beliau nyantri lagi di Pesantren Tebuireng Jombang yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari 68 Ali Mustafa Yaqub, Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003, h. 143. 69 Ni‟ma Diana Cholidah, Kontribusi Ali Mustafa Yaqub terhadap Perkembangan Kajian Hadis Kontemporer di Indonesia, Jakarta: Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h. 11. Pondok Seblak, terhitung dari tahun 1969-1972. Kemudian pada pertengahan tahun 1972, beliau melanjutkan studi strata satu pada program studi syariah Universitas Hasyim Asy‟ari Jombang sampai tahun 1175. 70 Di samping belajar formal sampai Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy‟ari, di pesantren ini beliau menekuni kitab-kitab kuning 71 di bawah asuhan para kiai sepuh, antara lain Al-Marhum KH. Idris Kamali, Al-Marhum KH. Adlan Ali, Al-Marhum KH. Shobari, dan Al-Musnid KH. Syansuri Badawi. Di Pesantren ini beliau juga mengajar Bahasa Arab, sampai awal 1976. 72 Tahun 1976 beliau ngelmu lagi di Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia, sampai tamat dengan mendapatkan ijazah License Lc., pada tahun 1980. Kemudian masih di kota yang sama, beliau melanjutkan lagi studinya di Universitas King Saud, Jurusan Tafsir dan Hadis, sampai tamat dengan memperoleh ijazah Master, 1985. Tidak berhenti sampai di sana, beliau pun menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Nizamia, Hyderabad India, Spesialisasi Hukum Islam, pada tahun 2007. 73 Sekarang ini beliau beetempat tinggal dengan keluarganya yang terdiri dari seorang istri dan seorang anak laki-laki sulungnya di Jl. SD Inpres No. 11 Pisangan Barat Ciputat 15419 Jakarta. Dan sekarang beliau sedang membina Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences yang beliau dirikan sejak tahun 1997 di dekat rumahnya dan juga di Malaysia. 70 Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, h. 240. 71 Dinamakan kitab kuning karena kitab-kitab itu dicetak pada kertas berwarna kuning, dengan alasan dapat memberi kesan klasik pada pembacanya. Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, Bandung: Mizan, 1999, h. 142. 72 Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat dalam Perspektif Al- Qur‟an dan Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000, h. 105. 73 Hartono, Perkembangan Pemikiran Hadis Kontemporer di Indonesia Studi atas Pemikiran Abdul Hakim Abdat dan Ali Mustafa Yaqub, Jakarta: Tesis S2 Konsentrasi Tafsir Hadis, Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 83- 84. Sosok yang dipanggil akrab “Pak Kiai” oleh para muridnya ini merupakan sosok yang sangat menginspirasi para muridnya. Sikapnya yang tegas dan disiplin selalu beliau ajarkan setiap pertemuan perkuliahan tanpa henti, dengan harapan semua muridnya menjadi Ulama Besar di dunia, bahkan sampai bisa melebihinya. 74 Dahulu, setiap pukul 03.30 WIB dini hari, ketika beliau masih dalam usia muda, beliau rela mengetuk pintu kamar muridnya untuk membangunkan mereka melaksanakan Qiyam al-Lail. Tanpa henti beliau memberikan perhatian yang hangat dan berlimpah kepada muridnya. Namun sekarang, diusianya yang mulai menua, beliau cukup membangunkan muridnya dengan menelpon murid tertuanya, untuk membangunkan teman yang lainnya. Tidak hanya bagi muridnya saja beliau melimpahkan kasih sayangnya yang berlimpah, beliau juga melimpahkan kasih sayangnya kepada umat Islam di Dunia. Salah satu buktinya adalah beliau selalu menulis buku bertema Islam di tengah kesibukannya yang sangat padat. 75

2. Riwayat Pendidikan