Metodologi Penelitian Penilaian Kualitas Terjemahan dari Aspek Keterbacaan dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf

10

5. Sistematika Penulisan

Guna mendapat pemahaman yang terarah dan komprenshif dalam pembahasa masalah ini, peneliti perlu merumuskan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, mencakup: latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teori, bab ini adalah kelanjutan dari bab sebelumnya, berisi tentang teori-teori yang penulis gunakan dalam menganalisis permasalahan yang peneliti angkat dalam skripsi ini, yaitu berupa teori-teori penilaian terjemahan yang mencakup: penerjemhan dan penilaian terjemahan. Bab III Gambaran umum Al Qur ’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh. Bab ini merupakan gambaran mengenai biografi, riwayat hidup, aktivitas agama dan social, serta karya-karya penerjemah. Bab IV Analisis penilaian terhadap penilaian terjemahan Al Qur ’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh yang ditinjau dari perspektif aspek keterbacaan terjemahan, yang meliputi: konkret, tegas, jelas, dan populer. Bab V Penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan disertai saran-saran serta rekomendasi bermanfaat yang peneliti berikan untuk penerjemah dan penerbit untuk edisi selanjutnya. 11

BAB II KERANGKA TEORI

A. Konsep Umum Penerjemahan Alquran

1. Pengertian Terjemahan Alquran Secara harfiah, terjemahan berarti menyalin atau memindahkan suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa lain, atau singkatnya mengalih bahasakan. Terjemahan, berarti salinan bahasa, atau alih bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain. 9 Terjemah, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah translation, dan dalam literatur Arab diikenal dengan tarjamah, ialah usaha menyalin atau menggantikan suatu bahasa melalui bahasa lain supaya dipahami oleh orang lain yang tidak mampu memahami bahasa asal atau aslinya. Secara etimologis, terjemah berarti menerangkan atau menjelaskan, seperti dalam ungkapan: “ اكلا مج ت ”, maksudnya “ هحض هنيب” menerangkan suatu pembicaraan dan menjelaskan maksudnya. 10 Orang yang menerjemahkan sesuatu, termasuk Alquran dalam bahasa Indonesia disebut penerjemah, juru terjemah atau juru bahasa, sedangkan dalam bahasa Arab, disebut dengan mutarjim, tarjuman, atau turjuman. 2. Macam-macam Terjemahan Alquran Munculnya persoalan-persoalan baru seiring dengan dinamika masyarakat yang progresif mendorong umat Islam untuk mencurahkan perhatian yang besar dalam menjawab problematika 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta, 1989, h. 938. 10 Muhammad Amin Suma , Ulumul Qur’an Depok: Rajawali Pers, 2014, h. 112. 12 kontemporer yang semakin kompleks dari masa kemasa. Untuk itu peneliti akan menjelaskan beberapa model dalam menerjemahkan Alquran sebagai berikut: a. Terjemahan harfiah Terjemahan harfiah juga secara umum disebut dengan terjemahan lafzhiah 11 ialah terjemahan yang dilakukan dengan apa adanya, bergantung dengan susunan dan struktur bahasa asal yang diterjemahkan. Karenanya, bisa juga disebut dengan terjemah leterlek. 12 Terjemah harfiah begiu identik dengan terjemah leterlek atau terjemah lurus dalam bahasa Indonesia, yakni terjemahan yng dilakukan dengan cara menyalin kata demi kata atau word for word translation. Menurut Husain al-Dzahabi, membedakan terjemahan harfiah menjadi dua model:  Terjemah harfiah bi al-mitsl Ialah terjemahan yang dilakuakan apa adanya, terikat dengan susunan dan struktur bahasa asal yang diterjemahkan.  Terjemah bighair al-mitsl Ialah terjemahan yang pada dasarnya sama dengan terjemah harfiah bi al-mitsl, hanya saja sedikit lebih longgar keterangannya dari susunan dan struktur bahasa asal yang diterjemahkan. b. Terjemahan tafsiriah Terjemahan tafsiriah juga yang lazim disebut dengan terjemah maknawiyah, ialah terjemahan yang dilakukan mutarjim dengan lebih mengedepankan maksud atau isi kandungan yang terdapat dalam bahasa asal yang diterjemahkan. Terjemah tafsiriahmaknawiyah tidak amat terikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan. Dengan kata lain terjemah tafsiriahmaknawiyah sama persis dengan istilah terjemahan bebas yang lebih mengedepankan 11 Anshori, Ulumul Qur’an Depok: Rajagrafindo Persada, 2013 cetakan ke-1, h. 19. 12 Muhammad Amin Suma , Ulumul Qur’an Depok: Rajawali Pers, 2014, h. 113.