Analisis Penilaian Kualitas Terjemahan

47 “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan pedoman transliterasi Arab-Latin Kementrian Agama Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 bu1987, huruf apabila ditulis latin menjadi huruf Q, sehingga dengan kesalahan memilih padanan dalam huruf latin menyebabkan perubahan makna, م قلا berarti pena. 55 Pena menurut KBBI adalah alat untuk menulis dengan tinta, dibuat dari baja, yang runcing dan belah. 56 Beda halnya apabila diterjemahkan sebagai kalam, adapun arti dari kalam itu senndiri adalah firman, perkataan, sabda, tuturan dan ujaran 57 , sangat jauh berbeda antara pena dan perkataan tuhan. Jadi, terjemahan tersebut tidak memenuhi faktor keterbacaan dalam sebuah penerjemahan, karena adanya kesalahan dalam pemilihan padanan sehingga menimbulkan terjemahan yang abstrak dan ambigu. 2. ميح لا ن ح لا ه مسب Ngon nama Allah lonpuphon surat Dengan nama Allah Tuhan Hadharat nyang Maha Murah Yang Maha Pemurah, Tuhanku sidroe geumaseh that-that Yang Maha Penyayang. Donya akherat rahmat Neulimpah Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kejanggalan dalam penerjemahan, ميح لا ن ح لا ه مسب pada terjemahan di atas terdapat Donya akherat rahmat neulimpah, jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia Dunia akhirat rahmat melimpah. Pada Tsu tidak terdapat kalimat yang mengharuskan penerjemah menambahkan terjemahan Dunia akhirat rahmat 55 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 1469. 56 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h. 847. 57 Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Bandung: Mizan Pustaka, 2009, h. 269. 48 melimpah . Jika merujuk ke tafsir ميح لا ن ح لا , kata ar-Ra ḫmân sebagai sifat Allah swt. Yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara di dunia ini, meliputi seluruh makhluk, tanpa terkecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir. Sedang ar-Ra ḫĭm adalah rahmat- Nya yang bersifat kekal adalah rahmat-Nya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan dinikmati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya. 58 ميح لا ن ح لا diterjemahkan nyang Maha Murah, geumaseh that-that, kata ن ح لا mengikuti bentuk kata اعف yang berasal dari akar kata مح dan ميح لا mengikuti bentuk kata ليعف dari akar kata yang sama. Orang Arab seringkali membentuk kata benda dari kata kerja لع ي لعف atas اعف, seperti perkataan ا كس, ش ع ش عي ش ع, غ ب غي ب غ كسي كس demikian pula kata ن ح مح ي مح . Adapun bentuk kata يح م karena dia pujian, yang orang Arab jika menyebut kata benda yang berindikasi pujian atau celaan maka penyeseaiannya dengan bentuk kata ليعف, minsalnya dari akar kata م ع adalah مل ع dan مي ع . 59 Pada terjemahan di atas peneliti juga menemukan adanya kesalahan pada penulisan huruf kapital N pada kata Neulimpah. Jadi, menurut peneliti terjemahan tersebut belum memenuhi faktor keterbacaan dalam sebuah penerjemahan, karena adanya pemborosan kata. Terjemahan pada kata ini menggunakan model terjemahan tafsiriah namun menurut peneliti jika diterjemahkan secara tafsiriah lebih tepatnya jika diperincikan lagi apa-apa sajakah yang termasuk kedalam rahmat neulimpah yang ada di donya akherat . Jadi, cukup diterjemahkan secara sederhana saja, lebih mudah untuk dipahami 58 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Tangerang: Lentera Hati, 2002, h. 23. 59 Ahmad Abdurraziq Al Bakri, dkk,. Tafsir Ath-Thabari Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, h. 214. 49 yaitu, Ngon nama Allah, nyang Maha Murah, nyang Maha geumaseh. Sudah bisa dikatakan memenuhi faktor keterbacaan dalam penerjemahan. 3. ْسي م م قْلا Nun Nûn Peue meukeusud Nun bak awal ayat Demi qalam dan apa yang Tuhan Hadharat hana Neupeugah Mereka tuliskan. Demi na kalam ngon nyang jih surat Qs. Al-Qalam, 68:1 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan terjemahan terlalu banyak pemborosan kata atau bertele-tele, seperti pada terjemahan diterjemahkan Peue meukeusud Nun bak awal ayat, Tuhan Hadharat hana Neupeugah , adalah huruf yang tidak dapat menerima I’rab. Jika ia adalah kata yang sempurna, maka ia akan diberikan I’rab, sebagaimana lafazh م قْلا diberikan I’rab. Dengan demikian, ia adalah huruf hijaiyah abjad seperti semua huruf yang terdapat di awal surah. Pada Tsu juga tidak terdapat kata yang bisa menimbulkan terjemahan seperti Peue meukeusud Nun bak awal ayat, Tuhan Hadharat hana Neupeugah , terlalu banyak penambahan atau pemborosan terjemahan sehingga membingungkan pembaca Tsa. Peneliti juga menemukan kesalahan dalam menulis padanan transliterasi arab-indonesia, dalam penulisan م قلا, Berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan pedoman transliterasi Arab-Latin Kementrian Agama Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 bu1987, huruf apabila ditulis latin menjadi huruf Q, sehingga dengan kesalahan memilih padanan dalam huruf latin menyebabkan perubahan makna, م قلا berarti pena. Pada terjemahan di atas peneliti juga 50 menemukan adanya kesalahan dalam penulisan huruf kapital, H dan N pada kata Hadharat dan Neupeugah . Menurut peneliti pada ayat ini cukup diterjemahkan sebagai berikut: Nun, Demi na kalam ngon nyang jih surat. Menurut peneliti terjemahan tersebut tidak bertele-tele dan lebih mudah untuk dipahami oleh pembaca, dan bisa dikatakan sudah memenuhi faktor keterbacaan dalam penerjemahan. 4. نْج ب كّب ْعنب تْنأ م Gata kon meuhat lagee jih peugah Berkat nikmat Tuhanmu, Nikmat Po gata gata kon gila Bukanlah kau seorang majnun. Qs. Al-Qalam, 68:2 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kata yang tidak diterjemahkan yaitu كّب , jika kata tersebut tidak diterjemahkan maka kita sebagai pembaca Tsa akan menimbulkan pertanyaan maksud dari terjemahan tersebut nikmat dari siapa? Firman Allah ini merupakan jawab qasam jawab sumpah. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa orang-orang musyrik itu pernah berkata kepada Nabi bahwa beliau gila dan ada syetannya. Oleh karena itu, Allah menurunkan bantahan terhadap mereka, sekaligus pernyataan bahwa ucapan mereka adalah dusta. Firman Allah نْج ب كّب ْعنب تْنأ م maksudnya disini adalah karena rahmat Tuhanmu, sebab makna Ni’mah di sini adalah rahmat. Jika kata كّب tidak diterjemahkan maka pembaca Tsa tidak mengetahui bantahan dan sumpah yang terdapat dalam firman Allah ini diturunkan oleh Allah yang ditunjukkan kepada orang-orang musyrik. Kata كّب lebih baik diterjemahkan sebagai “tuhanmu” sehingga lebih mudah dipahami dan tidak menimbulkan 51 pertanyaan di benak pembaca Tsa. Pada terjemahan di atas peneliti juga menemukan adanya kesalahan pada penulisan huruf kapital P pada kata Po. 5. نْ م ْيغ ا ْجأ كل إ Nyang le di gata phala bak Allah Bagimu sungguh ada pahala Han peutoh-peutoh phala keu gata yang besar yang tiada habisnya. Qs. Al-Qalam, 68:3 Pada terjemahan di atas, peneliti tidak menemukan adanya kesalahan dalam terjemahan, baik dari pemilihan diksi maupun keefektifitasan kalimat. Tidak ada terjemahan yang berlebih atau yang dikurangi. Hanya saja, peneliti menemukan ketidak konsistenan penerjemah dalam menggunakan kata Allah dan Tuhan. Pada beberapa ayat sebelumnya, penerjemah ada menggunakan kata tuhan dan juga kata Allah. Pada dasarnya kata Tuhan dan Allah berbeda. Menurut KBBI kata Tuhan, berarti sesuatu yang diyakini, dipuji, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, 60 Tuhan biasanya lebih umum dan digunakan oleh orang-orang yang non Islam. Kata Allah dalam KBBI diartikan sebagai, nama Tuhan dalam bahasa Arab, pencipta alam semesta yang sempurna, tuhan yang maha Esa yang disembah oleh yang beriman, dan biasanya mayoritas orang muslim menggunalan kata Allah. 6. ني تْ ْل ب م ْعأ ه ه ي س ْنع لض ْن ب م ْعأ ه كب إ Po gata keubit Neuteupeue that-that Sungguh, tuhanmulah yang lebih tahu Soe nyang bit sisat jalan ka salah Siapa tersesat dari jalannya Neuteupeue that soe nyang na peutunyok Dan ialah yang maha tahu Nyang ka geujak cok jalan got leupah Orang-orang yang mendapat petunjuk Qs. Al-Qalam, 68:7 60 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h. 1216. 52 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kelebihan atau pemborosan dalam menerjemahkan, adanya kalimat yang tidak menggambarkan maksud dari ayat tersebut, yaitu kalimat Nyang ka geujak cok jalan got leupah Yang mengambil jalan yang baik sekali, menurut peneliti kata tersebut tidak seharusnya dimasukkan dalam penerjemahan ayat ini. Jika kita lihat terjemahan secara kata perkata KPK juga tidak ada Tsu yang bisa diartikan dengan tambahan terjemahan tersebut. Pada terjemahan di atas peneliti juga menemukan adanya kesalahan pada penulisan huruf kapital N pada kata Neuteupeue. Menurut peneliti cukup diterjemahkan sebagaimana maksud dan makna dalam ayat ini, kalimat Po gata keubit Neuteupeue that-that, soe nyang bit sisat jalan ka salah, neuteupeue that soe nyang na peutunyok , sudah mewakili maksud dari ayat ini. 7. نهْ يف نهْ ت ْ ل ا Napsujih gata meugot-got ngon jih Mereka menginginkan kamu bersikap lunak Sang-sang bit di jih got-got that leupah Supaya mereka pun bersikap lunak Qs. Al-Qalam, 68:9 Pada ayat di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan pilihan diksi dari kata pada terjemahan di atas menggunakan kata napsujih, menurut peneliti penggunakan kata tersebut tidak tepat, yang artinya menginginkan atau menghendaki. 61 Menurut peneliti lebih tepat jika menggunakan kata menginginkan, sangat jauh berbeda antara menginginkan dan napsujih, napsujih sendiri artinya nafsu menurut KBBI keinginan kecenderungan, dorongan dorongan hati yang kuat karena kecewa. Menurut tafsir ayat ini, Al Farra’ dan Al Kalbi mengatakan, makna dari firman Allah itu adalah jika engkau bersikap lunak kepada mereka, lalu merekapun 61 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 2007. 53 akan bersikap lunak kepadamu. Sebab Al Idhaan adalah bersikap lunak terhadap orang yang tidak semestinya bersikap lunak terhadap mereka. 62 8. ميثأ تْعم ْي ْ ل نم Atra jeh di jih bek sagai leupah Yang menghalangi segala yang baik, Meunyo buet nyang got di jih kriet jih that Yang melampaui batas lagi banyak dosa Keubit jeuheut that jipubuet salah Qs. Al-Qalam, 68:12 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya ketidak selarasan peralihan pesan dari Tsu ke Tsa, karena dalam terjemahan terlalu bebas tanpa memperhatikan struktur dari ayat itu, ada kata yang begitu saja dibuang tanpa diterjemahkan, dalam terjemahan di atas hanya mengalihkan maksud ayat lebih ke tafsir dan bukan terjemahan. Seperti ْي ْ ل نم diartikan Atra jeh di jih bek sagai leupah Hartanya jangan sampai lepas, sedangkan jika kita melihat terjemahannya adalah yang banyak menghalangi perbuatan baik. Dalam terjemahan tersebut sudah sangat luas dijabarkan dan lebih ke tafsir. Menurut Al Hasan maksud dari kata tersebut adalah ‘ Barang siapa dari kalian yang akan memeluk agama Muhammad, niscaya aku tidak akan memberikan sedikitpun manfaat kepadanya selamnya”. 63 9. مين كل ْعب ّلتع Keujam jih geuthee laen nibak nyan Seorang yang kasar dan kejam, Qs. Al-Qalam, 68:13 Dan selain itu lancung pula. 62 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008,h. 77. 63 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008,h. 84. 54 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan ada kata yang tidak diterjemahkan yaitu ْعب مين كل “dan selain itu lancung pula”. 64 مين menurut Hb Jassin diterjemahkan sebgai lancung. Yang dimaksud lancung adalah tidak jujur atau curang. 65 مين Zanĭm terambil dari kata ن Zanamah yaitu kulit yang mengulur ke bawah telinga kambing sebagai giwang, atau sesuatu yang dipotong sebagai tanda pada telinga unta dan dibiarkan terulur. Ada perbedaan pendapat ulama tentang maksud kata tersebut pada ayat ini. Ada yang mengartikan sebagai perangai buruk yang telah melekat pada diri seseorang sehingga ia populer dengan keburukan itu, 66 ada juga yang memahaminya dalam arti seseorang yang dinisbahkan kepada satu komunitas padahal dia bukan dari mereka, dengan kata lain dia adalah anak haram. Tidak ada seorang pun yang disifati Alquran dengan gabungan sifat buruk dengan sedemikian banyak. Dengan demikian, Jika ketiga kata tersebut tidak diterjemahkan maka ayat ini ketika dibaca oleh pembaca Tsa maka akan abstrak dan tidak tersampaikan pesannya ke pada pembaca. 10. ْصيل ا سْقأ ْ إ نجْلا ح ْصأ نْ ب ك ْمه نْ ب نإ نيح ْصم نم Dilee awaknyan ka kamoe ujoe Sungguh kami telah uji mereka Lagee meuujoe kawom nyang sudah musyrikin Mekah sebagaimana Sinan na lampohjih di kawom nyan Telah kami uji pemilik kebun, Teuma watee nyan ka jimeusumpah Ketika mereka bersumpah, akan Singoh ban beungoh tajak pot ase memetik hasilnya di pagi hari. Qs. Al-Qalam, 68:17 Dari terjemahan di atas, penenliti menemukan adanya kelebihan terjemahan yaitu Sinan na lampohjih di kawom nyan di sana ada kebun kaum itu, firman Allah نْ ب ك ْمه نْ ب نإ نيح ْصم نم ْصيل ا سْقأ ْ إ نجْلا ح ْصأ diterjemahkan Dilee awaknyan ka kamoe ujoe 64 HB Jasin, Bacaan Mulia Yayasan, 1942,h. 800. 65 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h. 633. 66 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Tangerang: Lentera Hati, 2002, h. 385. 55 lagee meuujoe kawom nyang sudah Teuma watee nyan ka jimeusumpah, sudah memenuhi faktor keterbacaan. Tanpa penambahan kalimat Sinan na lampohjih di kawom nyan ke dalam terjemahan juga pembaca Tsa sudah bisa memahami dan mengerti maksud dari ayat tersebut. Penambahan terjemahan bisa menimbulkan kesalah pahaman pembaca tentang ayat ini, jika merujuk ke tafsir dari ayat ini, maksud dari ayat ini adalah menerangkan bahwa Allah telah memberi orang-orang musyik Mekah nikmat yang banyak yang berupa kesenangan hidup di dunia dan kemewahan dengan maksud untuk mengetahui apakah mereka mau mensyukuri nikmat yang telah diberikan dengan cara mengeluarkan hak-hak orang miskin, dan tunduk kepada seruan Rasul yang menyerukan ke jalan yang benar, atau malah sebaliknya dengan nikmat yang Allah berikan mereka malah lalai dan menumpuk harta, menantang seruan Rasul dan keluar dari jalan yang benar? Allah akan menimpakan kepada mereka azab yang pedih dan melenyapkan nikmat-nikmat yang pernah Allah berikan kepada mereka dengan cara mencabut nimat pemilik-pemilik kebun tersebut. 67 Jadi, menurut peneliti, ayat ini jika diterjemahakan secara sederhana tanpa pemborosan kata dan bertele-tele dengan banyaknya penambahan juga sudah cukup mudah dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya. 11. ئ ن ْمه كّب ْنم فئ ْي ع ف ف Meu troh treuk keunan ureueng diarah Maka datanglah ke sana berputar- Teungoh teungeutjih ureueng nyan teuku putar malapetaka Azab dari Nibak Po gata sideh geulangkah tuhanmu, ketika mereka sedang tidur Qs. Al-Qalam, 68:19 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan dalam memilih diksi, yaitu pada kata فئ ْي ع ف ف diterjemahkan Meu troh treuk keunan ureueng diarah Maka datanglah kesana orang merampok disini kata فئ diartikan sebagai perampok. Kata ف thâfa pada mulanya digunakan dalam arti mengelilingi. Dari sini lahir kata thawaf. Kata فئ thâ’if biasanya digunakan untuk menunjuk bencana. Sebagaian ulama juga mengatkan bahwa 67 Zaini Dahlan, dkk,. Al Qur’an dan Tafsirnya Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1991, h. 305. 56 kata ini juga tidak digunakan kecuali bagi yang datang di malam hari. Ayat di atas tidak menjelaskan apa jenis bencana itu bisa jadi kebakaran, bisa juga aneka bencana, ataupun hama yang menimpa tumbuh-tumbuhan. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dari kata Ath- Thaa’if pada firman Allah itu adalah : Gulunglah kebun itu karena perintah dari tuhanmu. Sedangkan menurut Qatadah maksud dari kata Ath- Thaa’if adalah azab dari Tuhanmu. Menurut Ibnu Juraij maksud dari kata Ath- Thaa’if adalah leher api yang keluar dari lembah neraka Jahanam. 68 Dari beberapa pendapat para ulama di atas bahwa kata فئ itu sendiri bukanlah perampok akan tetapi azab dari tuhan secara umum bukan hanya perampok. Pada terjemahan di atas peneliti juga menemukan adanya kesalahan pada penulisan huruf kapital P pada kata Po. 12. ْتح ْصأف مي صل ك Jeuet treuk lampoh nyan ka lagee arang Maka jadilah kebun itu Ka seupot itam anco dum bicah Hitam seperti malam gelap gulita Qs. Al-Qalam, 68:20 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan pemilihan diksi yaitu مي ص lagee arang seperti arang, kata مي ص sedangkan menurut para ahli, menurut Syamir مي ص berarti malam, namun مي ص juga berarti siang. Yakni, ini siang terpisah dari itu, malam dan itu malam terpisah dari ini siang. Menurut satu pendapat, malam dinamakan shariim yang gelap, sebab kegelapannya memutusmenghentikan aktivitas. Jika berdasarkan kepada pendapat ini, maka kata yang sesuai dengan wazan faa’ilun Shariimun itu mengandung makna faa’ilun shaarimun. 69 مي ص kata ini juga ada sebagian ulama yang memahaminya dalam arti debu hitam , sementara yang lain memahaminya dalam arti pasir yaitu lahan kebun itu menjadi 68 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008,h. 106-107. 69 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008,h. 106-109. 57 seperti pasir yang tidak dapat ditumbuhi. Pemilihan kata ini oleh Alquran untuk mengisyaratkan bahwa pemilik kebun itu benar-benar telah diliputi oleh bencana dan kerugian yang beraneka ragam. Apapun jenis bencana itu, yang jelas dia bersumber dari Allah yang oleh ayat di atas ditunjuk dengan kata Tuhanmu. 13. ني ق ْ ح ى ع ا ْ غ Jijak treuk laju padahai di jih Merekapun pergi pagi hari Ek jibri le jih peue-peue nyang mudah Bertekat kuat menghalangi orang-orang Qs. Al-Qalam, 68:25 miskin padahal mereka mampu menolongnya Pada terjemahan di atas terdapat pemilihan diksi yang kurang sesuai yaitu dari kata ْ ح di terjemahkan jibri memberi padahal pada dasarnya arti dari ْ ح itu adalah menghalangi, atau tekat yang kuat, atau ketegasan dan juga amarah. 70 Makna-makna ini menggambarkan sikap para pemilik kebun tersebut. Atas dasar itu kata ini dinilai sangat tepat penggunaannya pada ayat di atas, yakni menghalangi adalah tujuan yang telah menjadi kebulatan tekat mereka. Ketergesaan menggambarkan perjalanan mereka di pagi hari itu, dan amarah menggambarkan sikap batin mereka jika ada orang miskin yang meminta atau memetik hasil kebun mereka. 71 70 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 753. 71 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Tangerang: Lentera Hati, 2002, h. 390. 58 14. م ْحم ن ْحن ْلب Tapi di tanyoe han sapeue na le Bahkan kita dihalangi memetik hasil kebun kita Qs. Al- Qalam, 68:27 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya ketidak tepatan dalam penerjemahan kata م ْحم yaitu han sapeue na le tidak memiliki apa pun lagi, نم ْحم berarti yang kehilangan atau dicegah dari. 72 Maksud dari ayat ini adalah hasil kebun tidak diberikan kepada mereka, karena perbuatan yang yang telah mereka lakukan. Jika diterjemahkan sebagai han sapeue na le tidak memiliki apa pun lagi akan salah pemahamam bagi pembaca Tsa karena bisa saja mereka beranggapan bahwa sebelumnya mereka tidak memiliki kebun. Sedangkan maksud dari ayat ini adalah, mereka hanya dihalangi untuk memetik hasil dari kebunya. 15. ني ل نك نإ نّب حْ س ا ل ق Jikheun treuk yoh nyan subhanallah Mereka berkata, Mahasuci Tuhan kita Keubit po tanyoe Maha Suci that Sungguh, kita orang yang zalim Tanyoe lalem that hana ban peugah Qs. Al-Qalam, 68:29 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya pemborosan kata, yaitu نك نإ ني ل cukup di terjemahkan Tanyoe lalem that ‘sungguh kita orang yang zalim’, tidak perlu lagi adanya penambahan kata hana ban peugah ‘tiada terkira’. Dan juga adanya pemilihan diksi yang kurang populer yaitu dari kata مل diartikan lalem, kata lalem kurang pouler dikalangan 72 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 1646. 59 masyarakat akan lebih mudah dipahami kata مل bisa diterjemahkan sebagai yang tidak adil, sewenang-wenang, zalim, aniaya, dan kejam . 73 Lebih tepat jika diterjemahkan dengan zalim, karena lebih populer di telinga masyarakat. 16. نّب ىلإ نإ ْنم ا ْيخ نل ْ ي ْ أ نب ىسع غا Kadang neutem bri le po geutanyoe Semoga tuhan kita kan memberikan Laen neugantoe nyang leubeh ceudah Sebagai ganti yang lebih baik Taharap ampon bak po geutanyoe dari kebun itu Qs. Al-Qalam, 68:32 Sungguh, kita mengharapkan ampunan tuhan kita Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya pemborosan dalam menerjemahkan kata ىسع yaitu kadang neutem kadang mungkin, untuk kedua kata ini berbeda, kadang memiliki arti adakalanya, kadang kala, sekali-sekali sekali waktu. 74 Sedangkan untuk mungkin memiliki arti ada atau tidak, belum tentu, barang kali, boleh jadi, dapat terjadi, tidak mustahil,kelihatannya, dan kira-kira. 75 Jika kita lihat kembali untuk kata ىسع memiliki arti barang kali, boleh jadi, mungkin, semoga dan moga-moga. 76 Menurut peneliti, lebih tepat kata ىسع pada ayat tersebut diartikan sebagai Neutem mungkin. Jika merujuk ke tafsirnya ayat ini memiliki maksud bahwa “ Jika Allah memberi ganti kepada kami dengan kebun yang lebih 73 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 1248. 74 Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Bandung: Mizan Pustaka,2009, h. 266. 75 Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Bandung: Mizan Pustaka,2009, h. 391. 76 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 932. 60 baik daripada kebun itu, niscaya kami akan melakukan apa yang telah dilakukan oleh orang tua kami dulu.” 77 17. ْعي ا ن ك ْ ل ْكأ خآا ا عل ا عْلا كل ك Meunankeuh kamoe adeueb meubalah Demikianlah azab dunia Adeueb akherat raya nibak nyoe Sungguh,lebih besar azab akhirat Meunyo jiteupeue han roe jih salah Sekiranya mereka menetahui Qs. Al-Qalam, 68:33 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya pemborosan terjemahan yaitu han roe jih salah tidak akan berbuat salah. Jika diperhatikan Tsu ْكأ خآا ا عل ا عْلا كل ك ْعي ا ن ك ْ ل cukup diterjemahkan Meunankeuh kamoe adeueb Meubalah, adeueb akherat raya nibak nyoe, meunyo jiteupeue . Tidak perlu adanya penambahan frase lagi. Dengan adanya penambahan frase tersebut maka akan lebih membingungkan pembaca Tsu. 18. ميعنلا نج ْم ّب ْنع نيقت ْ ل إ Ureueng takeuwa nibah Po gopnyan Sungguh, bagi orang yang takwa pada Churuga na’im ka lheueh Neukeubah tuhannya, tersedia surga-surga Qs. Al-Qalam, 68:34 kenikmatan Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya ketidak tepatan dalam pemilihan diksi dari kata ميعنلا , pada terjemahan di atas kata tersebut tidak diterjemahakan. ميعن berarti 77 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 118. 61 kenyamanan, kenikmatan, kemewahan hidup, kegembiraan dan kebahagiaan. 78 Jika tidak diterjemahkan maka akan menimbulkan makna yang abstrak, yaitu kata ميعن juga berarti salah satu dari jenis-jenis surga. Merujuk pada penjelasan ayat tersebut menjelaskan bahwa, sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa itu disediakan bagi mereka di akhirat kelak, surga-surga yang hanya mengandung kenikmatan yang murni, yang tidak tercemar oleh sesuatu yang mencerminkannya, sebagaimana sesuatu itu mencemari kebun-kebun di dunia. 79 Dalam hal ini perlu diketahui bahwa pemuka-pemuka Quraisy berpendapat bahwa mereka diberikan keberuntungan duniawi yang melimpah, sementara kaum muslim hanya sedikit saja. Oleh karena itulah apabila mereka mendengar pembicaraan tentang akhirat dan apa yang Allah janjikan kepada orang- orang yang beriman, mereka berkata, “ kalau benar kita akan dibangkitkan seperti yang diklaim Muhammad dan orang-orang yang mengikutinya, maka kondisi kita dan kondisi mereka di akhirat tidak akan jauh berbeda dari kondisi yang ada di dunia. Pada terjemahan di atas peneliti juga menemukan adanya kesalahan pada penulisan huruf kapital P pada kata Po. 19. كْحت ل ْمكل إ م يقْلا ْ ي ىلإ غل ب نْي ع ْيأ ْمكل ْ أ Peue na meujanji gata ngon Kamoe Atau adakah padamu perjanjian dengan Sampoe ‘an dudoe taakad sumpah kami, diperkuat dengan sumpah, Qs. Al-Qalam, 68:39 Nyang jeuet gata dum meunan tahukom yang berlaku hingga hari kiamat, sehingga kamu dapat apa saja yang kamu ingini 78 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 1928. 79 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 121-122. 62 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan dalam penulisan huruf kapital K dalam kata Kamoe. menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan agama yang diikuti nama orang, huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang, huruf pertama unsur- unsur nama orang, huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, huruf pertama unsur- unsur nama diri geografi, huruf pertama semua unsur nama resmi Negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau , dan untuk. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata ulang sempurna dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di,ke,dan,yang dan untuk. Ini beberapa ketentuan dalam penggunaan huruf kapital. Pada terjemahan di atas, terdapat kesalahan dalam menuliskan huruf kapital pada kata terakhir. 20. ميع كل ب ْم يأ ْم ْ س Tanyong bak jih dum mangat jipeugah Tanyakanlah siapa diantara mereka yang Soe keupalajih nyang hukom meunoe Bertanggung jawab atas Keputusan yang Qs. Al-Qalam, 68:40 diambil 63 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya penerjemahan yang kurang populer yaitu terjemahan dari kata ميع di artikan sebagai keupalajih nyang hukom kepala hukum. ميع berarti pemimpin, kepala, dan ketua. 80 Jika kita perhatikan, tidak ada salahnya jika di artikan sebagai keupalajih nyang hukom, akan tetapi penambahan kata hukom pada terjemahan tersebut bisa menimbulkan kesalahan pesan. Adapun maksud dari ayat di atas adalah, tanyakanlah olehmu wahai Muhammad kepada orang-orang yang mengada-ada sesuatu kepadaku, “ siapa diantara mereka yang bertanggung jawab atas apa yang telah disebutkan itu?.” Maksudnya, mereka akan mendapatkan yang terbaik di akhirat kelak, seperti yang diproleh kaum muslimin. Menurut Ibnu Abbas dan Qatadah kata ميع adalah orang yang bertanggung jawab dan orang yang menjamin. Sementara menurut Ibnu Kaisan yang dimaksud dengan ميع di sini adalah orang ynag mengemukakan hujjah dan pengakuan. Lebih tepat jika di terjemahkan sebagai keupalajih saja, tanpa menambahkan nyang hukom, ini sudah cukup mewakili faktor keterbacaan suatu terjemahan. 21. ْ ي عي تْسي اف جسلا ىلإ ْ عْ ي س ْنع فشْكي Uroe deuh beuteh bandum ka teulhon Pada hari kiamat betis disingkapkan Geuyue sujud lom laju beu bagah Dan mereka dipanggil untuk bersujud Han ek sujud le di jih watee nyan Tapi mereka tidak berdaya Qs. Al-Qalam, 68:42 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya pemilihan diksi yang kurang tepat yaitu dari kata س ْنع فشْكي di terjemahkan sebagai beuteh bandum ka teulhon betis semua 80 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 1015. 64 telanjang. فشك berarti membuka, mengungkapkan, memperlihatkan dan menyingkap. 81 Sedangkan dilihat dari tafsirnya maksud dari kata tersebut tidak menggambarkan bahwa membuka betis secara keseluruhan atau telanjang. kata س ْنع فشْكي disingkap betis adalah istilah yang digunakan bahasa Arab untuk menggambarkan kesulitan yang besar yang memerlukan upaya serius untuk menanggulanginya. Ini karena biasanya seseorang yang menghadapi sesuatu yang serius, menyingkap lengan baju atau bagian bawah dari penutup betisnya, sehingga agar lebih mudah dan lebih tangkas bergerak atau berlari. 82 Beberapa pendapat ahli tentang ayat ini khususnya pada kata س ْنع فشْكي, Ibnu Al Mubarak mengatakan bahwa, Usamah bin Zaid mengabarkan kepada kami dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah tersebut Ibnu Abbas berkata, “maksudnya, pada hari kesusahan dan kesulitan disingkap.” Abu Ubaidah berpendapat bahwa, “Apabila perang dan perkara hebat, dikatakan: Kasyafa al amru an saaqihi perkara itu menyingkap betisnya. Yang menjadi dasar dalam hal ini adalah, jika seseorang yang tercebur ke dalam sesuatu yang memerlukan keseriusan, maka dia akan menyingsingkan saaq betisnya. 83 Menurut pendapat yang lain, yang Allah maksud adalah waktu mendekatnya ajal dan lemahnya tubuh. Dengan demikian, yang dimaksud dari firman Allah ini adalah : pada hari orang sakit menyingkap betisnya, agar dia dapat melihat betisnya, agar dia dapat melihat kelemahannya. Adapun riwayat yang menyatakan bahwa Allah akan menyingkap betisnya, perlu diketahui bahwa sesungguhnya Allah Maha tinggi untuk memiliki anggota tubuh dan bagian, membuka maupun menutup. 81 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 1508. 82 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Tangerang: Lentera Hati, 2002, h. 396. 83 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008,h. 129-130. 65 Dari beberapa penjelasan tentang س ْنع فشْكي bisa kita tarik kesimpulan bahwa tidak ada satu ahli pun yang menerjemahkan kata فشك dengan kata telanjang. dua kata ini sangat berbedaan kata telanjang berarti tidak berpakaian: banyak anak kecil yang mandi -- di sungai. Atau dengan kata lain tidak mempunyai pakaian. 84 Sedangkan singkap berarti buka, menyingkap membuka selubung, buku, pintu, membuka sedikit. Dari penjelasan perbedaan dua kata tersebut menurut peneliti, kata فشك lebih tepat jika diterjemahkan dengan pilihan kata menyingkap. 22. ل س ْمه جسلا ىلإ ْ عْ ي ا ن ك ْ ق ل ْم قهْ ت ْمه صْبأ عش خ Mata ka rabon khuc hu’ that leupah Mata mereka tunduk ke bawah Watee nyan di jih hina ngon malee Diliputi kehinaan, padahal mereka Yoh geuyue dilee han jitem papah Dahulunya telah dipanggil untuk bersujud, Yoh mantong teuga han jitem pubuet Waktu mereka sehat sejahtera ‘Oh geuyue sujud di jih jibantah Qs. Al-Qalam, 68:43 Pada terjemahan dia atas peneliti menemukan adanya kesalahan pemilihan diksi dari kata ل س diterjemahkan mantong teuga dalam keadaan kuat. مي س :مل س berarti yang selamat, sehat . 85 Kata kuat menurut KBBI berarti banyak tenaganya, mampu mengangkat banyak, dan tidak mudah goyah. Menurut peneliti lebih tepat jika terjemahan menggunakan kata sehat. Menurut beberapa tafsir ayat ini juga dikaitkan dengan sholat berjama’ah, karena hanya orang- o rang yang sehat bisa melaksanakan sholat berjama’ah dengan sempurna. 84 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h. 1160. 85 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 1039. 66 23. ْعي ا ثْيح ْنم ْم ج ْ تْسنس ثي حْلا ا ب ّ كي ْنم ينْ ف Bah jih deungon Lon jinoe meuhukom Maka serahkanlah ya Muhammad Jikheun narit-Lon sulet that leupah Kepadaku urusan orang-orang yang Lon keumeung heijih dum seun-seun bacut Mendustakan berita Alquran ini Bah le jipubuet laju nyang salah Kami akan azab mereka beransur-ansur Hana jiteupeue ho jikeumeung bloh Dari tempat yang tiada mereka tahu Qs. Al-Qalam, 68:44 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan yang berulang dalam penulisan huruf, kapital L pada kata Lon. menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan agama yang diikuti nama orang, huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang, huruf pertama unsur- unsur nama orang, huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, huruf pertama unsur- unsur nama diri geografi, huruf pertama semua unsur nama resmi Negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau , dan untuk. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata ulang sempurna dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di,ke,dan,yang dan untuk. Ini beberapa ketentuan dalam penggunaan huruf kapital. Sedangkan pada terjemahan di atas terdapat penggunaan huruf capital pada tengah kalimat. 86 86 Pusat Bahasa Kemdiknas Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bandung: Pustaka Setia, 2012, h. 14-22. 67 24. م ه ن ْ إ حْلا بح صك ْنكت ا كّب مْكحل ْ ْص ف ْك Teuma tasaba hukom Po gata Maka tunggulah dengan sabar ketetapan Bek lagee haba masa nyang sudah Tuhanmu, dan jangan seperti orang Yunus Lagee soe dilee dalam pruet eungkot Yang berada dalam perut ikan Sang-sang teumakot geuba peurintah Ketika berdoa dalam kesedihan Geulakee do’a gopnyan di laot Kawom buet karot beungehgeuh leupah Qs. Al-Qalam, 68:48 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan dalam penulisan huruf capital P pada kata Po. menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan agama yang diikuti nama orang, huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang, huruf pertama unsur-unsur nama orang, huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi, huruf pertama semua unsur nama resmi Negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata ulang sempurna dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di,ke,dan,yang dan untuk. Ini beberapa ketentuan dalam penggunaan huruf kapital. Pada terjemahan di atas terdapat kesalahan dalam penulisan huruf capital di tengah-tengah kalimat. 68 25. اإ ه م ني ل عْ ل ْك Padahai dike haba peuingat Padahal peringatan itu Le bandum umat jitueng phaedah Tiada lain dari peringatan bagi Keu bandum alam jeut keu peuingat Seluruh umat Soe nyang tem ingat nyan nyang meutuah Qs. Al-Qalam, 68:52 Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kata yang diterjemahkan dua kali atau bertele-tele yaitu kata ْك diterjemahkan sebagai dike haba peuingat zikir kabar pengingat. Menurut peneliti jika ditulis salah satunya juga sudah cukup newakili dan pesannya tersampaikan. Adapun maksud dari ayat ini adalah, Alquran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. Menurut satu pendapat, maksudnya adalah: Muhammad itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh ummat, dimana mereka bisa mendapatkan peringatan karenanya. Pendapat lain mengutarakan bahwa makna Adz-Dzikr itu adalah kemulian, yakni Alquran adalah kemulian, sebagai firman Allah كمْ قل كل ْك ل هنإ “ Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar adalah suatu kemulian besar b agimu dan bagi kaummu.” Qs. Az- Zukhruf 43:44. 87 Nabi adalah kemulian bagi semua ummat, dan mereka menjadi mulia karena mengikuti dan beriman kepadanya.

B. Hasil dan Penilaian Terjemahan

Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh Setelah peneliti menganalisis teks terjemahannya, maka peneliti akan menjabarkan lebih jelas lagi hasil dan penilaiannya secara keseluruhan. 87 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam, 2008,h. 150. 69 Tabel Hasil dan Penilaian Terjemahan dari Aspek Keterbacaan NO. Aspek Keterbacaan Data Korpus Nilai Jumlah Tidak Akurat

1 Konkret

500 3 30 2 Tegas 500 9 18

3 Jelas

500 20 29 4 Populer 500 2 4 TOTAL 81

1. Konkret

Selanjutnya, peneliti akan memaparkan data-data dari analisis peneliti mengenai data yang diterjemahkan secara tidak konkret. Dalam hal ini, terjemahan yang tidak konkret dari keseluruhan data diperoleh sebanyak 3 kesalahan dan masing-masing data dikurangi 10 poin, sehingga berakibat pengurangan skor sebanyak 30 poin. Berikut ini peneliti akan menyajikan kesalahan-kesalahan terjemahan yang tidak konkret; 1. Kata م قلا diterjemahkan sebagai kalam. Berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin CeQda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan pedoman transliterasi Arab-Latin Kementrian Agama Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 bu1987, huruf apabila ditulis latin menjadi huruf Q, pada kata ini penerjemaha salah dalam memilih padanan sehingga menyebabkan perubahan makna. 70 2. Kata كّب pada TSu tidak diterjemahkan. Sehingga berakibat pada kesalah pahaman dan pesan dari ayat tersebut tidak tersampaikan secara sempurna, seharusnya kata كّب diterjemahakan sebagai “Tuhanmu”. 3. Kata مين كل ْعب pada Tsu tidak diterjemahakan. Sehingga berakibat pada kesalah pahaman dan pesan dari ayat tersebut tidak tersampaikan secara sempurna, seharusnya kata مين كل ْعب diterjemahkan sebagai “dan selain itu lancung pula”.

2. Tegas

Selanjutnya, peneliti akan memaparkan data-data dari analisis peneliti mengenai data yang diterjemahkan secara tidak tegas. Dalam hal ini, terjemahan yang tidak tegas dari keseluruhan data diperoleh sebanyak 9 kesalahan dan masing-masing data dikurangi 2 poin, sehingga berakibat pengurangan skor sebanyak 18 poin. Berikut ini peneliti akan menyajikan kesalahan-kesalahan terjemahan yang tidak tegas; 1. ميح لا ن ح لا ه مسب pada TSa adanya kejanggalan dalam menerjemahkan, terdapat beberapa kata yang diterjemahkan terlalu luas dan bertele-tele, khususnya pada kata ميح لا ن ح لا diterjemahkan secara tafsiriyah namun, menurut peneliti jika diterjemahkan secara tafsiriah lebih tepatnya jika diperincikan lagi apa-apa sajakah yang termasuk ke dalam rahnat meulipah yang ada di donya akherat.