Tanda Tambahan Cara Penulisan Kata

xviii

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap ialah 2 bunyi konsonan yang dilafalkan sebagai satuan, tajam dan jelas, seperti: KL Klo bisu, kelu TH That sangat, amat, luar biasa

C. Huruf dengan Lafal Khas Aceh

Huruf Rr, Ss dan Tt dilafalkan dengan khas Aceh seperti berikut ini: Rr dilafalkan dengan anak tekak atau langit-langit lembut uvular seperti bunyi ghain bahasa Arab atau dalam bahasa Prancis venir, rue. Lafal ini banyak digunakan di sebagian Aceh Besar dan Aceh Barat. Ss dilafalkan seperti bunyi “th” dalam bahasa Inggris think atau dalam bahasa Arab ث. Tt dilafalkan dengan ujung lidah menyentuh langit-langit di pangkal gigi seri.

D. Semi Vokal

Semi vocal Y y dan W w di tengah suku kata saja, seperti: Siya rasa sakit karena terbakar Kawet kait, kaitan xix ABSTRAK DALIPAH RAHMAH Penilaian Kualitas Terjemahan dari Aspek Keterbacaan dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf Keterbacaan yaitu derajat kemudahan sebuah tulisan untuk mudah dipahami maksudnya, semakin tinggi keterbacaan akan semakin mudah tulisan dipahami, dan semakin rendah keterbaacaan akan semakin sulit untuk dipahami maksudnya. Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana kualitas terjemahan dari aspek keterbacaan yang dilakukan oleh penerjemah pada setiap kata, frasa, klausa dan kalimat yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf. Evaluasi dan analisis yang dilakukan merujuk kepada beberapa faktor keterbacaan dalam penerjemahan. Faktor-faktor itu antara lain: konkret, tegas, jelas, dan popular. Hasil-hasil evaluasi tersebut akan dimasukkan ke dalam tabel hitungan matematis yang akan dijumlahkan untuk mengetahui kualitas dan nilai terjemahan. Dari segi keterbacaan hasil terjemahan ini, peneliti medapatkan terjemahan yang tidak diterjemahkan secara konkret dan abstrak. Dalam sebuah kalimat peneliti juga menemukan hasil terjemahan yang bertele-tele pemborosan kata. Adapun dari segi kejelasan, peneliti juga menemukan beberapa terjemahan yang tidak tersampaikan dengan jelas dan lengkap, serta peneliti juga menemukan penggunaan dan pemilihan diksi yang kurang popular dan lazim. Kesalahan-kesalahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas dan nilai terjemahan. 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumber BSu ke dalam bahasa sasaran BSa dengan hasil semirip mungkin, baik dalam makna maupun gaya bahasanya. Sebuah karya terjemahan harus mempengaruhi pembaca dengan cara yang sama seperti karya aslinya. Seorang penerjemah harus bisa menjamin bahwa apa yang disampaikan kepada pembacanya adalah benar-benar seperti apa yang dimaksud penulis asli. Tentunya ini bukan persoalan mudah, apalagi menerjemahkan teks dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Kegiatan penerjemahan sesungguhnya bukan hal yang baru dalam peradaban manusia. Di era globalisasi ini komunikasi lintas bahasa dalam bentuk penerjemahan masih eksis, bahkan cenderung semakin penting. Tak terkecuali kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia juga semakin marak seiring dengan meningkatnya ghirah ‘semangat’ keberagamaan umat Islam di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku terjemahan, terutama yang berhubungan dengan khazanah keislaman, seperti Alquran, Hadis, tafsir, fikih, akhlak, akidah, tasauf dan lain-lain. 1 Penilaian terjemahan sangat penting disebabkan dua alasan: 1 untuk menciptakan hubungan dialektik antara teori dan praktik penerjemahan; 2 untuk kepentingan kriteria dan standar dalam menilai kompetensi penerjemah, terutama apabila kita menemui beberapa versi teks bahasa sasaran Bsa dari teks bahasa sumber Bsu yag sama. 2 1 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemhan Arab Indonesia Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, h. 1. 2 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah Jakarta: Grasindo, 2000, h. 108.