Unit Pengolahan Limbah PENDAHULUAN

pada bak dimasukkan cairan NaOH PH = 14. Pada bak ini terdapat alat sensor PH, apabila indikator pada alat tersebut menunjukkan bahwa PH sudah mendekati 7, maka cairan NaOH akan otomatis dialirkan. 4 Proses selanjutnya dilakukan pada bak flocculation untuk penggumpalan floc menggunakan anion. Proses ini termasuk pada proses filtrasi. 5 Setelah itu air limbah dialirkan menuju bak Dissolved Air Floatation DAF. Proses yang terjadi adalah proses filtrasi dan sedimentasi, dimana dilakukan proses pemisahan antara liquid dan sludge floc. Pemisahan dilakukan menggunakan anion sehingga endapan sludge mengendap di atas cairan liquid. Pada bak ini terdapat alat sweeping untuk memisahkan sludge dengan liquid. Endapan sludge dialirkan pada bak chemicalsludge. 6 Pada bak chemical sludge dilakukan proses pressing untuk menyaring kembali sludge dari sisa air yang masih ada. Selanjutnya sludge tersebut dibuang ke TPA dikarenakan tidak dapat dimanfaatkan kembali. 7 Sedangkan cairan liquiddialirkan langsung melalui pipa ke tempat penampungan air limbah Kawasan Industri Medan.

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Penjadwalan Flowshop

Penjadwalan flowshop Baker, 1974 merupakan suatu pergerakan unit- unit yang terus menerus melalui suatu rangkaian stasiun-stasiun kerja yang disusun berdasarkan produk. Susunan suatu proses produksi jenis flowshop dapat diterapkan dengan tepat untuk produk-produk dengan desain yang stabil dan diproduksi secara banyak volume produksi tinggi. 3 3 Rosnani Ginting, 2009, Penjadwalan Mesin Graha Ilmu: Yogyakarta, hlm. 47-48 Suatu masalah kritis dalam flowshop adalah pengelompokan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam stasiun kerja, sehingga dicapai suatu kondisi yang memenuhi pembatas-pembatas urutan dan terjadi keseimbangan pada tingkat output produksi. Jika tingkat output bervariasi untuk masing-masing stasiun kerja, maka hal ini berarti bahwa lintasan produksi tersebut tidak seimbang. Ketidakseimbangan lintasan akan menghasilkan aliran yang tidak teratur dan rendahnya utilisasi kapasitas yang disebabkan turunnya kecepatan aliran pada stasiun-stasiun penyebab bottleneck. Masalah yang kritis pada flowshop adalah: 1. Pengelompokan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam stasiun kerja sehingga dicapai kesetimbangan pada tingkat output dan memenuhi pembatasan urutan. 2. Ketegangan yang diakibatkan susunan aliran lini terhadap pekerja. Pekerja akan bosan karena terbatasnya variasi kerja pada tiap stasiun dan panjang rentang pengendalian sepanjang lintasannya. 3. Prioritas order pada flowshop dipengaruhi terutama pada pengirimnya dibandingkan tanggal pemrosesan dengan syarat flowshop digunakan khusus untuk satu jenis produk. Pengambilan keputusan penjadwalan operasi harus didasarkan atas kriteria mana yang dipentingkan. Terdapat 5 kriteria dalam pengambilan keputusan penjadwalan pada perusahaan manufacturing, yaitu: 1. Mengacu pada minimisasi idle time 2. Minimisasi total waktu set up 3. Minimisasi work in process inventory 4. Maksimisasi utilitas mesin Penentuan jadwal yang memenuhi seluruh kriteria di atas sangat sulit. Untuk menyederhanakan masalah, digunakan suatu kriteria yang dapat mewakili dari beberapa kriteria di atas. Kriteria tersebut adalah minimisasi makespan, yaitu meminimumkan panjang waktu keseluruhan operasi dalam proses secara lengkap. Minimisasi makespan cenderung menghasilkan idle time yang pendek, persediaan barang setengah jadi rendah dan utilitas mesin tinggi.

3.2. Peramalan dengan Metode Pemulusan Smoothing Eksponensial

Dalam peramalan, nilai rata-rata digunakan sebagai penaksir estimator yang meminimumkan nilai tengah kesalahan kuadrat MSE dari nilai sebenarnya