Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
2 masyarakat. Ini terutama disebabkan maju dan mundurnya suatu industri
perbankan tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya pada suatu bank. Oleh karena itu dalam mengelola suatu bank,
pihak manajemen perbankan mendasarkan pada perencanaan yang terarah, pengorganisasian yang efisien dan efektif serta pengawasan yang baik.
Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang mempunyai fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat yang memiliki
kelebihan dana dapat menyimpan dana tersebut di bank dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu
sesuai dengan kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara masyarakat yang mengalami kekurangan dan membutuhkan dana dapat
mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Hasil penelitian Ersa Zheta 2008 menunjukkan bahwa jumlah uang
beredar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit. Walaupun sangat kecil dikarenakan kondisi perekonomian saat itu
sedikit lebih stabil.
3 Berkaitan dengan masalah di atas, untuk dapat memperoleh hasil
yang optimal, bank dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara efektif dan efisien, baik atas dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat,
serta dana modal pemilikpendiri bank maupun atas pemanfaatan atau penanaman dana tersebut.
Untuk itu, perlu didukung dengan aspek permodalan yang kuat. Kekuatan aspek permodalan ini dimungkinkan terbangunnya kondisi bank
yang dipercaya oleh masyarakat. Sebagaimana diketahui bersama, bank adalah lembaga kepercayaan. Sehubungan dengan persoalan kepercayaan
masyarakat terhadap bank tersebut, maka manajemen bank harus menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga
kepercayaan masyarakat itu. Salah satu perangkat yang sangat strategis dalam menopang kepercayaan itu adalah permodalan yang cukup memadai.
Oleh karena itu, masalah kecukupan modal merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis perbankan. Bank yang mempunyai tingkat kecukupan
modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukkan keadaan yang dinyatakan dengan suatu
rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio CAR.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 31PBI2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum bahwa setiap bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari aktiva tertimbang menurut resiko yang diporposikan dengan rasio Capital Adequecy Ratio
4 CAR. Jika ketentuan ini tidak dipatuhi maka Bank Indonesia akan
menempatkan bank tersebut ke dalam pengawasan khusus bank Indonesia. Di saat krisis lalu, perbankan Indonesia sempat mengalami penurunan
permodalan yang cukup tajam dikarenakan besarnya dan anjloknya lualitas aset yang dimiliki.
Dalam kondisi seperti itu wajar jika bank bertahan untuk tidak menyalurkan kredit karena semakin besar krdit yang disalurkan maka bank
sama saja dengan menambah modal Juda Agung, 2001. Hal ini berarti semakin besar nilai CAR maka memungkinkan bank untuk melakukan
penawaran kredit yang lebih banyak. Menurut Meydianawati 2006, CAR yang tinngi mencerminkan stabilnya jumlah modal dan rendahnya resiko
yang dimiliki oleh bank sehingga memungkinkan bank untuk bisa lebih banyak menyalurkan kredit kepada sektor UMKM. Atau dengan kata lain
hubungan CAR dan kredit adalah searah. Kinerja perkreditan juga ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi
makro secara umum seperti laju inflasi dan fluktuasi nilai tukar. Di sisi lain, faktor pertumbuhan ekonomi pun seringkali mempengaruhi kebijakan
alokasi kredit perbankan pada sektor-sektor tertentu, sehingga memberikan dampak adanya konsentrasi risiko pemberian kredit pada sektor usaha
tertentu. Apabila dilihat, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dan
kondisi perbankan secara umum di Indonesia semakin membaik. Seharusnya lembaga keuangan khususnya bank harus terus menjalankan fungsinya
5 sebagai lembaga intermediasi agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.
Namun, kebijakan moneter dan kondisi perbankan yang cukup solid tersebut tidak dibarengi oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank.
Dengan latar belakang di atas dan mengingat betapa pentingnya fungsi bank saat ini sebagai intermediasi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam hal ini, peneliti mencoba mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi penawaran kredit perbankan. Maka peneliti memilih judul
“Analisis Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio CAR dan Implikasinya Terhadap Penawaran
Kredit Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional Periode Tahun 2004 sampai dengan 2009 ”.