Analisis pengaruh bi rate, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap capital adequecy ratio dan implikasinya terhadap penawaran kredit modal kerja Bank umum swasta Nasional Periode 2004 s/d 2009

(1)

ANALISIS PENGARUH BI RATE, INFLASI DAN JUMLAH

UANG BEREDAR TERHADAP CAPITAL ADEQUECY RATIO

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENAWARAN KREDIT

MODAL KERJA BANK UMUM SWASTA NASIONAL

(Periode 2004 sampai dengan 2009)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat- Syarat Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Disusun Oleh :

Sesy Rizkiyanti Oktavia

106081002346

JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(2)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

3.1 Tabel Standar Kesesuaian (Fit) 42

4.1 Tabel Data BI Rate 48

4.2 Tabel Data Inflasi 49

4.3 Tabel Data JUB 51

4.4 Tabel Data CAR 52

4.5 Tabel Data Penawaran kredit 53

4.6 Hasil Korelasi 55

4.7 Pengaruh BI Rate, inflasi, JUB, ke CAR 59

4.8 Pengaruh BI Rate, inflasi, JUB, CAR ke Kredit 64

4.9 Pengujian pengaruh variable eksogen dan endogen 69

4.10 Hasil Uji goodness fit 70

4.11 Hasil Setelah Modifikasi 71

4.12 Hasil Perhitungan Setelah Triming 72

4.13 Hasil Korelasi 73

4.14 Hasil Uji Penaruh BI Rate, inflasi, JUB, ke CAR 75

4.15 Hasil Uji Pengaruh BI Rate, inflasi, JUB ke kredit 79


(3)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

2.1 Gambar Demand Inflation 12

2.2 Gambar Cosh Push Inflation 13

2.3 Gambar Paradigma Penelitian 27

2.4 Gambar Kerangka Pemikiran 29

3.1 Gambar Hubungan Kausal X1, X2, X3 ke Y 34

3.2 Gambar Hubungan Kausal X1,X2,X3 ke Z 35

3.3 Gambar Kausal pengaruh lansung dan tidak langsung 36

4.1 Gambar grafik BI Rate 50

4.2 Gambar grafik Inflasi 51

4.3 Gambar grafik Jumlah uang beredar 52

4.4 Gambar grafik Capital Adequecy Ratio 54


(4)

DAFTAR DIAGRAM

Nomor Keterangan Hal 4.6 Diagram Jalur Hasil Perhitungan 55 4.7 Diagram Jalur Subtruktur I 58 4.8 Diagram Jalur Subtruktur II 63


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agenor, P.R, J. Aizenman, dan A. Hoffmaister. “The Credit Crunch in East Asia : What Can Bank Excess Liquid Assets Tell Us?, artikel diakses tanggal 9 November 2009, dari http://Papers.ssrn.com

Anggun E.A, Meisy. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kredit UMKM di Indonesia tahun 1992-2007, artikel diakses tanggal 10 November 2009, dari http://www.digilib.uns.ac.id/

Aryaningsih, Nyi Nyoman, ” pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 2008.

Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan No.13 September 2009”. Jakarta : Bank Indonesia. 2009.

Budisantoso, Totok. “Lembaga-lembaga Keuangan”, 2006.

Boediono, “Ekonomi Moneter” Edisi ke Tiga, BFE, Yogyakarta, 2001.

Francisca dan Hasan Sakti Siregar. “Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang GO PUBLIC di Indonesia”, artikel diakses tanggal 15 November 2009, dari http://www.akuntansi.usu.ac.id

Ghozali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008.

Hadad, Muliaman. “Fungsi Intermediasi Dalam Mendorong Sektor Riil”, artikel diakses tanggal 16 November 2009, dari http:// www.bi.go.id

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.

Harmanta dan Mahyus Ekananda. “Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan dan Penawaran Kredit, sebuah pendekatan dengan Model Diseqluibrium”, Buletin Ekonomi dan Moneter dan Perbankan, Juni 2005.

Ika, Maharani L, dkk. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, artikel diakses tanggal 13 November 2009, dari

http://www.epository.gunadarma.ac.id

Istiwiyono, Yoko, “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja”. Skripsi FEIS UIN, 2009.


(6)

Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005

Kasmir. “Dasar-Dasar Perbankan”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003. Khalwaty, T. “Inflasi Dan Solusinya”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2001. Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”, Edisi 3,

Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Marsya, Amiranti. “Analisis Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal Perbankan Terhadap Penawaran Kredit UMKM”. Skripsi sarjana FISIP UI, Jakarta. 2009. Meydianawathi, Luh Gede, “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada

Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007.

Miskhin, Fredric S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8 Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Nanga, Muana. “Teori, Masalah, dan Kebijakan”, Rajawali Gravindo, Jakarta, 2005. Pariyo. “Variabel Makro Ekonomi yang mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak

Ketiga”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

Republik Indonesia. “Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan”, Jakarta, 1998.

Rodoni, Ahmad dan Indoyama N. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Center for Sosial Economics Studies, Jakarta, 2007.

Samuelson dan Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh Belas, PT. Media Global Edukasi, Jakarta. 2004

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2004.

Susilo, dkk. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”, Salemba Empat, Jakarta, 2000. Warjiyo, Perry. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter”, Buletin


(7)

Wibowo, Arief.. “Pengaruh Jumlah Penghimpunan dana Bank, Suku Bunga Kredit Modal Kerja, dan Tingkat Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, Skripsi sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. 2007.

Zeta Ersha “ Pengaruh Inflasi dan jumlah uang beredar terhadap penawaran kredit Bank”, Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi STEKPI, 2008.

www.bi.go.id www.wikipedia.com


(8)

Abstract

The purpose of this study is to analyze how much the variables in the BI Rate, Inflation and Money Supply Against Capital Adequecy Ratio (CAR) and Their Implication To Offer Credit National Private Banks. This study uses secondary data from January 2004 until December 2009 by using the data results of the publication of Bank Indonesia. And supported literature study by collecting data in accordance with the scope of discussion. The analytical tool used in this research is Path Analysis. Path analysis can show direct and indirect relationships between exogenous and endogenous variables.Results obtained in this study divided into two parts. First, the test results of sub structure I shows the BI Rate, inflation and money supply have a significant influence on the CAR of 0.670. second, the test results of sub structure II shows the BI Rate, inflation and money supply have a significant influence on credit supply by 0,977.

Keywords : BI Rate, Inflation, money supply, Capital Adequecy Ratio and Loan Offers.


(9)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar variabel BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio( CAR) Serta Implikasinya Terhadap Penawaran Kredit Pada Bank Umum Swasta Nasional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Januari 2004 sampai dengan Desember 2009 dengan memanfaatkan data-data hasil publikasi Bank Indonesia. Serta ditunjang studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data yang sesuai dengan ruang lingkup pembahasan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur. Analisis Jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antara variabel eksogen dan endogen. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, hasil pengujian sub struktur I menunjukkan BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh signifikan terhadap CAR sebesar 0,670. kedua, hasil pengujian sub struktur II menunjukkan BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh signifikan terhadap penawaran kredit sebesar 0,977.

Kata kunci : BI Rate, Inflasi, Jumlah uang beredar, Capital Adequecy Ratio dan Penawaran Kredit


(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas kekuatan yang diberikan Allah padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio( CAR) dan Implikasinya Terhadap Penawaran Kredit Pada Bank Umum Swasta Nasional”. Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan, namun dengan support dan bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meski masih jauh dari kesempurnaan.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papaku Ahmad Subandi, SH dan Mamaku Ayoh tercinta yang selalu menguatkan diriku dengan do’a, yang selalu memberiku kasih sayang, semangat, serta menasehatiku dan membimbingku untuk keberhasilan dalam segala hal.

2. Seluruh Adik-adiku Hana dan Melia yang turut memberikan semangatnya. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada mereka, Amin.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sekaligus Dosen Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.

5. Bapak Indoyama Nasarudin, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.

6. Bapak Arief Mufraini Lc. Msi. selaku dosen mata kuliah, seminar perbankan dan sekaligus dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan arahan yang berharga kepada penulis sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan di hati penulis.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah khususnya jurusan Manajemen yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga bagi saya pribadi..

8. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.


(11)

9. Sahabat-sahabatku di kampus khususnya Mia Wahyuni, Hana Rosdiana, Wulan Effendi, Arlinda dan Nunita yang selalu bersamaku.

10.Seluruh teman-teman di kelas Manajemen A 2006 dan Manajemen Perbankan A terima kasih atas kebesamaannya selama ini khususnya Rudi.

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, November 2010


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi………... i

Daftar Riwayat Hidup ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Diagram……… ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Lembaga Keuangan ... 8

B. BI Rate………. 10

C. Inflasi……….. 12

D. Jumlah Uang Beredar………. 17

E. Capital Adequecy Ratio……….. 18

F. Penawaran Kredit………..……….. 20

G. Penelitian Terdahulu ………26

H. Paradigma Penelitian ...29

I. Kerangka Pemikiran ...30


(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

B. Metode Penentuan Sampel ... 34

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

D. Metode Analisis ... 35

E. Operasional Variabel ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

B. Penemuan dan Pembahasan ... 51

1. Analisis Deskriptif ... 51

2. Analisis Jalur…………...………. 57

3. Uji Kesesuaian Model ... 75

C. Analisis Jalur Setelah Trimming………. 78

D. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung……….. 89

E. Interpretasi……….. 91

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Implikasi ... 95 DAFTAR PUSTAKA


(14)

(15)

1 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dengan pemilik dana. Dalam industri perbankan terjadi proses sinergi keuangan di masyarakat. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyalurkan dananya untuk masyarakat lain yang membutuhkan dana, baik untuk proses produksi maupun konsumsi agar dapat tercipta pemerataan dan pembangunan nasional.

Dalam Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter Indonesia Desember 2009 penulis memahami bahwa dengan adanya pembangunan diharapkan akan terjadinya pertumbuhan. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan berbagai saranan dan prasana, terutama dukungan dana yang memadai. Dalam hal inilah perbankan memiliki peran yang cukup penting sebagaimana fungsi perbankan Indonesia adalah penghimpun dan penyalur dana dalam masyarakat dan memiliki tujuan untuk menunjang salah satu program pemerintah khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak dan stabilitas nasional.

Sebagai suatu lembaga keuangan yang beroperasi dengan dana masyarakat dan kembali menyalurkannya dalam bentuk kredit, bank merupakan suatu lembaga yang harus dapat menarik kepercayaan


(16)

2 masyarakat. Ini terutama disebabkan maju dan mundurnya suatu industri perbankan tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya pada suatu bank. Oleh karena itu dalam mengelola suatu bank, pihak manajemen perbankan mendasarkan pada perencanaan yang terarah, pengorganisasian yang efisien dan efektif serta pengawasan yang baik.

Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang mempunyai fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat yang memiliki kelebihan dana dapat menyimpan dana tersebut di bank dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu sesuai dengan kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara masyarakat yang mengalami kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank.

Hasil penelitian Ersa Zheta (2008) menunjukkan bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit. Walaupun sangat kecil dikarenakan kondisi perekonomian saat itu sedikit lebih stabil.


(17)

3 Berkaitan dengan masalah di atas, untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, bank dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara efektif dan efisien, baik atas dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat, serta dana modal pemilik/pendiri bank maupun atas pemanfaatan atau penanaman dana tersebut.

Untuk itu, perlu didukung dengan aspek permodalan yang kuat. Kekuatan aspek permodalan ini dimungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat. Sebagaimana diketahui bersama, bank adalah lembaga kepercayaan. Sehubungan dengan persoalan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut, maka manajemen bank harus menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga kepercayaan masyarakat itu. Salah satu perangkat yang sangat strategis dalam menopang kepercayaan itu adalah permodalan yang cukup memadai. Oleh karena itu, masalah kecukupan modal merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis perbankan. Bank yang mempunyai tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukkan keadaan yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/1/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum bahwa setiap bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut resiko yang diporposikan dengan rasio Capital Adequecy Ratio


(18)

4 (CAR). Jika ketentuan ini tidak dipatuhi maka Bank Indonesia akan menempatkan bank tersebut ke dalam pengawasan khusus bank Indonesia. Di saat krisis lalu, perbankan Indonesia sempat mengalami penurunan permodalan yang cukup tajam dikarenakan besarnya dan anjloknya lualitas aset yang dimiliki.

Dalam kondisi seperti itu wajar jika bank bertahan untuk tidak menyalurkan kredit karena semakin besar krdit yang disalurkan maka bank sama saja dengan menambah modal (Juda Agung, 2001). Hal ini berarti semakin besar nilai CAR maka memungkinkan bank untuk melakukan penawaran kredit yang lebih banyak. Menurut Meydianawati (2006), CAR yang tinngi mencerminkan stabilnya jumlah modal dan rendahnya resiko yang dimiliki oleh bank sehingga memungkinkan bank untuk bisa lebih banyak menyalurkan kredit kepada sektor UMKM. Atau dengan kata lain hubungan CAR dan kredit adalah searah.

Kinerja perkreditan juga ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi makro secara umum seperti laju inflasi dan fluktuasi nilai tukar. Di sisi lain, faktor pertumbuhan ekonomi pun seringkali mempengaruhi kebijakan alokasi kredit perbankan pada sektor-sektor tertentu, sehingga memberikan dampak adanya konsentrasi risiko pemberian kredit pada sektor usaha tertentu.

Apabila dilihat, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dan kondisi perbankan secara umum di Indonesia semakin membaik. Seharusnya lembaga keuangan khususnya bank harus terus menjalankan fungsinya


(19)

5 sebagai lembaga intermediasi agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Namun, kebijakan moneter dan kondisi perbankan yang cukup solid tersebut tidak dibarengi oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank.

Dengan latar belakang di atas dan mengingat betapa pentingnya fungsi bank saat ini sebagai intermediasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, peneliti mencoba mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi penawaran kredit perbankan. Maka peneliti memilih judul “Analisis Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Implikasinya Terhadap Penawaran Kredit Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional Periode Tahun 2004 sampai dengan 2009 ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian dengan menggunakan analisis jalur ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap CAR.

2. Bagaimana pengaruh variabel BI Rate, inflasi, jumlah uang beredar, dan CAR terhadap penawaran kredit.

3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel BI Rate, inflasi, jumlah uang beredar dan CAR terhadap penawaran kredit.


(20)

6 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis pengaruh variabel BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap Capital Adequecy Ratio (CAR).

2. Untuk menganalisis pengaruh variabel BI Rate, inflasi, jumlah uang beredar dan Capital Adequecy Ratio (CAR) terhadap penawaran kredit. 3. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel BI

Rate, inflasi, jumlah uang beredar dan Capital Adequecy Ratio(CAR) terhadap penawaran kredit.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni manfaat akademis maupun praktis.

1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk:

a. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.

b. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian.

2. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat untuk:

a. Bagi manajemen perusahaan perbankan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi


(21)

7 manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

b. Kalangan perbankan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka mengantisipasi berbagai faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi penawaran kredit.


(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Keuangan

1. Pengertian Lembaga Keuangan

Menurut Totok Budisantoso (2006) Lembaga keuangan (financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset keuangan (financial assets) maupun (non-financial asset) atau asset riil.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Dalam keputusan SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan.

Dari pengertian tersebut di atas maka yang bisa dikatakan sebagai lembaga keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan utama dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-fiancial yang aktivitasnya menghimpun dana dari


(23)

9 masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan.(Abdullah: 2008).

Menurut Ahmad Rodoni (2007) lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Lembaga Keuangan Depositori

Lembaga keuangan depositori (bank) mendapatkan dana yang bersumber langsung dari masyarakat (unit surplus) dalam bentuk simpanan yaitu tabungan, giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Unit surplus dapat berupa perusahaan, pemerintah, rumah tangga dan orang asing yang memiliki kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga keuangan depositori (bank) merupakan komponen penting dari penawaran uang (money supply). Yang termasuk depositori antara lain: Commercial Bank, Saving and Loan Associations (S&Ls), Mutual Saving Banks dan Credit Unions.

b. Lembaga Keuangan Non-Depositori

Lembaga keuangan non-depositori (bukan bank) ini dikelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, bersifat kontraktual (contractual institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan dana untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian, misalnya perusahaan asuransi dan dana pensiun. Kedua, lembaga keuangan investasi (investment institutions) yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi di pasar


(24)

10 uang dan pasar modal, misalnya perusahaan efek dan reksadana. Dan yang ketiga adalah tidak termasuk dalam kelompok kontraktual dan investasi yaitu perusahaan modal ventura (venture capital) dan perusahaan pembiayaan (finance company,) yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (faktoring), pembiayaan konsumen (consumer company) dan kartu kredit (credit card).

B. BI Rate

1. Pengertian

Bi rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodic yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi.(Bank Indonesia:2006).

Bi rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang.

Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas mencangkup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas financial market, dan stabilitas pasar valutaa asing. Secara ideal, semua sasaran


(25)

11 tersebut dapat dicapai secara bersama – sama. Namun pada kenyataanya, di Indonesia seringkali mengandung unsur – unsur yang kontradiktif. Misalnya, usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negative terhadap kestabilan harga dan neraca pembayaran. Menyadari hal ini, BI memfokuskan sasaran kebijakan moneternya pada stabilitas nilai rupiah, yang dicapai melalui stabilitas harga (inflasi) dan stabilitas nilai tukar. Untuk mencapai sasaran akhir tersebut, maka diperlukan suatu respon kebijakan untuk mengendalikan situasi moneter dan pasar keuangan agar tetap berada di koridor yang diinginkan. Respon kebijakan yang dimaksud dinyatakan dalam kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya BI rate, sebagai sinyal kebijakan moneter untuk mengarahkan dan mempengaruhi suku bunga yang berlaku dipasar keuangan. Arah kebijakan moneter secara konsisten ditunjukan untuk mencapai sasaran inflasi jangka menengah yang rendah dan stabil (inflation targeting), yang ditetapkan oleh pemerintah setelah berkordinasi dengan Bank Indonesia.

2. Penetapan BI Rate

Penetapan respon kebijakan moneter biasa dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulanan, untuk berlaku selama triwulan berjalan. Apabila diperlukan , perugahan BI rate juga dapat dilakukan dalam RDG bulanan. Dalam setiap RDG triwulanan yang dilakukan asesment menyeluruh terhadap kondisi makroekonomi,


(26)

12 prakiran inflasi, dan penentuan respon kebijakan moneter. Dalam RDG bulanan, review atas perkembangan inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter dan likuiditas di pasar dilkukan monitor dan menilai apakah sesuai dengan prakiraan yang dilakukan RDG triwulanan. Perubahan BI rate dilakukan dalam kelipatan 25 bps (perubahan dapat sebesar 25, 50, 75 sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi).

Bi rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan mempertimbangkan rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi. Selain itu sasaran BI rate yang ditetapkan juga mempertimbangkan berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survey, informasi anecdotal, variable informasi, expert opinion, assessment factor resiko dan ketidakpastian serta hasil – hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.

Bi rate diumumkan ke publik setelah ditetapkan oleh RDG. Langkah – langkah tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai kestabilan harga sebagai elemen sasaran akhir kebijakan ekonomi makro yang menyeluruh.

C. Inflasi

1. Definisi Inflasi

Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke


(27)

13 periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Menurut Nanga (2005), inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Inflasi berarti kenaikan harga /komoditas dan jasa dalam perode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas (Adiwarman karim, 2002:63)

2. Jenis-jenis Inflasi

Menurut Boediono (2001:162) inflasi dapat di golongkan menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu :

a. Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun) b. Inflasi sedang (antara10-30% setahun) c. Inflasi berat ( antara 30-100% setahun) d. Hiperinflasi (diatas 100% setahun)

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini di bedakan 2 macam inflasi : (Yoopi Abimanyu, 2004:13-14).

Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Infasi ini disebut demand inflation.


(28)

14 Gambar 2.1

Demand Inflation

Gambar 2.1 tersebut menunjukan demand inflation. Karena permintaan mas.yarakat akan barang-barang (agrerate demand) bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva aggregate demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2.

Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut cost inflation.

Harga

Output

H2 H1

Q1 Q

D D S

Q2 Q (Sumber : Boediono, 2001)


(29)

15 Gambar 2.2

Cost Inflation

(Sumber : Boediono, 2001)

Gambar 2.2 tersebut menunjukan cost inflation, yaitu jika biaya produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (Aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2.

3. Efek Buruk Inflasi

Menurut Paul A. Samuelson (2004:116), efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut :

a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka

Harga

Output S2 S1

D H4

H3


(30)

16 pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.

b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

e. Memperburuk pembagian kekayaan

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatanya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil


(31)

17 kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

D. Jumlah Uang Beredar ( JUB ) 1. Pengertian

Menurut Iskandar Putong (2007:401) jumlah uang beredar adalah keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito).

JUB merupakan penawaran uang (money supply) adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat, berupa penjumlahan dari uang kartal dan uang giral. Jumlah uang beredar di masyarakat besarnya sudah tentu, didasarkan kepada otoritas moneter, yakni Bank Sentral.(Eeng Ahman:197).

2. Pembagian Jumlah Uang Beredar :

a. M1, adalah uang kartal dan uang giral. M1 terdiri dari asset-asset yang dapat digunakan secara langsung, instan dan tanpa hambatan dalam melakukan pembayaran. Asset finansial ini bersifat liquid, karena dapat dengan cepat, mudah dan murah digunakan untuk melakukan pembayaran. M1 berhubungan dengan kebanyakan definisi tradisional mengenai uang sebagai alat pembayaran;


(32)

18 b. M2, adalah jumlah M1 ditambah uang kuasi. Uang kuasi adalah simpanan rupiah dan valuta asing milik penduduk pada sistem moneter, yang untuk sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai alat tukar. Uang kuasi merupakan kewajiban sistem moneter dalam deposito berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening valuta asing milik penduduk. M2 memasukkan asset yang tidak liquid secara instan. Penarikan deposito berjangka, misalnya memerlukan pemberitahuan kepada institusi penyimpan. Dana mutual pasar uang menentukan nilai minimum yang dapat diambil. Namun, dengan kualifikasi ini, asset tambahan ini juga masuk ke dalam kategori uang secara lebih luas.

E. Capital Adequecy Ratio (CAR)

Capital Adequecy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk menghitung penyediaan modal minimum bagi bank. CAR adalah ratio kinerja bank untuk menunjang aktifa yang mengandung atau menghasilkan resiko. CAR merupakan indicator terhadap kemampuan suatu bank untuk menutupi penurunan aktifanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktifa yang beresiko.

Menurut Kasmir (2008:296), CAR merupakan perbandingan antara equty capital dengan total loans dan securities.

CAR = Equity Capital X 100 Total Loans + Securities


(33)

19 Menurut surat edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva Tertimbang Resiko (ATMR).

CAR = Modal x 100 ATMR

"Fungsi utama dari modal bank adalah melindungi para penyimpan uang (deposan) dari kerugian yang timbul" (Sinungan, 1993).

Walaupun sebenarnya dari pernyataan di atas mengandung kebenaran, tetapi tidak cukup memngungkapkan sifat-sifat asli dari fungsi protektif modal bank. Modal bank adalah manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan. Modal bank digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat peminjam. Kepercayan masyarakat amat penting artinya bagi bank, karena dengan demikian bank akan dapat menghimpun dana untuk operasioanl bank. Oleh karena itu modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan pat menjaga kepercayaan masyarakat.

Menurut SK Dir. BI Nomor 26/20/KEP/DIR/29 Mei 1993 (dalam Suseno dan Piter Abdullah, 2003), di Indonesia jumlah modal minimum yang harus ada pada bank diatur oleh BI, yaitu sebesar 8% dari ATMR. CAR diharapkan berkorelasi positif dengan penawaran kredit.


(34)

20 F. Penawaran Kredit

1. Pengertian Kredit

Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pastii akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjmanan tersebut sesuai dengan jangka waktunya. (Kasmir, 2003:101). Menurut UU No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

Menurut Susilo (2000:69) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak yang mendapatkan kredit (debitor) adalah yang mendapat kepercayaan dari pihak yang memberikan kredit (creditor), tentunya


(35)

21 setelah memenuhi syarat dan penilaian atas kemampuan dan niat baiknya.

2. Unsur-unsur Kredit

Dari pengertian di atas, menurut Judisseno (2005:166) maka unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari seseorang yang memberikan pinjaman atau kredit kepada orang yang menerimanya bahwa di masa yang akan datang ia akan dapat mengembalikan pinjamannya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.

b. Waktu/tenor, adalah masa yang menjadi jarak antara saat kredit tersebut diberikan sampai pada saat kredit tersebut dikembalikan sepenuhnya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

c. Tingkat resiko, adalah segala kemungkinan yang terjadi akibat dari rentan waktu pemberian kredit hingga kredit tersebut dikembalikan. Semakin lama jangka waktu pengembalian kredit, maka semakin besar tingkat risiko yang ditanggung oleh pemberi pinjaman. Oleh sebab itu, kredit memerlukan jaminan.

d. Prestasi, adalah objek yang akan dijadikan sebagai sesuatu yang dipinjamkan baik dalam bentuk uang, barang maupun jasa

3. Tujuan Kredit

Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas dari tujuan mencari keuntungan, demikian juga dalam pemberian kredit. Namun karena di dalam kredit terdapat resiko, maka usaha mencari


(36)

22 keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah dana simpanan masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh adanya kredit yang macet. ( Judisseno, 2005:167).

Menurut Judisseno (2005) selain profitability dan safety, bank, khususnya bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of development yaitu dalam hal:

a. Ikut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan;

b. Meningkatkan efektivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya, guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat; c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan

dapat memperluas usahanya.

Dari tujuan-tujuan yang dicoba untuk diraih di atas, maka fungsi kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya guna uang. Para pemilk uang/modal baik secara langsung atau melalui penyimpanan dana di bank, dapat meminjamkan uangnya kepada perorangan atau perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan usahanya;


(37)

23 b. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan adanya kredit, pengusaha yang kesulitan dalam produksi, misalnya, dapat terbantu untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi;

c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran dengan menggunakan uang giral seperti cek, bilyet giro, dan lainnya yang sejenis;

d. Sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit dapat digunakan sebagai alat pengendalian ekonomi. Dalam keadaan inflasi pemerintah dapat menerapkan kebijakan uang ketat (tight money policy) antara lain dengan membatasi pemberian kredit. Sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang lesu karena deflasi, pemerintah dapat melonggarkan kebijakan pemberian kredit sehingga akan menimbulkan kegairahan dalam usaha;

e. Meningkatkan kegairahan berusaha. Pihak-pihak yang usahanya terlambat karena kekurangan modal dapat meningkatkan usahanya melalui bantuan kredit yang diberikan oleh bank.

f. Meningkatkan pemerataan pendapatan. Dengan adanya kredit, perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan usahanya bahkan dapat mendirikan proyek baru yang akan membutuhkan tenaga kerja. Hal itu dapat mengurangi pengangguran dan selanjutnya pemerataan pendapatan akan meningkat pula.


(38)

24 g. Meningkatkan hubungan internasional. Pengusaha di dalam negeri dapat pula memperoleh kredit baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan suatu negara yang sedang berkembang dapat memperoleh kredit dari negara-negara yang telah maju. Bantuan dalam bentuk kredit tersebut dapat sekaligus mempercepat hubungan antarnegara yang bersangkutan.

4. Jenis-jenis Kredit

Pemberian kredit pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank Indonesia sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia ke bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan disalurkan ke nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan Kredit Likuiditas (Judisseno, 2005:170).

Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisseno (2005:170) adalah sebagai berikut:

a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi:

1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti Kredit Pemilikian Rumah (KPR), Kredit Pembelian Mobil/Motor, Credit Card, dan kredit konsumtif lainnya.


(39)

25 2) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud

untuk memperlancar proses produksi.

3) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, seperti bank garansi, anjak piutang, self liquidity credit, pinjaman berjangka (term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis pinjaman lainnya yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal kerjanya seperti L/C dan sebagainya.

b. Kredit dari segi penggunaanya, meliputi:

1) Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering disebut sebagai kredit modal kerja; 2) Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau

jangka panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi atai penanaman modal.

c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi:

1) Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun. 2) Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun.


(40)

26 G. Penelitian Terdahulu

Luh Gede Meydianawathi (2007) meneliti tentang analisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (2002 – 2006). Metode analisis yang digunakan adalah ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian dalam kurun waktu Januari 2002 - Februari 2006 memperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, pulihnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah telah mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta non performing loan (NPLs) yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variabel-variabel DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor ini.

Arief Wibowo (2007) meneliti tentang pengaruh jumlah penghimpunan dana bank, suku bunga kredit modal kerja, dan tingkat laju


(41)

27 inflasi terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja pada bank-bank umum di Indonesia (2001.01–2006.04). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah penghimpunan dana secara individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Jadi semakin besar jumlah penghimpunan dana yang masuk ke bank semakin besar pula jumlah alokasi kredit modal kerja. Tingkat inflasi secara individu berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Suku bunga kredit modal kerja secara individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja.

Francisca dan Hasan S Siregar (2008) meneliti tentang pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada bank yang GO PUBLIC di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit yang GO PUBLIC di Indonesia. Penelitian ini menggunakan faktor internal sebagai variabel independent dan volume kredit sebagai variabel dependent. Faktor internal bank diukur dengan BI Rate (X1), Inflasi (X2), JUB (X3) dan CAR (). Party fund (X1), capital adequacy ratio (X2), return on asset (X3) and non performing loan (X4). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah dana pihak ketiga dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit, Capital adequacy ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Non performing loan (NPL) memiliki pengaruh


(42)

28 negatif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Hasil dari uji F memperlihatkan F hitung > F tabel 0,000 < 0,05. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa dana pihak ketiga, CAR. ROA, dan NPL memilki pengaruh secara simultan terhadap volume kredit.

Nyi Nyoman Aryaningsih (2008). Pada penelitian mengenai pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri. Menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi suku bunga terhadap permintaan kredit sebesar 0,659 (65,9%) ini berarti suku bunga berpengaruh terhadap permintaan kredit sebesar 65, 9% sisanya sekitar 34,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Namun dari uji t, diperoleh hitung lebih kecil dari t table, sehingga suku bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit. Kedua, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi inflasi terhadap permintaan kredit sebesar 0,475 (47,5%). Sisanya sekitar 52,5% permintaan kredit dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t variabel inflasi secara partial tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan kredit. Ketiga, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien pengaruh penghasilan terhadap permintaan kredit sebesar 0,739 (73,9%). Ini berarti penghasilan berpengaruh sebesar 73,9% Sisanya sekitar 26,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t, variabel pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit.


(43)

29 Keempat, perhitungan uji statistika regresi linier berganda secara simultan menunjukan suku bunga, inflasi, dan pendapatan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit. Hasil ini ditunjukan oleh perolehan F hitung 2,443 lebih kecil dari F tabel sebesar 2,82.

H. Paradigma Penelitian

Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat digambarkan sebuah konstruk dari variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

Gambar 2.3 Paradigma penelitian

Keterangan:

X1 = BI Rate Z = Penawaran Kredit X2 = Inflasi

X3 = Jumlah Uang Beredar


(44)

30 I. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peniliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur. Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel.

Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti merupakan salah satu dari kelompok jenis bank, yaitu Bank Umum Swasta Nasional. Variabel yang diteliti adalah BI Rate, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Penawaran Kredit. Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah BI Rate, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar. Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Penawaran Kredit.

Peneliti mengambil data dari masing-masing variabel dari situs Bank Indonesia dan Perpustakaan Bank Indonesia. Pencarian data dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama, pengambilan data masing-masing variabel eksogen yang diambil dari laporan kebijakan moneter Bank Indonesia.


(45)

31 Kedua, pengambilan data masing-masing variabel endogen yang diambil dari statsitik perbankan.

Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian data diolah dengan menggunakan software AMOS 16. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan antara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah malakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka pemikiran yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini :


(46)

32 Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4 Kebijakan

Moneter Bank Swasta

BI-rate Inflasi JUB Penawaran

Kredit

CAR

Analisis

Hubungan langsung dan tidak langusng

Interpretasi Pengujian Hipotesa


(47)

33 J. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesisis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. BI Rate, inflasi, JUB terhadap CAR .

Ho; ρ = 0: BI Rate, inflasi, JUB tidak berpengaruh terhadap CAR.

Ha; ρ≠ 0: BI Rate, inflasi, JUB berpengaruh terhadap CAR.

2. BI Rate, JUB, inflasi dan CAR terhadap kredit

Ho; ρ = 0: BI Rate, inflasi, JUB dan CAR tidak berpengaruh terhadap

kredit.

Ha;ρ ≠ 0:BIRate, inflasi, JUB dan CAR berpengaruh terhadap kredit.

3. BI Rate, inflasi, JUB terhadap kredit

Ho; ρ = 0: BI Rate, inflasi, JUB berpengaruh langsung terhadap kredit. Ha;ρ ≠ 0:BI Rate, inflasi, JUB berpengaruh tidak langsung terhadap


(48)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari kondisi makro ekonomi, yaitu melalui variabel BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap CAR (CapitalAdequecy Ratio) serta implikasinya terhadap penawaran kredit. Penelitian ini dilakukan pada bank Bank Umum Swasta Nasional periode Januari 2004 sampai Desember 2009. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi terhadap dokumen atau laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi, lalu dilakukan pencatatan terhadap data yang dibutuhkan sebelum dianalisis.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling atau purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. (Abdul Hamid, 2007:29). Penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2004-2009 karena pada masa tersebut berada di dalam siklus lengkap, yakni pertumbuhan ekonomi dari masa pemulihan pasca krisis ekonomi di Indonesia sampai dengan pertumbuhan ekonomi mulai mengalami pemulihan .


(49)

35 C. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun luar BI, sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut meliputi: a. Laporan keuangan tahunan perusahaan BUSN yang dipublikasikan

di BI.

b. Data BI Rate, Inflasi, dan jumlah uang beredar yang dipublikasikan

di www.bi.go.id

2. Library Research

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Peneliti melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian.

D. Metode Analisis

Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas.


(50)

36 Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit. (Imam Ghozali, 2008:21).

Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung. (Imam ghozali, 2008:93).

Dilihat dari paradigma penelitian, maka dapat diperoleh 2 (dua) substruktur linier sebagai berikut:


(51)

37 Sub struktur I :

Gambar 3.1

Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y

Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut:

Y1 = ρYX1 + ρYX2 + YρX3 + 2 Keterangan :

X1 = BI Rate X2 = Inflasi

X3 = Jumlah uang beredar 2 = Residual Error

X1

X2

X3

Y

e1


(52)

38 Sub struktur II :

Gambar 3.2

Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap z

Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut:

Y1 = ρZX1 + ρZX2 + ρZX3 +2 Keterangan :

X1 = BI Rate Y1 = CAR

X2 = Inflasi

X3 = Jumlah uang beredar 2 = Residual Error Hair et. al (1998) dalam Imam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan structural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu:

Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori

Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alas an seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara

X1

X2

X3

Y

Z

e1

1

e2


(53)

39 dua variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable dalam model merupakan dedukasi dari teori.

Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest.

Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan

Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovariabn atau matrik korelasi. Data mentah obesrvasi individu dapat dimasukkan dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukanb dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik


(54)

40 ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti weight least square (WLS), generalized least square (GLS) dan asymptotivally distribution free (ADF).

Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural

Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang bvesar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90) antar koefisien estimasi.

Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit

Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam Ghozali (2008) terdiri dari:

1. Absolute Fit Measure

Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model strultural maupun model pengukuran secara bersamaan).


(55)

41 a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic

Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chi-square (2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi () dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovariab abtara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p  0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi

b. CMIN/DF

Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al (1977) dalam Imam GHozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peniliti lainnya seperti Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.

c. Goodness of Fit Index (GFI)

Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi


(56)

42 menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit.

d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)

Root mean square error of approximination (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaikia kecenderungan statistic chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar.

2. Incremental Fit Measures

Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.

a. Adjusted Goodness of Fit Indes (AGFI)

Adjusted Goodnbess of Fit Index (AGFI) merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah  0,90.


(57)

43 b. Tucker-Lewis Index (TLI)

Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah  0,90. c. Normed Fit Index (NFI)

Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan  0,90.

3. Parsimony Fit Measures

Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 didalam multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model.


(58)

44 a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)

Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 debngan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih parsimony.

b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)

Parsimonious normal fit index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukkan jumlahb degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk membandingkan model alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan.


(59)

45 Tabel 3.1

Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) Nilai yang Direkomendasikan

Imam Ghozali (2008) Laporan

Statistik

Cut of value Keterangan

Absolut Fit Probabilitas2

Tidak signifikan (p > 0.05)

Model yang diusulkan cocok/fit dengan data observasi

2

/df 5

< 2

- Ukuran yang reasonable - Ukuran fit

RMSEA

< 0.1 < 0.05 < 0.01 0.05 x 0.08

- good fit - very good fit - outstanding fit - reasonable fit

GFI > 0.9 good fit

Incremental Fit

AGFI  0.9 good fit

TLI  0.9 good fit

NFI  0.9 good fit

Parsimonious Fit

PNFI 0-1.0 lebih besar lebih baik

PGFI 0-1.0 lebih besar lebih baik

(Sumber : Imam Ghozali, 2008)

Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model

Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima.


(60)

46 E. Operasional Variabel

1. Variabel Endogen a. Pengertian CAR

Capital Adequacy Ratio ( CAR ) menurut Lukman Dendawijaya (2000:122) adalah” Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ( kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman dan lain – lain.

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.

b. Penawaran Kredit

Kredit berasal dari bahasa Latin/Yunani yang berarti Credere atau Creditum atau kepercayaan. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan


(61)

47 dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya (Suseno dan Piter A, 2003:6). Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Data penawaran kredit yang digunakan adalah jumlah kredit pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) periode Januari 2004 – Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari Statistik Keuangan dan Perbankan Indonesia pada situs www.bi.go.id.

2. Variabel Eksogen

a. BI Rate

Bi rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodic yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi.

Bi rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate.selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang.


(62)

48 Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas mencangkup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas financial market, dan stabilitas pasar valutaa asing. Secara ideal, semua sasaran tersebut dapat dicapai secara bersama – sama. Namun pada kenyataanya, di Indonesia seringkali mengandung unsur – unsur yang kontradiktif. Misalnya, usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negative terhadap kestabilan harga dan neraca pembayaran. Menyadari hal ini, BI memfokuskan sasaran kebijakan moneternya pada stabilitas nilai rupiah, yang dicapai melalui stabilitas harga (inflasi) dan stabilitas nilai tukar. Untuk mencapai sasaran akhir tersebut, maka diperlukan suatu respon kebijakan untuk mengendalikan situasi moneter dan pasar keuangan agar tetap berada di koridor yang diinginkan. Respon kebijakan yang dimaksud dinyatakan dalam kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya BI rate, sebagai sinyal kebijakan moneter untuk mengarahkan dan mempengaruhi suku bunga yang berlaku dipasar keuangan. Arah kebijakan moneter secara konsisten ditunjukan untuk mencapai sasaran inflasi jangka menengah yang rendah dan stabil (inflation targeting), yang ditetapkan oleh pemerintah setelah berkordinasi dengan Bank Indonesia.(Bank Indonesia:2009).


(63)

49 b. Inflasi

Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Data inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per bulan periode Januari 2004- Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id c. Jumlah Uang Beredar

Menurut Kuncoro (2008), JUB merupakan penawaran uang (money supply) adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat, berupa penjumlahan dari uang kartal dan uang giral. Jumlah uang beredar di masyarakat besarnya sudah tentu, didasarkan kepada otoritas moneter, yakni Bank Sentral (Eeng Ahman:197).

Data jumlah uang beredar dalam penelitian ini diwakili oleh periode Januari 2004-Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.


(64)

50 50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Dalam keputusan SK Menkeu RI no. 792 Tahun 1990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan.

Dari pengertian tersebut di atas maka yang bisa dikatakan sebagai lembaga keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan utama dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-fiancial yang aktivitasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kemabali kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan pada prinsip kehati-hatian (prudent). Fungsi utama perbankan Indonesia adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf


(65)

51 hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah.

B. Penemuan Dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif

a. Analisis Deskriptif Variabel Tingkat BI Rate

Tabel 4.1 Data BI Rate

BI Rate

Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 0.0065 0.0061 0.0106 0.0079 0.0066 0.0072 Februari 0.0062 0.0061 0.0106 0.0077 0.0066 0.0068 Maret 0.0061 0.0062 0.0106 0.0075 0.0066 0.0064 April 0.0061 0.0064 0.0106 0.0075 0.0066 0.0062 Mei 0.0061 0.0066 0.0104 0.0072 0.0068 0.006 Juni 0.0061 0.0068 0.0104 0.007 0.007 0.0058 Juli 0.0061 0.007 0.0102 0.0068 0.0072 0.0056 Agustus 0.0061 0.0072 0.0097 0.0068 0.0075 0.0054 September 0.0061 0.0083 0.0093 0.0068 0.0077 0.0054 Oktober 0.0061 0.0091 0.0089 0.0068 0.0079 0.0054 November 0.0061 0.0102 0.0085 0.0068 0.0079 0.0054 Desember 0.0061 0.0106 0.0081 0.0066 0.0077 0.0054 (Sumber : data diolah)

Tabel 4.1 di atas menunjukkan fluktuasi BI Rate pada periode Januari 2004 -Desember 2009.


(66)

52 BI RATE 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 J a n 0 4 A p r - 0 4 J u l - 0 4 O k t - 0 4 J a n 0 5 A p r - 0 5 J u l - 0 5 O k t - 0 5 J a n 0 6 A p r - 0 6 J u l - 0 6 O k t - 0 6 J a n 0 7 A p r - 0 7 J u l - 0 7 O k t - 0 7 J a n 0 8 A p r - 0 8 J u l - 0 8 O k t - 0 8 J a n 0 9 A p r - 0 9 J u l - 0 9 O k t - 0 9 BI Rate Grafik 4.1 Data BI Rate

c. Analisis Deskriptif Variabel Inflasi

Data inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per bulan periode Januari 2004-Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.

Tabel 4.2 Data Inflasi

Inflasi

Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 0.0042 0.0061 0.0142 0.0052 0.0061 0.0076 Februari 0.0038 0.006 0.0149 0.0053 0.0062 0.0072 Maret 0.0043 0.0073 0.0131 0.0054 0.0068 0.0066 April 0.0049 0.0068 0.0128 0.0058 0.0075 0.0061 Mei 0.0054 0.0062 0.013 0.005 0.0087 0.005 Juni 0.0057 0.0062 0.0129 0.0048 0.0092 0.003 Juli 0.006 0.0065 0.0126 0.0051 0.0099 0.0023 Agustus 0.0056 0.0069 0.0124 0.0054 0.0099 0.0023 September 0.0052 0.0076 0.0121 0.0058 0.0101 0.0024 Oktober 0.0052 0.0149 0.0052 0.0057 0.0098 0.0021 November 0.0052 0.0153 0.0044 0.0056 0.0097 0.002 Desember 0.0053 0.0143 0.0055 0.0055 0.0092 0.0023 (Sumber : data diolah)


(67)

53 Tabel 4.2 menunjukkan fluktuasi tingkat inflasi periode Januari 2004-Desember 2009.

Untuk lebih mudah kita lihat grafik berikut ini: Grafik 4.2

Data Inflasi

d. Analisis Deskriptif Variabel Jumlah uang beredar

Data nilai tukar rupiah dalam penelitian ini diwakili oleh periode Januari 2004- Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.

INFLASI

0 0.002 0.004 0.006 0.008

0.01 0.012 0.014 0.016 0.018

Jan - 04 Apr - 04Jul - 04Okt - 04Jan - 05 Apr - 05Jul - 05Okt - 05Jan - 06Apr - 06Jul - 06Okt - 06Jan - 07 Apr - 07Jul - 07Okt - 07Jan - 08 Apr - 08Jul - 08Okt - 08Jan - 09 Apr - 09 Jul - 09Okt - 09 Inflasi


(1)

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .000 .000 .000 .000 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 6.218 6.007 5.093 7.025 RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Independence model .633 .583 .684 .000 AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 40.000 43.692 Saturated model 40.000 43.692 Independence model 451.488 452.411 ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .563 .563 .563 .615 Saturated model .563 .563 .563 .615 Independence model 6.359 5.445 7.377 6.372 HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER .01 Default model

Independence model 5 5

BI_RATE

INFLASI

JUB

.67

CAR

.98

KMK

.86

-.21 -.23

.53 -.74

-.75

-.15

.97

-.03 .22


(2)

HASIL OUTPUT SETELAH TRIMMING Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label CAR <--- BI_RATE 7.108 1.867 3.807 *** CAR <--- INFLASI -4.341 .813 -5.339 *** CAR <--- JUB .000 .000 -10.432 *** KMK <--- BI_RATE -6852525.141 1486340.659 -4.610 *** KMK <--- JUB .176 .003 54.121 *** KMK <--- INFLASI 4348395.668 647250.796 6.718 *** Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate CAR <--- BI_RATE .533 CAR <--- INFLASI -.743 CAR <--- JUB -.753 KMK <--- BI_RATE -.164 KMK <--- JUB .992 KMK <--- INFLASI .238

Means: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE .007 .000 40.674 *** INFLASI .007 .000 17.440 *** JUB 1412077.458 42165.932 33.489 ***

Intercepts: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label CAR .227 .012 19.469 *** KMK -53297.988 9291.183 -5.736 ***

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE <--> INFLASI .000 .000 5.508 ***


(3)

Estimate S.E. C.R. P Label INFLASI <--> JUB -256.889 148.602 -1.729 .084 BI_RATE <--> JUB -124.189 65.341 -1.901 .057

Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate BI_RATE <--> INFLASI .864 INFLASI <--> JUB -.210 BI_RATE <--> JUB -.232

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

BI_RATE .000 .000 5.958 ***

INFLASI .000 .000 5.958 ***

JUB 126235571523.512 21186907675.292 5.958 ***

E1 .000 .000 5.790 ***

E2 89854758.172 15080887.602 5.958 *** Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate KMK .977 CAR .670

Model Fit Summary CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 19 .625 1 .429 .625

Saturated model 20 .000 0

Independence model 5 441.488 15 .000 29.433 Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI rho1

IFI Delta2

TLI

rho2 CFI Default model .999 .979 1.001 1.013 1.000

Saturated model 1.000 1.000 1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000 Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI


(4)

Model PRATIO PNFI PCFI Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000 NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model .000 .000 5.900 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 426.488 361.621 498.773 FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .009 .000 .000 .083 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 6.218 6.007 5.093 7.025 RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .000 .000 .288 .469

Independence model .633 .583 .684 .000 AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 38.625 42.132 Saturated model 40.000 43.692 Independence model 451.488 452.411 ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .544 .549 .632 .593 Saturated model .563 .563 .563 .615 Independence model 6.359 5.445 7.377 6.372 HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER .01

Default model 437 755


(5)

BI_RATE

INFLASI

JUB

.67

CAR

.98

KMK

.86

-.21 -.23

.53 -.74

-.75

-.16

.99 .24


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama : Sesy Rizkiyanti Oktavia Tempat/tanggal lahir : Bogor, 07 Oktober 1987 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia Status perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jl. Kesadaran 1 No.17 Rt 004/01 Pondok Petir Sawangan Depok 16517 No. Telp : 085691188281/02174700757

Alamat E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal

1) Tamatan SD Negeri 03 Pondok Petir 2) Tamatan MTS AL-Hamidiyah Depok 2003 3) Tamatan MA AL-Hamidiyah Depok 2006

4) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Perbankan 2006 – 2010.


Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh bi rate, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap capital adequecy ratio dan implikasinya terhadap penawaran kredit modal kerja Bank umum swasta Nasional Periode 2004 s/d 2009

0 5 122

Analisis pengaruh inflasi, DPK dan tingkat suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja : studi kasus pada bank persero

2 38 111

Analisis pengaruh nilai tukar, kridit, suku bunga SBI, Inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar (m2) di Indonesia

0 3 157

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis dana pihak ketiga, non performing loan, capital adequecy ratio, dan loan to deposit ratio terhadap return on assets serta implikasinya terhadap penyaluran kredit pada Bank persero

1 8 165

Analisis pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar (M2) dan inflasi terhadap jumlah tabungan di Indonesia

6 31 167

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (KURS), suku bunga SBI dan jumlah berdar (M2) terhadap dan pihak ketiga DPK) serta implikasinya terhadap volume transaksi pasar uang antara bank (PUAB)

2 17 152

Analisis pengaruh jumlah tabungan, giro dan deposito terhadap jumlah kredit dan jumlah sertifikat bank Indonesia (SBI) : studi kasus pada 10 bank umum devisa nasional

1 9 90

Analisis kurs, jumlah uang beredar, dan suku bunga SBI terhadap inflasi di Indonesia periode 2001-2010

1 4 136

Analisis pengaruh tingkat inflasi SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

0 11 115