C. Syarat Berhujjah Dengan Maslahah Mursalah
Ulama yang menerima maslahah mursalah sebagai dalil untuk menetapkan hukum memberikan beberapa syarat yaitu:
52
1. Bahwa kemaslahatan tersebut bersifat hakiki bukan didasarkan pada praduga
semata. Tegasnya, maslahat itu dapat diterima secara logika keberadaannya. Sebab, tujuan pensyariatan suatu hukum dalam Islam bertujuan untuk
mendatangkan manfaat atau menghilangkan kemudharatan. Hal ini tentunya tidak akan terwujud apabila penetapan hukum didasarkan pada kemaslahatan
yang didasarkan pada praduga wahmiah 2.
Kemaslahatan itu sejalan dengan maqasid syari’ah dan tidak bertentangan dengan nash atau dalil-dalil qath’i artinya, kemaslahatan tersebut harus sejalan
dengan kemaslahatan yang ditetapkan syar’i. 3.
Kemaslahatan itu berlaku umum bagi orang banyak, bukan kemaslahatan bagi individu atau kelompok tertentu hal ini selaras dengan nash bahwa Islam
adalah Agama rahmat bagi semesta alam. Bagi mereka yang melakukan studi terhadap hukum Islam fiqh, tentunya
akan mengetahui contoh-contoh hukum yang dirumuskan berdasarkan maslahah mursalah, mulai dari periode sahabat, tabi’in sampai pada periode imam madzhab.
52
Wahbah al-Zuhaili, Ushûl al-fiqh al- Islâmî, Beirut: Daar al-fikr, 2001, Jilid 1, cet. Ke-2, h. 799-800. Abdul wahab Khallaf, ílmû Ushûl al-fiqh, Kuwait: Dar al-Qolam, 1978, Cet. Ke-12, h.
86-87.
Berikut ini beberapa contoh pengambilan hukum melalui pendekatan maslahah mursalah:
53
Abu Bakar Shiddik melalui pendekatan maslahah mursalah menghimpun lembaran-lembaran bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan menjadi satu
mushaf,
54
dengan berpegang pada prinsip maslahah juga Abu Bakar mengangkat Umar bin Khattab menjadi khalifah kedua setelah wafatnya. Demikian juga
halnya Umar
bin Khattab
membuat undang-undang
perpajakan, mengkodifikasikan buku-buku, membangun kota-kota, membangun penjara dan
hukuman ta’jir dengan berbagai macam sangsi. Bahkan, Umar Bin Khattab tidak memberikan sangsi pemberlakuan potong tangan bagi pencuri yang mencuri
untuk mempertahankan hidupnya pada musim paceklik, serta dengan pertimbangan maslahah mursalah juga Umar Bin Khattab menetapkan 80 kali
hukum cambuk sangsi bagi peminum khamar.
55
Dengan landasan maslahah mursalah juga, Utsman Bin affan menetapkan warisan bagi istri yang dicerai suaminya yang sakit tidak mendapatkan warisan
ketika suami meninggal,
56
Demikian juga halnya sahabat Muadz Bin Jabal
53
Firdaus, Ushûl Fiqh Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensif, Cet. Pertama, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004, h. 93.
54
Al buthi, Dhawâbît al-Maslahah fî al-Syarî’ah al-Islîmiyah., h. 353-354.
55
Ibid., h. 353-354.
56
Yusuf al- Qardhawi, Al-Mâdkhâl fî Dîrâsat al-Syarî’ah al- Islâmiyah, Terjemahan oleh Muhammad Zakki dan Yasir Tajid dalam membumikan syari’at Islam Surabaya: Dunia Ilmu, 1997,
Cet. Ke-1, h. 169.
mengambil baju buatan Yaman sebagai pengganti dari makanan dalam zakat buah-buahan.
57
Atas dasar maslahah mursalah pula, para fuqoha’ madzhab Hanafi dan syafi’i serta kelompok Maliki membolehkan membelah perut seorang
perempuan yang telah meninggal guna mengeluarkan janinnya, jika ada dugaan kuat melalui medis bahwa janin tersebut akan hidup, meskipun kehormatan mayat
harus dipelihara menurut syara’ akan tetapi kemaslahatan menyelamatkan sang janin mengungguli kerusakan terhadap mayit.
58
D. Tinjauan Maslahah Mursalah Dari Segi Kepentingan Dan Kualitas