Sebab-sebab Perceraian Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif

pertimbangan secara matang, serta dengan alasan-alasan yang bersifat dharurat. 119 Pengertian perceraian atau putusnya perkawinan menurut UUP No 1 tahun 1974 adalah: berakhirnya perkawinan yang telah dibina oleh pasangan suami-istri, yang disebabkan oleh beberapa hal, yang dilakukan dihadapan sidang pengadilan. 120 KHI memberikan pernyataan yang hampir sama dengan UUP No.1 Tahun 1974, dijelaskan pada bab XVI pasal 115 yang berbunyi: perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak . 121

2. Sebab-sebab Perceraian

Alasan Perceraian menurut Hukum Islam adalah : 1. Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang yang merupakan tujuan dan hikmah dari perkawinan. 2. Karena salah satu pihak berpindah agama 3. Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama 119 Satria Efendi dan M. Zein, Problematika Hukum Keluarga, Jakarta: Prenada media, 2004, cet. ke-1, h. 48. 120 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata BW, Jakarta, Sinar Grafika, 2002, h. 76. 121 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, CV Akademika Pressindo, 2007, Cet ke-5, h. 141. 4. Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri. 5. Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad pernikahan taklik thalaq. 122 Sedangkan menurut sayyid Sabiq alasan-alasan perceraian itu adalah: 1. Suami tidak mampu memberi nafkah 2. Suami berbuat aniaya 3. Suami menjauh 4. Suami dihukum penjara 123 Adapun alasan-alasan putusnya perkawinan menurut UUP No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan KHI, disebabkan oleh: a. kematian b. perceraian c. keputusan pengadilan 124 Mengenai putusnya perkawinan yang disebabkan oleh perceraian ada beberapa alasan yang melatarbelakangi kenapa perceraian dapat terjadi. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam KHI Pasal 116, sebagai berikut: a Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang sukar untuk disembuhkan. 122 Ibid., h. 141. 123 Sayyid Sabiq., Fiqh Sunnah , 206. 124 UU, No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 113. b Salah satu pihak meninggalkan pihak lain dalam jangka waktu 2 tahun secara terus-menerus tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya. c Salah satu pihak mendapatkan pidana 5 tahun penjara atau hukuman lain yang lebih berat. d Salah satu pihak melakukan kekejaman yang membahayakan keselamatan anggota keluarga. e Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat melakukan kewajibannya sebagai suami-istri. f Terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran antara kedua belah pihak sehingga tidak dapat harapan untuk hidup harmonis terdapat juga dalam pasal 39 ayat 2 UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan g Suami melanggar taklik talaq h Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga. 125

3. Perbedaan Cerai Thalaq dan Cerai Gugat