Depinisi Perceraian Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif

ini Allah menyerahkan penyelesaiannya kepada akal manusia. 113 Para ulama Indonesia dalam hal ini perumus Kompilasi Hukum Islam menyebutnya dengan ahli waris pengganti. Hal ini tentunya berbeda dengan konsep fiqih yang menyebutkan paman anak pewaris yang masih hidup menutup kedudukan cucu. Dalam konsep fiqih pada kasus contoh cucu menjaga si kakek dalam keadaan senang dan susah sedang paman tidak merawat si kakek sama sekali, maka ketika meninggal si kakek maka seluruh hartanya jatuh kepaman si cucu. Hal tersebut dirasa tidak adil oleh pandangan ulama terhadap nasib si cucu. Oleh karena itu, Para ulama Indonesia merumuskan dalam Kompilasi Hukum Islam dengan ahli waris pengganti sebagai jalan keluar sebagai hasil kompromi syari’at nash dan adat sebagaiman tertuang dalam pasal 185. 114 Walaupun ada yang mengatakan hal tersebut adopsi dari ijtihad prof. Hazairin yang berdasarkan kata mawali yang terdapat dalam surah al-Nisa’ 4: ayat 33.

C. Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif

1. Depinisi Perceraian

Sayyid Sabiq dalam banyak Fiqh As-sunnah, memberikan definisi perceraian sebagai berikut: Perceraian adalah “Lepasnya ikatan perkawinan dan mengakhiri 113 Ibid., h. 271. 114 A.Basiq djalil., Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif fiqih dan Kompilasi Hukum Islam , h. 186. hubungan suami istri”. 115 Adapun dasar hukum perceraian menurut hukum Islam terdapat dalam firman Allah swt pada surat Al-baqarah ayat 232, yaitu: E K f gEDa  ~€ z Ta2t [ eTa •KL X [ W‚ WaB W  8KL z ZPQ2 [ e •V KƒKL E c - V2  Ons Q R2S Z K W0 „ S P V …2  † S 25 28N\ -O PQ 5  5  S „- C K H Zzp P -S P V ` ‡ƒKL -S P  e KL K P ˆ K OTa W2 f g0KL K X‰ 28  Ta W  116 Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu para wali menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya[146], apabila Telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang maruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui ..”Q.S. Al-Baqarah, 1:232 z Ta2S [ eTa •KL [ W‚ PZ 5Kl K W S KKL [ W‚ WN? K W S c KGi ŠKL K ‹ K 6Œ G2 PQ ~5 c  NKL K TU G eIJ • ` -Ot V …2  † S 25 28N\ Ž• 5  115 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Beirut: Dar al-Fiqr, 1983, Cet. Ke-4, jilid 2, h. 206. 116 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tarjamah, Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Qur’an Bandung :Lubuk Agung, 1989, h. 56. S „- C K H Zzp ` 25 K •‘Š32 = d We ’ yL= N“ 2 + 117 ….. Artinya: “Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilahmereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar” .Q.S.At-Thalaq :2 Dalam hadist diterangkan bahwa perceraian adalah yang paling dibenci oleh Allah meskipun perbuatan tersebut hukumnya adalah halal. ? A 1 ﺏ B B ? ﺹ 2 B4 C:ﺏ 4D E 118 Artinya: “Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: yang hukumnya halal tetapi Allah paling benci terhadapnya adalah talaq”.H.R.Abu Daud dan Ibnu Majah. Meskipun talaq dianggap dapat menjadi jalan yang terbaik, hal ini tidak boleh dilakukan dengan seenaknya, karena akan menimbulkan suatu akibat hukum. Karena menurut ajaran Islam perceraian diakui setelah pertimbangan- 117 Ibid., h. 945. 118 HR. Abu Daud dan Ibnu Majah, disohihkan oleh Hakim. pertimbangan secara matang, serta dengan alasan-alasan yang bersifat dharurat. 119 Pengertian perceraian atau putusnya perkawinan menurut UUP No 1 tahun 1974 adalah: berakhirnya perkawinan yang telah dibina oleh pasangan suami-istri, yang disebabkan oleh beberapa hal, yang dilakukan dihadapan sidang pengadilan. 120 KHI memberikan pernyataan yang hampir sama dengan UUP No.1 Tahun 1974, dijelaskan pada bab XVI pasal 115 yang berbunyi: perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak . 121

2. Sebab-sebab Perceraian