Cockerill 2002, pendekatan negatif yang dilakukan pelatih merupakan perilaku negative coaching. Perilaku negative coaching merupakan bentuk pengabaian dan
pengkhianatan atas kepercayaan yang merupakan bagian dari hubungan antara pelatih-atlet Ryan dalam Jowett Cockerill, 2002. Menurut Jowett dan
Cockerill 2003, pengabaian hubungan antara pelatih-atlet dapat berpengaruh pada keadaan di luar olahraga.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hubungan pelatih-atlet merupakan hubungan yang saling terkait antara pelatih dan atlet
secara emosi, pikiran dan perilaku positif sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama.
2.3.2. Dimensi Hubungan Pelatih-Atlet
Jowett 2009 menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi hubungan pelatih-atlet yaitu:
1. Kedekatan Emosional Closeness
Merupakan dimensi yang berfokus pada kesesuaian emosional dalan hubungan pelatih-atlet dan merefleksikan kelekatan diantara pelatih-atlet. Dimensi ini
mengambarkan keterikatan afektif seperti
saling menghormati,
saling mempercayai, dan menghargai satu sama lain yang ditunjukkan sebagai sebuah
keadaan interpersonal yang positif dan stabil. Jowett 2003 menjelaskan bahwa merasa dekat satu sama lain merupakan usaha untuk memahami jiwa dan perasaan
atlet. Kedekatan yang dibangun memiliki batasan tertentu sebagai upaya agar pelatih tetap memiliki penilaian yang objektif atas atlet.
2. Komitmen Commitment
Dimensi ini menggambarkan keterikatan kognitif dan berorientasi jangka panjang satu sama lain. Komitmen menjelaskan bahwa antara pelatih-atlet memiliki
landasan yang serupa seperti belief, nilai, dan tujuan. Dengan komitmen, pelatih dan atlet saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang bertujuan saling
memahami diantara keduanya. Pengetahuan pelatih tentang kepribadian, perilaku, kelemahan, dan keunggulan atletnya akan memudahkan pelatih dalam
meningkatkan performa atlet secara efektif Jowett, 2003. 3.
Perilaku komplementer Complementarity
Dimensi ini menggambarkan transaksi perilaku antara pelatih-atlet seperti perilaku saling kerjasama. Dimensi ini memiliki prinsip “give and take”, yang
berarti pelatih dan atlet saling membutuhkan satu sama lain dalam kegiatan yang sama. Baik pelatih maupun atlet harus saling menerima dan menanggapi atas
setiap tindakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi dalam mencapai tujuan dan kesuksesan. Misal, seorang atlet memiliki pengalaman bertanding lebih
banyak dari pelatihnya maka pengalaman tersebut dapat digunakan pelatih sebagai sebuah keunggulan bagi tim Jowett, 2003.
2.3.3. Pengukuran Hubungan Pelatih-Atlet
Pengukuran hubungan pelatih-atlet dalam penelitian ini menggunakan The Coach – Athlete Relationship Questionnaire CART-Q oleh Jowett Ntoumanis,
2002. CART-Q mengukur model konstruk hubungan pelatih-atlet. Skala tersebut terdiri atas 11 item yang mengukur tiga dimensi hubungan pelatih-atlet: kedekatan
emosional 4 item, komitmen 3 item, dan perilaku komplementer 4 item.