Seorang pelatih cenderung untuk memiliki sebuah hubungan dan komunikasi yang intensif dengan atletnya. Pola komunikasi yang terbangun akan
turut mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah program latihan yang dijalani. Menurut Jowett Cockerill 2002, efektivitas tugas seorang pelatih yang
meliputi persiapan teknis, taktis dan strategis. Tugas mengorganisir, mengevaluasi dan mengarahkan atlet akan bergantung pada hubungan antara pelatih-atlet.
Seorang pelatih yang mampu memposisikan dirinya sebagai seorang teman atau ayah bagi atlet akan cenderung memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pelatih yang memperlakukan pemain sebagai bawahan. Memperlakukan pemain sebagai bawahan akan cenderung menghasilkan lebih
banyak konflik personal yang dapat berujung pada pemecatan pemain atau pemain dijual ke klub lain misalnya kasus Roberto Mancini dengan Mario Balotelli dan
Carlos Tevez di klub Manchester City. Pemecatan atau dijual ke klub lain sedikit banyak akan memiliki dampak psikologis bagi atlet yang mengalaminya.
Jowett 2009 menjelaskan hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah situasi dimana pelatih dan atlet membangun perasaan, pikiran, dan perilaku
komplementer yang saling terkait. Hubungan yang dibangun meliputi kedekatan emosional yang berorientasi jangka panjang dan ditandai dengan adanya perilaku
saling membutuhkan satu sama lain. Semakin berkualitas hubungan yang dibangun, maka turut mempengaruhi kualitas perkembangan ketangguhan mental
atlet. Hal ini berdasarkan pemahaman pelatih tentang latar belakang pemain sehingga mampu menerapkan metoda yang tepat.
Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Hubungan Pelatih-Atlet
Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan kerangka berfikir dalam bagan 2.1. berikut.
Bagan 2.1. Kerangka berfikir
Ketangguhan Mental
Training and Instruction Perilaku Demokratis
Kedekatan Emosional
Komitmen
Perilaku Komplementer Umpan Balik Positif
Perilaku Autokratis Dukungan Sosial
2.5. Hipotesis
Ha
1
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
2
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif training and instruction
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
3
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku demokratis terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
4
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku autokratis terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
5
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dukungan sosial terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
6
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif umpan balik positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
7
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif kedekatan emosional terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
8
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif komitmen terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha
9
: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku komplementer
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
39
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab tiga ini peneliti akan memaparkan tentang populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, uji
validitas instrumen, analisa faktor eksploratori, teknik analisis data, serta prosedur
penelitian yang digunakan dalam penelitian. 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu atlet sepakbola di 24 klub anggota Pengcab PSSI Jakarta Timur. Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria: a
Merupakan pemain aktif klub anggota Pengcab PSSI Jakarta Timur, b Telah berlatih sepakbola minimal selama 1 tahun, c Berusia minimal 15 tahun, dan d
Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 200 atlet sepakbola yang terdiri dari 50 atlet sepakbola di klub
sepakbola Bina Taruna, 40 atlet sepakbola di P.S. ABC Wirayudha, 50 atlet sepakbola di URAKAN FC., dan 60 atlet sepakbola di klub sepakbola Universitas
Negeri Jakarta.
3.1.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik non-probability sampling. Teknik ini digunakan ketika jumlah populasi penelitian tidak dapat diidentifikasi
secara individu atau tidak diketahui. Dalam situasi tersebut, maka penentuan sampel bergantung pada pertimbangan penggunaan karakteristik tertentu yang
sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dalam populasi yang telah ditetapkan
tidak seluuh anggota populasi memiliki kesempatan untuk terpilih menjadi sampel penelitan jika tidak memenuhi kriteria atau karakteristik sampel yang telah
ditetapkan sebelumnya Kumar, 1999.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari: ketangguhan mental yang merupakan dependent variable. Sementara variabel perilaku kepemimpinan
pelatih merupakan independent variable I yang meliputi dimensi training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan umpan
balik positif. Sementara variabel hubungan pelatih-atlet merupakan independent variable II yang meliputi dimensi kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku
komplementer.
3.3. Definisi Operasional Variabel 3.3.1. Ketangguhan Mental
Ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau
tekanan yang dialami yang dihasilkan dari skor thrive through challenge, sport awereness, tough attitude, dan desire success dengan menggunakan alat ukur
Australian football Mental Toughness Inventory AfMTI.
3.3.2. Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Perilaku kepemimpinan pelatih merupakan perilaku kepemimpinan seorang pelatih yang secara konsisten ditampilkan di dalam dan di luar lapangan sebagai
usaha mempengaruhi anggota untuk meraih tujuan bersama yang dihasilkan dari skor training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan
sosial, dan umpan balik positif dengan menggunakan alat ukur Leadership Scale for Sport LSS.
3.3.3. Hubungan Pelatih-Atlet
Hubungan pelatih-atlet merupakan hubungan yang saling terkait antara pelatih dan atlet secara emosi, pikiran dan perilaku positif sebagai usaha untuk mencapai
tujuan bersama yang dihasilkan dari skor kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku komplementer dengan menggunakan alat ukur Coach-Athlete
Relationship Questionnaire CART-Q.
3.4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala model Likert yang telah dimodifikasi
menjadi empat alternatif pilihan jawaban. Skor untuk alternatif pilihan jawaban dalam pernyataan favourable dimulai dari 4 sangat setuju hingga 1 sangat tidak
setuju. Sementara skor untuk alternatif pilihan jawaban dalam pernyataan unfavourable dimulai dari 1 sangat setuju hingga 4 sangat tidak setuju.
3.4.1. Alat Ukur Ketangguhan Mental
Alat ukur ketangguhan mental merupakan sebuah skala yang digunakan untuk mengukur variabel ketangguhan mental. Alat ukur ketangguhan mental yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Gucciardi, Gordon Dimmock 2009 yaitu Australian
football Mental Toughness Inventory AfMTI. Skala ini terdiri atas 24 item yang mengukur empat faktor ketangguhan mental: thrive through challange, sport
awareness, tough attitude, dan desire success. Peneliti melakukan adaptasi dengan