Kesimpulan Diskusi KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Hasil penelitian dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi komitmen terhadap ketangguhan
mental. Berdasarkan tabel 4.17, koefisien regresi komitmen memiliki besaran yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi hubungan komitmen atlet dengan
pelatih maka semakin tinggi ketangguhan mental yang dimiliki. Dengan hubungan komitmen, pelatih dan atlet saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang
bertujuan saling memahami diantara keduanya dengan landasan belief, values dan tujuan yang serupa Jowett, 2003; Jowett Cockerill, 2003. Dengan demikian
pelatih memiliki kemampuan untuk memahami dan mengembangkan kondisi psikologis secara efektif dan sesuai. Peneliti dapat mengatakan bahwa atlet yang
memiliki nilai komitmen yang tergolong rendah akan sulit untuk memiliki ketangguhan mental yang tinggi karena terdapat perbedaan landasan belief, values
dan tujuan. Misalnya atlet menolak mengikuti suatu sesi latihan karena merasa hal tersebut tidak relevan dengan nilai atau tujuan yang dimilikinya.
Hasil penelitian lain dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi perilaku komplementer
terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.16, koefisien regresi perilaku komplementer memiliki besaran yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi
hubungan perilaku komplementer atlet dengan pelatih maka semakin tinggi ketangguhan mental yang dimiliki. Semakin tinggi kebutuhan atlet terhadap
pelatih atau sebaliknya dalam sebuah kegiatan yang sama misalnya latihan maka semakin tinggi ketangguhan mental atlet yang ditandai dengan prinsip
“give and take
” Jowett, 2003.
Berdasarkan pengujian hipotesis minor yang dilakukan, terdapat enam variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.
Variabel tersebut diantaranya kedekatan emosional yang merupakan dimensi variabel hubungan pelatih-atlet. Sementara training instruction, perilaku
demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif merupakan dimensi variabel perilaku kepemimpinan atlet.
Koefisien regresi yang tidak signifikan dalam penelitian ini dikarenakan beberapa hal yang merupakan asumsi peneliti antara lain: 1 karakteristik sampel
yang berbeda. Secara umum, penelitian ketangguhan mental yang dilakukan menggunakan sampel atlet elit misalnya Thewell et.al, 2005; Jones, 2002;
Gucciardi et.al, 2008. 2 Meski belum di uji secara statistik, terdapat kecenderungan sampel untuk menjawab secara normatif sehingga data yang
diperoleh cenderung kurang representatif. 3 Dengan jumlah item didrop cukup banyak ketika uji validitas konstruk, maka secara tidak langsung turut
mempengaruhi hasil penelitian. 4 Minimnya penelitian terdahulu yang menghubungkan antara variabel hubungan pelatih-atlet dan variabel perilaku
kepemimpinan pelatih dengan ketangguhan mental menyebabkan penelitian ini terbatas secara kajian literatur. 5 Adanya individual difference setiap atlet
sehingga memiliki penilaian yang berbeda terhadap hubungan pelatih-atlet dan perilaku kepemimpinan pelatih. Variabel penelitian yang tidak signifikan antara
lain variabel training instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan umpan balik positif yang merupakan dimensi dari variabel
perilaku kepemimpinan pelatih. Sementara kedekatan emosional merupakan dimensi dari variabel hubungan pelatih-atlet.
Dalam penelitian ini, dimensi training instruction tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.16,
dimensi ini memiliki nilai koefisien regresi yang bernilai positif. Hal ini berarti training instruction mempengaruhi ketangguhan mental secara positif namun
tidak signifikan. Dengan demikian, semakin tinggi persepsi aktual atlet terhadap perilaku training instruction pelatih maka semakin tinggi pula ketangguhan
mental atlet tersebut. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian Crust dan Azadi 2008 yang menemukan training instruction memiliki pengaruh yang
signifikan dan positif. Variabel perilaku demokratis, perilaku autokratis, dan dukungan sosial
memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian Crust dan Azadi 2008 dengan hasil yang sama.
Sementara variabel umpan balik positif memiliki nilai positif meski tidak memiliki pengaruh terhadap ketangguhan mental. Variabel kedekatan emosional
dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan nilai yang positif. Keterbatasan jumlah penelitian terdahulu membuat perbandingan dengan
penelitian ini untuk dilakukan. Berdasarkan kategorisasi hasil penelitian ini, mayoritas atlet memiliki
tingkat ketangguhan mental pada level rendah, yang artinya sebagian besar atlet memiliki ketangguhan mental atau mental bertanding yang lemah ketika
menjalani aktivitas di klub sepakbola. Jumlah atlet yang memiliki ketangguhan
mental tinggi hampir mendekati jumlah mayoritas sampel. Sedangkan, sebagian kecil dari atlet memiliki ketangguhan mental pada tingkat sangat tinggi dan sangat
rendah. Hal ini dapat berarti bahwa atlet sepakbola dengan ketangguhan mental yang lemah berdampak pada penurunan prestasi klub sepakbola, dimana faktor
perilaku kepemimpinan pelatih yang berupa perilaku pelatih yang konsisten dan hubungan pelatih-atlet yang terjalin belum mampu untuk meningkatkan
ketangguhan mental atlet sepakbola.
5.3. Saran 5.3.1. Saran Teoritis
1. Berdasarkan hasil analisis regresi, sumbangan efektif dari hasil penelitian pada variabel coach leadership behavior dan hubungan pelatih-atlet terhadap
ketangguhan mental menunjukkan pengaruh secara keseluruhan sebesar 53.6 dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain. Untuk penelitian
selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian untuk menguji faktor lain yang mempengaruhi ketangguhan mental seperti optimisme Nicholls et al,
2009, goal profile Kuan Roy, 2007 atau youth experience Jones Parker, 2013. Dengan mempertimbangkan variabel tersebut, diharapkan
penelitian selanjutnya akan lebih menyempurnakan hasil dalam penelitian ini. 2. Sampel dalam penelitian ini mayoritas berstatus amatir dengan jumlah 102
atlet atau 51 dari total sampel. Selain itu, sampel penelitian ini mayoritas masih remaja. Disarankan agar penelitian selanjutnya merubah karakteristik
sampel yang digunakan, misalnya sampel yang digunakan yaitu atlet elit Indonesia yang telah bermain pada tingkat internasional atau divisi tertinggi
sebuah liga dan telah memasuki usia dewasa. Penyesuaian karakteristik sampel diharapkan akan memberikan data yang lebih representatif.
3. Berdasarkan hasil uji validitas konstruk ketangguhan mental, ditemukan bahwa 28 dari 48 item yang digunakan dalam penelitian ini tidak valid t
1,96 dan factor loading 0,63. Peneliti berasumsi, hal disebabkan penerjemahan item yang kurang baik sehingga menyebabkan kesalahan
dalam memperoleh data. Peneliti menyarankan dalam penelitian selanjutnya untuk melakukan pilot study pada responden yang akan diteliti dan
menganalisa dengan bertanya langsung apakah kalimat yang digunakan dalam alat ukur tersebut mudah dipahami atau tidak.
4. Hasil temuan yang menyatakan ketangguhan mental dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet cukup
menjelaskan bahwa kedua IV merupakan variabel causal. Sehingga, peneliti menyarankan agar variabel ketangguhan mental dalam penelitian selanjutnya
digunakan sebagai independent variable. Hal ini bertujuan agar dapat melihat besaran pengaruh yang mampu diberikan ketangguhan mental sebagai IV.
Peneliti menyarankan sport performance Newland, 2009 sebagai dependent variable yang dipengaruhi ketangguhan mental.