Pengujian Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable

umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen dan perilaku komplementer, hanya tiga IV yang tidak signifikan sumbangannya terhadap ketangguhan mental yaitu variabel perilaku demokratis, perilaku autokratis, dan umpan balik positif. Sementara lima variabel sisanya memiliki sumbangan signifikan. Dengan melihat besaran pertambahan R 2 yang dihasilkan setiap penambahan IV sumbangan proporsi varians yang diberikan, dari delapan IV tersebut, maka dapat diukur variabel mana memberikan sumbangan paling besar terhadap DV. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai R 2 change. Semakin besar nilai R 2 change maka semakin besar nilai sumbangan yang diberikan terhadap DV. Berdasarkan tabel 4.19 maka dapat disusun urutan IV yang secara signifikan memberikan sumbangan dalam varian DV dari yang terkecil hingga terbesar . Variabel dengan sumbangan terkecil adalah variabel perilaku komplementer dengan R 2 change sebesar 1.8, kemudian variabel dukungan sosial dengan R 2 change sebesar 3.2, disusul oleh variabel komitmen dengan R 2 change 4.1 , lalu variabel kedekatan emosional dengan R 2 change sebesar 20.2 dan terbesar adalah variabel training instruction dengan R 2 change sebesar 22.7. Variabel Perilaku Kepemimpinan Pelatih memiliki kontribusi pengaruh terhadap Ketangguhan Mental sebesar 27.5 sementara variabel Hubungan Pelatih-Atlet memiliki kontribusi sebesar 26.1. 93

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab lima ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian serta saran praktis dan saran teoritis untuk penelitian selanjutnya.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variable terhadap dependent variable. Setelah melakukan uji hipotesis dari masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variabel, maka hanya diperoleh dua koefisien regresi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ketangguhan mental, yaitu variabel komitmen dan perilaku komplementer. Dengan melihat proporsi varians masing-masing variabel bebas terhadap ketangguhan mental maka terdapat lima variabel yang memiliki sumbangan yang signifikan dan positif, yaitu variabel training and instruction, variabel dukungan sosial, variabel kedekatan emosional, variabel komitmen dan variabel perilaku komplementer.

5.2. Diskusi

Ketangguhan mental merupakan konstruk psikologi yang integral dengan performance excellence seorang atlet Gould, Hodge, Peterson, Petlichkoff dalam Gucciardi et.al., 2009a. Performance excellence yang diraih atlet dalam berbagai tingkat khususnya kategori elit, merupakan hasil dari proses pengembangan ketangguhan mental atlet yang panjang melibatkan berbagai faktor, salah satu diantaranya yaitu faktor pelatih Connaughton,Wadey, Hanton, Jones, 2008. Connaughton et.al. 2008 mejelaskan efektifitas kepemimpinan seorang pelatih berpengaruh pada tahap awal pengembangan ketangguhan mental atlet. Penelitian yang dilakukan oleh Bull et.al. 2005 dan Thewell et.al. 2005 menjelaskan perilaku pelatih yang muncul merupakan pendekatan secara tidak langsung dalam proses pengembangan ketangguhan mental atlet. Pendekatan ini dilakukan dengan menciptakan lingkungan latihan yang penuh dengan peluang untuk berkembang bagi atlet dari sisi karakter, sikap dan pemikiran. Meski terdapat perbedaan pendekatan, hasil penelitian ini mengkonfirmasi bahwa perilaku kepemimpinan pelatih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental atlet. Perbedaan penelitian terletak pada pendekatan perilaku pelatih. Dalam penelitian ini perilaku pelatih yang dikaji merupakan perilaku seorang pelatih yang secara konsisten muncul dalam latihan atau pertandingan Cox, 2012. Sementara penelitian Bull et.al 2005 dan Thewell et.al 2005 merupakan perilaku pelatih yang bersifat situasional yang disesuaikan dengan program. Dimana berhasil atau tidaknya sebuah program pengembangan turut dipengaruhi faktor kepemimpinan pelatih Weinberg et.al., 2011; Amorose Horn, 2000; Burke, Stagl, Klein, Goodwin, Salas Halpin, 2006. Selain itu, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Crust dan Azadi 2008. Kajian pustaka penelitian terdahulu yang dilakukan, secara umum tidak dijelaskan secara mendalam bagaimana hubungan pelatih-atlet berpengaruh dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet. Secara umum, penelitian umum berfokus pada pengembangan teoritis hubungan pelatih-atlet Jowett Ntoumanis, 2002; Jowett Wylleman, 2005; Jowett, 2009; Jowett, 2009a; Mageau Vallerand, 2003; Yang Jowett, 2011. Sementara penelitian lain mengkaji hubungan pelatih-atlet sebagai faktor penyebab dari kohesivitas sebuah tim Jowett Chaundy, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Lyle dalam Jowett Cockerill 2002 menjelaskan bahwa hubungan pelatih-atlet dalam proses latihan memiliki kontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan potensi psikologis dan fisik atlet. Namun, tidak dijelaskan secara mendetail potensi psikologis yang dimaksud. Dengan memaknai potensi psikologis tersebut sebagai ketangguhan mental, maka dalam penelitian ini hubungan pelatih-atlet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan pengujian hipotesis minor yang dilakukan, hanya terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Variabel tersebut adalah komitmen dan perilaku komplementer yang merupakan dimensi variabel hubungan pelatih-atlet. Variabel lain diluar kedua variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Hasil penelitian dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi komitmen terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.17, koefisien regresi komitmen memiliki besaran yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi hubungan komitmen atlet dengan pelatih maka semakin tinggi ketangguhan mental yang dimiliki. Dengan hubungan komitmen, pelatih dan atlet saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang bertujuan saling memahami diantara keduanya dengan landasan belief, values dan tujuan yang serupa Jowett, 2003; Jowett Cockerill, 2003. Dengan demikian pelatih memiliki kemampuan untuk memahami dan mengembangkan kondisi psikologis secara efektif dan sesuai. Peneliti dapat mengatakan bahwa atlet yang memiliki nilai komitmen yang tergolong rendah akan sulit untuk memiliki ketangguhan mental yang tinggi karena terdapat perbedaan landasan belief, values dan tujuan. Misalnya atlet menolak mengikuti suatu sesi latihan karena merasa hal tersebut tidak relevan dengan nilai atau tujuan yang dimilikinya. Hasil penelitian lain dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi perilaku komplementer terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.16, koefisien regresi perilaku komplementer memiliki besaran yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi hubungan perilaku komplementer atlet dengan pelatih maka semakin tinggi ketangguhan mental yang dimiliki. Semakin tinggi kebutuhan atlet terhadap pelatih atau sebaliknya dalam sebuah kegiatan yang sama misalnya latihan maka semakin tinggi ketangguhan mental atlet yang ditandai dengan prinsip “give and take ” Jowett, 2003.