dalam tindakan; dan e enjoy 5050 situasions, atlet menikmati situasi yang memiliki peluang sama kuat.
Beberapa penelitian tentang ketangguhan
mental belum mampu
menghasilkan dimensi yang sama dengan penelitian lain lihat Bull et al., 2005; Middleton et al., 2004; Gucciardi et al., 2008; Jones, 2002; Loehr dalam Newland,
2009. Hal ini disebabkan karena ketangguhan mental merupakan variabel baru dalam kajian psikologi olahraga Gucciardi et.al., 2008. Dalam usaha mencapai
kesamaan persepsi maka dalam penelitian ini menggunakan keempat dimensi tersebut.
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Ketangguhan Mental
Penelitian tentang ketangguhan mental terlalu berfokus pada gagasan tentang adversity dan bagaimana setiap karakteristik dapat digunakan sebagai modal
untuk menghadapi dan mengatasi adversity tersebut Gucciardi et.al., 2008. Nicholls et.al. 2009 menemukan bahwa achievement level, jenis kelamin, usia,
pengalaman, dan jenis olahraga turut mempengaruhi ketangguhan mental. Gucciardi et.al. 2008 menemukan terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi atau situasi yang membutuhkan ketangguhan mental, yakni situasi umum dan situasi kompetitif. Situasi umum terdiri atas lima faktor, yakni
1. Cedera dan rehabilitasi Faktor ini berkaitan dengan cedera yang dialami dan proses rehabilitasi. Cedera
yang dialami menyebabkan perubahan rutinitas dan memaksa seorang atlet harus mengkaji ulang dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan.
2. Persiapan Faktor ini berkaitan dengan semua persiapan terhadap latihan dan kompetisi mis,
diet dan etos kerja yang bertujuan untuk dapat melakukan kegiatan lebih baik dan di atas rata-rata orang lain sehingga mampu bermain dengan kemampuan terbaik.
3. Bentuk tantangan Faktor ini berkaitan dengan performa, baik secara individu maupun tim, saat
keadaan baik mis, unggul atas lawan atau buruk mis, tertinggal dan tampil di bawah performa.
4. Tekanan sosial Faktor ini berkaitan dengan tekanan teman dan lingkungan sosial mis, ajakan
untuk menggunakan narkoba atau mabuk yang memungkinkan atlet kehilangan kontrol atas diri dan olahraga yang ditekuni.
5. Komitmen yang seimbang Faktor ini berkaitan dengan komitmen atlet yang seimbang antara olahraga yang
ditekuni dengan kehidupan di luar olahraga mis, berhubungan dengan lawan jenis, dan media terutama berhubungan dengan manajemen waktu dan displin.
Gucciardi, Gordon Dimmock 2008 menyebutkan faktor lain adalah situasi kompetitif. Faktor ini terdiri atas tekanan eksternal dan internal. Tekanan
internal adalah tekanan yang berasal dari atlet seperti kelelahan dan ketika self- belief atlet berkurang. Tekanan eksternal adalah tekanan yang berasal dari luar
atlet, terdiri atas: 1 kondisi lingkungan ketika bermain, faktor ini berkaitan dengan keadaan lingkungan dan kondisi saat suatu pertandingan berlangsung
mis, bermain sebagai tim tamu, penonton, cuaca, dan keputusan wasit; 2
variabel pertandingan, faktor ini merupakan beberapa variabel pertandingan seperti, a mendapat tantangan secara individual oleh lawan; b resiko fisik
seperti cedera; dan c ketika sedang unggul dan bermain baik.
2.1.4. Pengukuran Ketangguhan Mental
Semakin berkembang suatu teori maka akan semakin banyak pengukuran tentang teori tersebut, demikian pula ketangguhan mental. Pengukuran ketangguhan
mental yang dilakukan oleh Loehr dengan PPI Psychological Performance Inventory terdiri atas 42-item yang mengukur motivasi, kepercayaan diri, energi
negatif, attention control, visualisasi dan imagery control, energi positif, dan attitude control. PPI menggunakan skala model likert dengan lima pilihan
jawaban dimulai “hampir tidak pernah” hingga “hampir selalu”. Gucciardi, Gordon Dimmock 2009 mengatakan, meski banyak digunakan PPI belum
mampu membuktikan validitas konstruk dengan pendekatan psikometrik. Middleton et.al. 2004a melakukan uji validitas konstruk atas PPI dengan jumlah
sampel 263 atlet-pelajar 163 pria, 100 wanita berusia 12-17 tahun dari sekolah menengah olahraga terkemuka di Sydney, Australia.
Pada tahap awal dilakukan uji validitas konstuk menggunakan confirmatory factor analysis, namun tidak mendukung model a priori dan poor fit. Kemudian
dilakukan exploratory factor analysis dengan hasil model lima faktor. Model lima faktor ini dikenal dengan PPI-A. Versi alternatif PPI memiliki model fit yang
lebih baik dibandingkan versi asli, namun versi alternatif menunjukkan hubungan yang lebih lemah dengan beberapa hipotesis kunci yang dihubungkan dengan
ketangguhan mental seperti physical self-description r = 0,02-0,45, perception of
success r = -0,03-0,33, elite athlete self-description r = 0,01-0,66, dan flow r = 0,02-0,70. Middleton et al. 2004a menyimpulkan baik PPI versi asli atau versi
alternatif lima-faktor belum cukup memenuhi kaidah pengukuran psikometrik tentang ketangguhan mental dan menganjurkan penelitian lanjutan.
Penelitian ini menggunakan pengukuran yang diadaptasi dari penelitian Gucciardi, Gordon dan Dimmock 2009. Skala ini bernama AfMTI Australian
football Mental Toughness Inventory. Skala ini terdiri atas 24 item yang mengukur empat faktor ketangguhan mental: thrive through challange, sport
awareness, tough attitude, dan desire success. Respon item tersedia dalam tujuh skala model likert dimulai dari 1= salah hingga 7=benar. Reabilitas internal dari
alat ukur AfMTI termasuk dalam kategori dapat diterima dengan koefisien alpha cronbach 0,70-0,81, dengan nilai minimun reliabilitas alpha cronbach adalah
0,70. Penggunaan AfMTI dalam penelitian ini mengalami penyesuaian jumlah pilihan jawaban menjadi empat agar diperoleh efektifitas dan efisiensi waktu.
2.2. Perilaku Kepemimpinan Pelatih 2.2.1. Definisi Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Relevansi teori kepemimpinan dengan olahraga menjadi semakin jelas ketika olahraga beregu dipandang sebagai sebuah organisasi formal Chelladurai
Saleh, 1980. Ball dalam Chelladurai Saleh, 1980 menjelaskan bahwa olahraga beregu sesuai dengan deskripsi organisasi formal. Lebih jauh, dijelaskan
bahwa olahraga beregu memiliki ciri: a terdapat identitas yang jelas; b memiliki daftar anggota, termasuk daftar jabatan dan status; c memiliki aktivitas
yang terprogram dan divisi tenaga kerja sebagai usaha mencapai tujuan khusus;