Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Gucciardi et.al. 2008 menjelaskan ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau tekanan yang dialami. Atlet turut mampu untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan motivasi saat situasi normal. Perbedaan mendasar antara ketangguhan mental dengan resiliensi dan hardiness yaitu ketangguhan mental memiliki konsep ”positive pressure”. Positive pressure merupakan beragam situasi positif seperti berada dalam keadaan unggul, menjadi bintang lapangan, atau mendapat label sebagai wonderkid yang memberikan tekanan kepada atlet. Sementara resiliensi dan hardiness merupakan konsep bangkit dari tantangan yang bersifat distress Kobasa, 1979; Kobasa, Maddi Kahn, 1982; dan Maddi, 1989. Penelitian yang dilakukan oleh Gould menemukan 82 pelatih menilai ketangguhan mental sebagai atribut psikologis yang menentukan kesuksesan atlet Gould dalam Weinberg et.al., 2011. Pelatih terkemuka seperti Sir Alex Ferguson dan Sven-Goran Eriksson turut menilai ketangguhan mental merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi penting bagi kesuksesan tim Bull Shambrook dalam Fauzee, Saputra, Samad, Gheimi, Asmuni, Johar, 2012. Sebagai salah satu aspek yang krusial dalam menunjang performa atlet, sejatinya ketangguhan mental dikembangkan melalui persiapan yang terstruktur bukan melalui banyaknya frekuensi kompetisi Bull et.al., 2005. Kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh atlet dapat diketahui dan dikembangkan melalui persiapan matang sehingga dapat disusun program latihan yang proporsional agar atlet dapat tampil maksimal. Persiapan yang berkualitas meliputi persiapan fisik, teknis, taktis dan ketangguhan mental atlet sehingga atlet berada dalam kondisi siap bertanding Gucciardi et.al., 2009. Dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet, pelatih memiliki peran yang cukup sentral Weinberg et.al., 2011. Pelatih berkewajiban untuk membimbing dan membantu pengembangan ketangguhan mental atlet di dalam dan di luar lapangan. Pelatih dapat mengetahui perkembangan ketangguhan mental atlet melalui observasi sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh atlet. Sebagai sosok sentral dalam pengembangan ketangguhan mental, pelatih memberikan bimbingan, latihan dan aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi atlet Weinberg et.al., 2011. Setiap program yang disusun oleh pelatih diharapkan memberikan perubahan positif terhadap karakter, sikap dan pemikiran atlet Bull et.al., 2005. Berhasil atau tidaknya sebuah program pengembangan turut dipengaruhi faktor kepemimpinan pelatih Weinberg et.al., 2011; Amorose Horn, 2000; Burke, Stagl, Klein, Goodwin, Salas Halpin, 2006. Seorang pelatih perlu menyadari aspek kepemimpinan untuk dapat mengarahkan atlet mencapai tujuan Satiadarma, 2000. Kepemimpinan seorang pelatih merupakan sebuah proses perilaku yang mempengaruhi atlet agar memiliki kinerja yang optimal Barrow, 1977. Seorang pelatih bertanggung jawab untuk melatih dan memberikan instruksi kepada atlet dalam usahanya membantu atlet mencapai potensi fisik maksimum Chelladurai Saleh, 1980. Perilaku pelatih turut mempengaruhi atribut psikologis atlet. Penelitian yang dilakukan oleh Black dan Weiss dalam Amorose Horn, 2000 menemukan umpan balik yang diberikan oleh pelatih berpengaruh terhadap persepsi kemampuan dan motivasi intrinsik atlet. Begitu juga penelitian Pelletier dan Vallerand dalam Amorose Horn, 2000 menemukan kecenderungan pelatih untuk berperilaku secara bebas dan mandiri atau penuh dengan kontrol turut mempengaruhi motivasi intrinsik atlet. Perilaku kepemimpinan pelatih merupakan bentuk perilaku kepemimpinan yang ditampilkan pelatih yang secara konsisten muncul di dalam dan di luar lapangan. Chelladurai 2012 menjelaskan tiga komponen kepemimpinan multidimensi seorang pelatih. Pertama, required behavior merupakan perilaku pelatih yang secara umum dipengaruhi karakteristik situasional. Kedua, preferred behavior merupakan perilaku pelatih yang dinilai sesuai oleh atlet sebagai fungsi karakteristik individual. Terakhir, actual behavior merupakan perilaku pelatih yang dipengaruhi karakteristik pemimpin, required behavior dan preferred behavior. Menurut Chelladurai 2012, ketiga komponen tersebut akan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan atlet dan performa tim apabila ketiganya kongruen. Cox 2012 menjelaskan agar memperoleh perilaku kepemimpinan yang ideal, maka ketiga komponen tersebut harus kongruen. Jika actual behavior belum kongruen dengan required dan preferred behavior, maka harapan yang muncul adalah pelatih akan diganti. Jika preferred behavior belum kongruen dengan required behavior dan actual behavior, performa tim mungkin akan baik namun menimbulkan ketidakpuasan atlet karena perilaku pelatih tidak sesuai harapan. Terakhir, apabila required behavior belum kongruen dengan preferred behavior dan actual behavior maka performa tim akan mengalami penurunan meski atlet merasa puas dengan perilaku yang ditampilkan pelatih. Chelladurai Saleh 1980 menjelaskan terdapat lima dimensi dalam perilaku kepemimpinan pelatih yaitu: 1 Training and instruction, merupakan fungsi utama seorang pelatih. Pelatih bertanggung jawab untuk melatih dan memberikan instruksi kepada atlet dalam usahanya membantu atlet mencapai potensi fisik maksimum. 2 Perilaku demokratis, merefleksikan kebebasan pelatih untuk melibatkan atlet dalam proses pengambilan keputusan. 3 Perilaku autokratis, merefleksikan sejauh mana seorang pelatih harus terpisah dari atlet dan menekankan kekuasaannya sebagai seorang pelatih, hal ini diharapkan akan menimbulkan kepatuhan atas setiap keputusan yang diambil pelatih. 4 Dukungan sosial, merefleksikan sejauh mana keterlibatan pelatih dalam pemenuhan kebutuhan interpersonal atlet. 5 Umpan balik positif, merefleksikan umpan balik berupa pujian dan penghargaan pelatih atas kontribusi dan performa atlet. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan ketangguhan mental atlet adalah hubungan antara atlet dan pelatih. Hal ini berdasarkan gagasan seorang pelatih dalam melaksanakan tugas diharuskan membangun komunikasi yang positif dengan atlet. Hubungan pelatih-atlet dalam proses latihan berkontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan potensi atlet, sebaliknya bila diabaikan akan menghambat kesuksesan pengembangan potensi atlet Lyle dalam Jowett Cockerill, 2002. Hubungan pelatih-atlet merupakan komunikasi yang intensif antara atlet dan pelatih. Menurut Jowett dan Cockerill 2002, efektifitas seorang pelatih dalam melakukan persiapan teknis, taktis dan strategis, serta mengorganisir, mengevaluasi dan mengarahkan atlet, akan bergantung pada hubungan yang dibangun antara pelatih-atlet. McGready dalam Jowett Cockerill, 2002 menjelaskan bahwa untuk membentuk hubungan yang nyaman dan penuh kepercayaan antara pelatih dan atlet adalah tugas yang berat. Hal ini disebabkan oleh sikap, perasaan dan motivasi yang terlibat sulit untuk dikendalikan, misalnya pada sepakbola wanita terdapat ketertarikan pada pelatih yang berjenis kelamin berbeda. Jowett 2009 menjelaskan hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah situasi dimana pelatih dan atlet membangun perasaan, pikiran, dan perilaku yang saling terkait. Terdapat tiga dimensi hubungan pelatih-atlet yaitu, kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku komplementer. Dimensi pertama adalah kedekatan emosional, mengambarkan keterikatan afektif antara atlet dan pelatih seperti saling menghormati, saling mempercayai, dan menghargai satu sama lain. Kedua komitmen, menggambarkan keterikatan kognitif dan berorientasi jangka panjang satu sama lain. Terakhir perilaku komplementer, menggambarkan transaksi perilaku antara pelatih-atlet seperti perilaku saling kerjasama dan kontributif. Variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pengalaman turut berpengaruh terhadap ketangguhan mental Nicholls, Polman, Levy dan Backhouse, 2009. Berdasarkan penelitian tersebut, atlet akan mengalami peningkatan ketangguhan mental seiring pertambahan usia dan pengalaman bertanding. Atlet yang bertanding pada tingkat elit misalnya Olimpiade, pertandingan Internasional, dan divisi teratas sebuah liga cenderung memiliki ketangguhan mental yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan atlet yang bertanding pada tingkat yang lebih rendah Nizam, Fauzee Samah 2009. Dari berbagai pemaparan di atas, pembinaan ketangguhan mental atlet sepakbola perlu mendapat perhatian khusus. Sebab, penguasaan teknik bermain sepakbola akan bergantung pada ketangguhan mental atlet. Proses pembinaan ketangguhan mental atlet cenderung bergantung pada proses latihan yang dipimpin oleh pelatih. Seorang pelatih merupakan seorang role model bagi atlet. Pelatih pula yang paling mengetahui potensi dan kemampuan yang dimiliki atlet. Dalam membina dan mengembangkan potensi atlet, seorang pelatih akan menampilkan perilaku kepemimpinan. Perilaku kepemimpinan pelatih di dalam dan di luar lapangan akan berpengaruh pada proses pembinaan ketangguhan mental atlet. Selain itu, interaksi antara pelatih dengan atlet akan membentuk atmosfir latihan yang nyaman dan berdampak pada pengembangan ketangguhan mental atlet. Dengan fakta bahwa belum ada peningkatan prestasi secara signifikan dalam proses yang telah berlangsung selama ini, maka hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Pelatih dan Hubungan Pelatih-Atlet Terhadap Ketangguhan Mental Atlet Sepakbola “. 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Untuk memfokuskan dan memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini merumuskan masalah pada hal-hal yang terkait dengan hubungan antara ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan hubungan pelatih-atlet sebagai berikut: 1. Apakah perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 2. Apakah training and instruction berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 3. Apakah perilaku demokratis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 4. Apakah perilaku autokratis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 5. Apakah dukungan sosial berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 6. Apakah umpan balik positif berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 7. Apakah kedekatan emosional berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 8. Apakah komitmen berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola? 9. Apakah perilaku komplementer berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?

1.2.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan dan memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang terkait dengan hubungan antara ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan hubungan pelatih-atlet yang didefinisikan sebagai berikut: 1. Ketangguhan mental adalah kumpulan nilai, sikap, perilaku, dan emosi yang memungkinkan untuk bertahan dan menanggulangi segala rintangan, kesusahan, atau tekanan yang dialami, namun tetap dapat mempertahankan konsentrasi dan motivasi saat keadaan baik untuk mencapai suatu tujuan Gucciardi, Gordon Dimmock, 2008. 2. Perilaku kepemimpinan pelatih adalah perilaku kepemimpinan pelatih yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara tertentu. 3. Hubungan pelatih-atlet adalah situasi emosi, pikiran dan perilaku antara pelatih dan atlet saling berhubungan Jowett Cockerill, 2002. 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi ketangguhan mental atlet sepakbola. Secara rinci tujuan penelitian ini yaitu ingin: 1. Mengetahui pengaruh perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih- atlet terhadap ketangguhan mental. 2. Mengetahui perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam membentuk ketangguhan mental atlet. 3. Mengetahui pengaruh hubungan pelatih-atlet terhadap perkembangan ketangguhan mental atlet.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis yaitu: Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan psikologi olahraga. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi embrio bagi pengembangan konseptual ketangguhan mental di Indonesia. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi para atlet dan pelatih tentang faktor psikologis atlet sehingga dapat menunjang performa atlet di masa yang akan datang. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan acuan bagi para atlet dan pelatih untuk menambah pengetahuan tentang ketangguhan mental serta mampu mengembangkannya secara praktis. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian tentang ketangguhan mental.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1: Pendahuluan

Bab 1 ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2: Kajian Teori

Bab 2 ini berisi kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu, ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan hubungan pelatih-atlet.

a. Penjabaran dan definisi tentang ketangguhan mental, dimensi ketangguhan

mental, faktor yang mempengaruhi ketangguhan mental, pengukuran ketangguhan mental

b. Penjabaran dan definisi tentang perilaku kepemimpinan pelatih, dimensi

perilaku kepemimpinan pelatih, dan pengukuran perilaku kepemimpinan pelatih.

c. Penjabaran dan definisi tentang hubungan pelatih-atlet, dimensi hubungan

pelatih-atlet, dan pengukuran hubungan pelatih-atlet.

d. Kerangka berpikir, dan

e. Hipotesis

BAB 3: Metode Penelitian

Bab 3 ini berisi penguraian mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, pengujian validitas