Tabel 3.3 Blueprint Skala Hubungan Pelatih-Atlet
No. Dimensi
No.Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1 Kedekatan Emosional
1, 4, 7, 8, 13, 15, 18, 20 -
8 2
Komitmen 2, 9, 10, 12, 16, 21
- 6
3 Perilaku Komplementer 3, 5, 6, 11, 14, 17, 19, 22
- 8
Jumlah 22
22
3.5. Pengujian Validitas Konstruk
Dalam sebuah penelitian, penting untuk melakukan uji validitas kostruk. Pengujian validitas konstruk menggunakan Confirmatory Factor Analysis CFA
yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan
skala untuk memeriksa struktur laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrumen faktor dan
pola hubungan item dengan faktor factor loading. Dalam Confirmatory Factor Analysis CFA, peneliti harus memiliki
gambaran yang spesifik mengenai a jumlah faktor, b variabel yang mencerminkan suatu faktor, dan c faktor yang saling berkorelasi. Tahapan dalam
CFA diawali dengan merumuskan model teoritis hipotesis tentang pengukuran variabel laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik
menggunakan data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena a langsung menguji teori dan b tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai
cara. Adapun logika dasar dari CFA menurut Harrington 2009 : 1. Bahwa terdapat sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang
didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun suatu pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon
jawaban atas item. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor atau dengan kata lain
bersifat unidimensional. 3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir di atas, dapat disusun untuk
himpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi dengan menggunakan data yang tersedia matriks korelasi antar
item yang seharusnya diperoleh, jika korelasi antar item tersebut unidimensional benar. Matriks
korelasi ini dinamakan sigma ∑. Kemudian, matriks ini akan dibandingkan dengan matriks korelasi yang
diperoleh secara empiris dari data disebut matriks S. Jika teori tersebut benar unidimensional, maka seharusnya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara elemen matriks ∑ dengan elemen matriks S. secara
matematis dapat dituliskan: S- ∑ = 0.
4. Pernyataan matematis yang dijadikan hipotesis nihil yang akan dianalisis menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji signifikansi dengan Chi-
square. Jika Chi-square yang dihasilkan tidak signifikan nilai p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hip
otesis nilai yang menyatakan: “tidak ada perbedaan antara matriks S dan ∑” yaitu tidak ditolak diterima. Artinya,
teori yang menyatakan bahwa seluruh item mengukur hal yang sama, dapat diterima kebenarannya didukung oleh data. Sebaliknya, jika nilai Chi-
square yang diperoleh signifikan, maka hipotesis nihil S- ∑ = 0 ditolak.