Alat Ukur Perilaku Kepemimpinan Pelatih

pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon jawaban atas item. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor atau dengan kata lain bersifat unidimensional. 3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir di atas, dapat disusun untuk himpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi dengan menggunakan data yang tersedia matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh, jika korelasi antar item tersebut unidimensional benar. Matriks korelasi ini dinamakan sigma ∑. Kemudian, matriks ini akan dibandingkan dengan matriks korelasi yang diperoleh secara empiris dari data disebut matriks S. Jika teori tersebut benar unidimensional, maka seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara elemen matriks ∑ dengan elemen matriks S. secara matematis dapat dituliskan: S- ∑ = 0. 4. Pernyataan matematis yang dijadikan hipotesis nihil yang akan dianalisis menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji signifikansi dengan Chi- square. Jika Chi-square yang dihasilkan tidak signifikan nilai p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hip otesis nilai yang menyatakan: “tidak ada perbedaan antara matriks S dan ∑” yaitu tidak ditolak diterima. Artinya, teori yang menyatakan bahwa seluruh item mengukur hal yang sama, dapat diterima kebenarannya didukung oleh data. Sebaliknya, jika nilai Chi- square yang diperoleh signifikan, maka hipotesis nihil S- ∑ = 0 ditolak. Artinya, teori tersebut tidak didukung oleh data ditolak. Dengan kata lain, analisis faktor konfirmatori merupakan pengujian terhadap hipotesis nihil H0 : S- ∑ = 0. Artinya, tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari hasil observasi. 5. Jika teori diterima model fit, langkah selanjutnya menguji hipotesis tentang signifikan tidaknya masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan t-test. Jika nilai t signifikan, berarti item yang bersangkutan signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur. Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang tidak valid didalam konteks validitas konstruk.

3.6. Uji Validitas Konstruk Skala Ketangguhan Mental

Peneliti melakukan pengujian validitas terhadap 48 item yang terdapat pada alat ukur ketangguhan mental untuk mengetahui apakah seluruh item bersifat unidimensional, yang berarti hanya mengukur ketangguhan mental. Peneliti melakukan pengujian CFA pertama terhadap masing-masing dimensi ketangguhan mental yaitu dimesi thrive through challenge, sport awareness, tough attitude, dan desire succsess. Hasil uji validitas CFA pertama diuraikan sebagai berikut:

1. Thrive Through Challenge

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 16 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=605.34, df=104, P- value=0.00000, RMSEA=0.156. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan