Informan Keenam Masyarakat Tolak Tambang

Tenaga kerja yang diserap memang sebagian merupakan penduduk lokal, tetapi hanya sebagai buruh kasar, jika dihitung bila masyarakat Naga Juang diberi hutan 5 hektar per KK dan diberi Kredit Usaha Rakyat KUR ini akan jauh lebih menguntungkan rakyat dan alam tetap lestari, dan masih ada beberapa alasan lagi yang menjadi alasan masyarakat Naga Juang menolak pertambangan. Gerakan masyarakat tolak tambang ini di usung oleh organisasi Pemuda Pancasila. Namun, saat ini forum sedang vakum karena ada masalah intern di dalam organisasi tersebut. Bapak JP dipilih sebagai informan karena beliau merupakan perwakilan dari masyarakat Desa Tarutung Panjang yang tolak tambang. Bapak JP memberikan informasi tentang masyarakat tolak tambang, baik itu alasan mengapa mereka menolak tambang, dan upaya-upaya perjuangan yang telah mereka lakukan selama ini.

4.7.6. Informan Keenam Masyarakat Tolak Tambang

Nama : PP Umur : 32 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Protestan Alamat : Tarutung Panjang Ibu PP adalah penduduk asli desa Tarutung Panjang, dilahirkan di Tarutung Panjang. Ibu PP menikah dengan Bapak MS. Bapak MS berasal dari Universitas Sumatera Utara Sidempuan, namun pada saat SMP Bapak MS dan keluarga pindah ke Tarutung Panjang. Di Tarutung Panjang Ibu PP dan Bapak MS bertemu dan menikah. Ibu PP hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SMA, demikian juga Bapak MS tidak tamat SMA. Bapak MS pernah merantau ke Pulau Batam saat anak mereka masih dua orang. Namun, karena tidak juga mendapat pekerjaan maka Bapak MS kembali pulang kampung ke Tarutung Panjang. Saat itu Ibu PP dan anak-anak tinggal di kampung. Jika Bapak MS mendapat pekerjaan tetap maka keluarga pindah ke Pulau Batam. Ibu PP merupakan ibu dari lima orang anak, anak pertamanya berjenis kelamin perempuan yang saat ini duduk di bangku SMP kelas dua, anak keduanya laki-laki yang saat ini duduk di bangku SMP kelas satu, anak ketiga laki-laki yang saat ini sedang duduk di bangku kelas 4 SD, anak keempat laki- laki saat ini sudah TK, anak bungsunya baru saja lahir awal Januari 2013 lalu. Anak-anak ibu JP selalu mendapat juara di kelasnya. Mereka bersekolah di sekolah negeri sehingga biaya pendidikannya lebih ringan. Selain mengurus rumah tangga dan kelima anaknya, sehari-hari pekerjaan Ibu PP adalah petani. Walau hingga saat ini beliau belum memiliki lahan sawah sendiri, namun penghasilannya setiap panen cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama ini Ibu PP menyewa tanah orang untuk lahannya bertanam padi. Suaminya yang dulunya paragat, namun karena tidak ada lagi pohon kelapa yang bisa disewa saat ini suaminya bekerja serabutan sesekali membantu ibu PP. Saat ini Ibu PP dan keluarganya menumpang di rumah dinas Universitas Sumatera Utara yang sebenarnya diperuntukan kepada bidan desa yang ditugaskan di Tarutung Panjang. Namun, karena bidan desanya sudah menikah dan tidak menempati bangunan tersebut Ibu PP menumpang di sana. Sebelumnya Ibu PP mengontrak rumah penduduk desa, saat masa kontrakan habis ibu PP tidak dapat menyambung kontrakan lagi. Alasan Ibu PP dan keluarganya memilih tolak tambang selain alasan lingkungan, yaitu alasan perpecahan yang terjadi terutama di dalam upacara adat. Ibu JP merasa sedih melihat situasi kampungnya yang saat ini sedang terbelah dua antara tolak tambang dan pro tambang. Ibu PP mengatakan setahun yang lalu istri sepupunya meninggal dunia. Sepupunya Ibu PP termasuk ke dalam masyarakat pro tambang. Pada saat mau dikebumikan ada masalah mengenai siapa yang akan menutup batang peti mayat istri sepupunya itu. Seharusnya menurut adat batak, yang menutup batang adalah tulang paman. Tulang dari istri sepupunya adalah marga Sianipar yang tolak tambang. Marga Sianipar tersebut tidak datang ke acara kematian tersebut, sehingga keluarga yang kemalangan sibuk mencari Marga Sianipar yang bersedia menutup batang istri sepupunya tersebut. Pada saat itu Ibu PP berkata, “Saya sudah sejak lahir tinggal dan dibesarkan di Tarutung Panjang ini. Saya menikah pun di sini. Saya tidak pernah lihat ada kejadian macam ini di sini. Semenjak adalah tambang- tambang ini jadi kayak gini kampung kami. Makanya, saya menolak tambang karena tidak bagus akibatnya. Belum apa- apa aja sudah kayak gini”. Universitas Sumatera Utara Menurut Ibu PP orang-orang yang pro tambang, adalah orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan ekonomi semata dari pada hubungan kekeluargaan.

4.7.7. Informan Ketujuh Masyarakat Tolak Tambang