Perubahan Pada Struktur Sosial

4.8.3.1. Perubahan Pada Struktur Sosial

Kehadiran PT. Sorikmas Mining di desa Tarutung Panjang menimbulkan perubahan pada struktur sosial masyarakat sekitar lokasi pertambangan terutama desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal. Menurut Strasser dan Randall Sztompka, 1993:5 berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui dengan cermat meski terus berubah. Struktur sosial masyarakat desa Tarutung Panjang merupakan kombinasi antara masyarakat komunal dan struktur agraria. Struktur masyarakat komunal adalah kesatuan masyarakat yang relatif kecil dan homogen serta ditandai oleh pembagian kerja yang minim, hubungan sosial yang menonjol adalah hubungan primer dan masih terikat kuat pada tradisi. Struktur komunal mempolakan hubungan sosial berdasarkan ikatan ketetanggan, kekerabatan, dan keagamaan. Struktur agrarian mempolakan hubungan sosial dalam sistem produksi pertanian terutama berkenaaan dengan produksi hasil bumi. Struktur masyarakat desa Tarutung Panjang bersifat komunal. Dalam hubungan masyarakat yang komunal ini, mereka bekerjasama Universitas Sumatera Utara dalam kerangka vertikal. Hubungan ini bersifat personal dan dilegitimasikan oleh nilai-nilai budaya Batak dan agama Kristen. Emile Durkheim 1859-1917, mengambil pendekatan kolektifitas terhadap pemahaman mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti perekat sosial, dalam hal ini dapat berupa, nilai, adat istiadat dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Dalam berinteraksi masyarakat desa Tarutung Panjang yang hampir seluruhnya adalah Suku Batak masih sangat menjunjung nilai Dalihan Na Tolu. Sistem nilai Dalihan Na Tolu dihayati sebagai sistem kognitif yang memberikan pedoman bagi orientasi setiap orang Batak. Pada tingkat selanjutnya, Dalihan Na Tolu adalah pengetahuan kolektif yang menentukan persepsi dan definisi terhadap realitas Hotman, Basyral : 1987. Dengan adanya sistem nilai Dalihan Na Tolu ini hubungan sosial yang terjadi antar anggota masyarakat di desa Tarutung Panjang terjalin sangat baik sebelum kehadiran PT. Sorikmas Mining. Adanya rasa saling hormat menghormati antar masyarakat Batak yang ada di desa Tarutung Panjang di sebabkan oleh adanya pembagian peran utama dalam Dalihan Na Tolu yaitu Hula-hula, Dongan Sahuta, dan Anak Boru. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan masyarakat desa Tarutung Panjang selalu menjaga kerjasama yang baik dalam kerangka hubungan komunal dalam masyarakat. Kerjasama ini di pelihara melalui berbagai upacara adat berdasarkan tradisi Suku Batak yaitu horja. Masyarakat Batak memahami horja di dalam pengertian lahir dan batin. Suatu aktivitas yang bermakna horja adalah kegiatan di mana sedang berlangsung suatu upacara pesta karena anugerah hidup. Melangsungkan perkawinan di dalam masyarakat Batak adalah horja. Pesta kelahiran anak adalah horja. Membangun rumah adalah horja. Upaya gotong-royong adalah horja. Termasuk upacara kematian dalam masyarakat Batak adalah horja. Di dalam melangsungkan horja, seluruh tatanan Dalihan Na Tolu mengambil bagian. Setiap unsur di dalam masyarakat berpartisipasi aktif. Mensukseskan horja adalah merupakan hak dan kewajiban. Seperti penuturan salah satu informan yang merupakan tokoh adat di desa Tarutung Panjang sebagai berikut. “Ya memang dari dulu kami masyarakat desa Tarutung Panjang ini selalunya kami gotong-royong kalo misalnya ada acara di kampung ini. Misalnya kayak perayaan natal na poso bulung atau marbida yang biasa dibikin kalo tahun baru.” Op. Murian Kekompakan sosial warga masyarakat komunal juga dipelihara memelalui penyelenggaraan berbagai kegiatan keagamaan berdasarkan Agama Kristen yang dianut kebanyakan masyarakat desa Tarutung Panjang. Di antara kegiatan itu adalah partamiangan, koor ina atau koor ama, perayaan natal naposo bulung, marbida. Partamiangan adalah Universitas Sumatera Utara kegiatan agama yang berupa ibadah kebaktian dan memanjatkan doa- doa serta ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang diterima dalam hidup, sesuai artinya partamiangan atau martamiang yaitu berdoa. Partamiangan ini dilakukan ditiap-tiap rumah tangga secara bergantian setiap minggunya secara bergilir. Jadwal partamiangan diatur oleh gereja di mana anggota masyarakat Desa Tarutung Panjang berjemaat. Ada beberapa gereja yang terdapat di Desa Tarutung Panjang yaitu HKBP Huria Kristen Batak Protestan dan HKI Huria Kristen Indonesia. Biasanya pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti upacara pernikahan dan upacara kematian didahului oleh upacara keagamaan setelah itu barulah upacara adat. Upacara pernikahan misalnya, didahului dengan pemberkatan nikah di gereja setelah itu baru dilakukan upacara adat. Upacara kematian juga, untuk sakramen kematian dilakukan oleh Pendeta dari gereja. Di bawah ini merupakan hasil wawancara terhadap salah satu tokoh adat yang sekaligus aktif dalam kaegiatan gereja untuk melatih kaegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan lainnya adalah koor ina dan koor ama. Kegiatan ini juga rutin dilakukan setiap minggunya. Kegiatan berupa latihan paduan suara oleh kaum bapak dan kaum ibu ini dilakukan untuk persiapan tampil di gereja setiap minggunya untuk membawakan pujian-pujian keagamaan atau untuk lomba paduan suara Universitas Sumatera Utara antar gereja dan antar desa. Seperti yang telah diungkapkan oleh tokoh adat yang juga aktif dalam kegiatan gereja: ”Setiap hari kamis saya melatih koor ibu-ibu disini, oleh sebab itu sering disebut ina-ina parari kamis. Latihan yang kami lakukan untuk tampil hari minggu di gereja. Mau juga kami tanding koor dengan kampong tetangga. Kalau koor ama jarang, koor ina lebih aktif dari pada koor ama. Kalau menang ya Puji Tuhan kalau kalah juga tidak jadi masalah”. Informan Op. Murian Selain itu setiap bulan Desember masyarakat desa Tarutung Panjang merayakan natal. Setiap persiapan perayaan natal ini biasanya dilakukan oleh naposo bulung pemuda-pemudi setempat. Naposo bulung membentuk kepanitiaan untuk menyelenggarakan acara tersebut. Kegiatan yang juga biasa mereka lakukan adalah marbida. Marbida merupakan kegiatan menyembelih hewan kerbau di tahun baru dan dibagi-bagikan kepada seluruh anggota masyarakat secara merata. Masyarakat desa Tarutung Panjang memiliki struktur sosial yang cukup baik dan berjalan normal sebelum masuknya pengaruh pertambangan ke desa Tarutung Panjang. Baik itu pengaruh langsung dari PT. Sorikmas Mining, maupun dari pihak-pihak lain seperti pemerintah setempat dan para pendatang untuk melakukan pertambangan emas dengan cara tradisional. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di desa Tarutung Panjang terlihat dari berbagai perubahan dalam pelaksanaa kegiatan- kegiatan rutin yang mereka lakukan bersama-sama. Terutama perubahan Universitas Sumatera Utara pada kegiatan adat lebih menonjol dari pada perubahan yang terjadi pada kegiatan keagamaan. Pada kegiatan perayaan natal oleh naposo bulung, sebelum masyarakat desa Tarutung Panjang terpola menjadi dua kutub yaitu masyarakat pro tambang dan tolak tambang perayaan natal dirayakan bersama dalam satu acara. Namun setelah masyarakat terbagi menjadi dua kutub, perayaan natal juga berubah menjadi dua perayaan yang berbeda. Masyarakat tolak tambang merayakan natal sendiri, demikian juga adanya dengan masyarakat pro tambang. Perayaan natal oleh naposo bulung tolak tambang dilakukan pada tanggal 27 Desember 2012, sementara perayaan natal naposo bulung pro tambang tanggal 29 Desember di lokasi yang berbeda. Natal pemuda tolak tambang dilangsungkan di balai desa. Natal pemuda pro tambang di lapangan sekitar tempat tinggal Kepala Desa yang juga adalah kelompok pro tambang. Beberapa pemuda desa Tarutung Panjang ini menjadi masyarakat tolak tambang dan pro tambang berdasarkan pilihan orang tua, bukan keinginan diri sendiri. Dalam perayaan natal ini pemuda dari tolak tambang dan pro tambang saling bersaing. Persaingan yang mereka lakukan yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk mensukseskan acara natal mereka. Masing-masing kelompok berusaha membuat acaranya yang paling meriah. Perayaan natal oleh pemuda tolak tambang hanya dihadiri oleh Universitas Sumatera Utara masyarakat yang tolak tambang dan demikian sebaliknya. Seperti yang diungkapkan oleh informan selaku anggota pemuda pro tambang. ”Kami panitia natal masyarakat pro tambang berusaha kayak mana caranya supaya acara kami lebih baguslah dari pada tolak tambang. Kami mau nunjukkan kalau kami juga bisa.” Informan BL Dalam melangsungkan tradisi marbida juga terjadi perubahan yang sangat signifikan. Marbida ini biasanya dilakukan secara bersama- sama. Sebelum masyarakat desa Tarutung Panjang terpisah menjadi tolak tambang dan pro tambang. Dana untuk keperluan membeli hewan sembelihan diambil dari uang kas desa Tarutung Panjang. Namun saat ini masyarakat desa Tarutung Panjang melakukannya dengan cara lain. Masyarakat yang tolak tambang melakukan marbida hanya dengan masyarakat yang tolak tambang. Orang-orang yang ditugaskan marhobas untuk persiapan marbida seluruhnya adalah dari anggota masyarakat tolak tambang. Daging hewan yang telah disembelih dibagi- bagikan hanya kepada masyarakat tolak tambang demikian juga sebaliknya. Seperi yang dikatakan salah satu informan yang ikut dalam acara marbida pada tahun ini. “Ahkir tahun 2012 kemaren kami masyarakat tolak tambang marbida, begitu juga masyarakat pro tambang. Cuma acaranya dilakukan terpisah. Kami masyarakat tolak tambang ya kami-kami ajah, mereka yah mereka ajah. Lagianpun dana mereka di bayar sama Sorikmas.” Informan JP Masyarakat pro tambang juga melangsungkan tradisi yang sama. Namun ada hal yang sedikit berbeda dari masyarakat tolak tambang, PT. Universitas Sumatera Utara Sorikmas Mining memberikan dana untuk keperluan marbida yang dilakukan oleh masyarakat pro tambang. Dana untuk membeli hewan sembelihan yang biasanya menggunakan hewan kerbau, dibiayai oleh perusahaan tersebut. Dalam setiap tradisi upacara adat Suku Batak hewan kerbau memiliki nilai yang paling tinggi dibanding hewan-hewan lain. Dalam hubungan interaksi yang terbentuk antara masyarakat tolak tambang dan pro tambang terbentuk semacam perasaan sentimen dan curiga antar kedua kelompok. Saat berpapasan di jalan misalnya masyarakat tolak tambang dan pro tambang kerap kali saling menghindar atau saling menggunjing antar kelompok. Hingga saat ini hanya konflik laten yang bersifat soft seperti gunjingan, gosip, atau perasaan curiga yang terbentuk antar kelompok masyarakat tolak atau pro tambang. Hubungan sosial agraris masyarakat desa Tarutung Panjang sendiri terlihat dari adanya istilah marsidapari. Masyarakat desa Tarutung Panjang yang hampir seluruhnya adalah petani mengenal sistem gotong royong dalam mengerjakan lahan pertanian mereka yang disebut dengan marsidapari. Pelaksanaan marsidapari ini dilakukan secara bergantian dari lahan yang satu ke lahan yang lain secara bergantian. Dalam melaksanakan kegiatan marsidapari ini tidak ada upah yang akan diperoleh. Universitas Sumatera Utara Kegiatan marsidapari ini dulunya sangat sering dilakukan, terutama pada musim panen dan menanam padi. Namun, seiring kemajuan zaman dan modernisasi yang juga mempengaruhi masyarakat desa semakin individual kegiatan marsidapari ini semakin jarang dilakukan. Seperti penuturan salah satu informan berikut yang merupakan sala satu masyarakat desa Tarutung Panjang. “Kalau di sini memang sudah jaranglah orang marsidapari, karena kan setiap orang sudah sibuk mengurusi lahannya sendiri-sendiri. Lagianpun kalo kurang orang untuk mengerjakan sawah seperti pas panen lah misalnya yah tinggal bayar ajah sama orangyang mau mangomo.” Informan PN Saat ini masyarakat desa Tarutung Panjang lebih sering mengupah orang lain untuk bekerja di lahan pertaniannya istilah untuk kegiatan ini adalah mangomo. Mangomo artinya bekerja ke lahan pertanian orang lain dan akan memperoleh upah. Biasanya upah yang akan diperoleh dari mangomo sekitar Rp 30.000,- per hari. Biasanya orang yang mangomo ini adalah orang yang tidak memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Hasil dari lahan pertaniannya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan mencari penghasilan tambahan di lahan pertanian orang lain. Perubahan sosial yang ditimbulkan kehadiran PT. Sorikmas Mining di desa Tarutung Panjang adalah perubahan pada struktur sosial masyarakat desa yang dahulunya dapat disebut solidaritas mekanis, dimana individu yang merupakan anggota masyarakat desa diikat dalam Universitas Sumatera Utara suatu bentuk solidaritas memiliki kesadaran kolektif yang sama dan kuat sehingga tidak terdapat karakter individualis pada masyarakat desa. Saat ini masyarakat desa dapat disebut solidaritas organik dengan seiring lunturnya nilai-nilai kolektif yang digantikan dengan karakter individual dan lebih materialistis.

4.8.3.2. Hubungan di antara Sesama Anggota Kelompok