Konsekuensi Kehadiran PT. Sorikmas Mining Terhadap Polarisasi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal

(1)

Konsekuensi Kehadiran PT. Sorikmas Mining Terhadap Polarisasi

Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga

Juang, Kab. Mandailing Natal

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Ledy Yakin Ambarita

090901044

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : LEDY YAKIN AMBARITA

NIM : 090901044

DEPARTEMEN : Sosiologi

JUDUL : KONSEKUENSI KEHADIRAN PT.SORIKMAS

MINING TERHADAP POLARISASI SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT DESA TARUTUNG PANJANG, KEC. NAGA JUANG, KAB. MANDAILING NATAL

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Drs. Henry Sitorus, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati M.Si) NIP. 196602281990031001 NIP. 196603181989032001

Dekan FISIP USU

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 196805251992031002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Sosiologi pada:

Hari : Tanggal : Pukul : Tempat :

TIM PENGUJI

Ketua : Dra. Lina Sudarwati, M.Si (...) (NIP: 196603181989032001)

Penguji I : Drs. Henry Sitorus, M.Si (...) (NIP. 196602281990031001)

Penguji II : Dra. Rosmiani, M.A (...) (NIP: 196002261990032002)


(4)

ABSTRAK

Kehadiran PT. Sorikmas Mining yang merupakan perusahaan eksplorasi emas di Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal diharapkan memberikan dampak positif bagi struktur ekonomi maupun struktur sosial desa tersebut. Namun yang menjadi masalah adalah peningkatan yang terjadi hanyalah pada struktur ekonomi masyarakat desa, sementara struktur sosial dari masyarakat desa tersebut mengalami masalah polarisasi sosial. Polarisasi sosial merupakan salah satu dari dampak perubahan sosial yang terjadi akibat kehadiran PT. Sorikmas Mining yang terlihat dalam interaksi masyarakat desa yang membentuk kutub-kutub yang saling bertentangan yaitu kelompok masyarakat tolak tambang dan masyarakat pro tambang.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konsekuensi kehadiran PT. Sorikmas Mining terhadap polarisasi sosial ekonomi pada masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal serta mengetahui mekanisme polarisasi sosial yang terjadi pada masyarakat desa tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi serta studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran PT. Sorikmas Mining di sekitar tersebut yang telah berlangsung sejak 16 tahun yang lalu mengakibatkan perubahan pada struktur ekonomi masyarakat desa tersebut. Kondisi perekonomian masyarakat desa yang semakin baik yang dapat dilihat dari peningkatan penghasilan masyarakat mengakibatkan meningkatnya daya beli sehingga masyarakat desa menjadi lebih konsumtif.

Perubahan pada struktur sosial masyarakat desa dapat dilihat dari adanya perubahan pada pola interaksi masyarakat desa yang membentuk kutub-kutub. Masyarakat tolak tambang dan pro tambang dalam interaksinya sehari-hari menunjukan gejala konflik laten seperti adanya rasa sentimen, curiga, dan saling menggosip antar kelompok. Kegiatan-kegiatan keagamaan dan upacara adat yang biasanya mereka lakukan bersama saat ini jadi terpecah. Masyarakat tolak tambang merayakan terpisah dari masyarakat pro tambang. Masyarakat Desa Tarutung Panjang yang awalnya merupakan masyarakat komunal yang mempolakan hubungan sosial berdasarkan ikatan ketetangaan, kekerabatan, dan keagamaan menjadi lebih individual dan materialistis setelah kehadiran PT. Sorikmas Mining.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Allah Yang Maha Esa yang telah membiarkan berkah dan syafaatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konsekuensi Kehadiran PT. Sorikmas Mining Terhadap Polarisasi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal”. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan studi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan tantangan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan wawasan peneliti, kurangnya pengalaman, serta sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang ditemukan oleh peneliti. Akan tetapi atas Berkat dan Karunia-Nya, semua hambatan tersebut dapat dilalui. Tidak lupa penulis hanturkan terimakasih kepada orang-orang luar biasa yang selalu memberikan bantuan maupun motivasi serta semangat dikala penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih dan limpahan doa selalu penulis hanturkan kepada kedua Orangtua yang saya sayangi, ayah saya Alm. Salam Ambarita dan Ibunda tercinta Berliana Hutapea yang selalu mendoakan, memberikan perhatian, pengertian, dan pembelajaran yang akan selalu penulis ingat dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta adik-adik yang saya sayangi Devi Belida Ambarita, Benyamin Suryanto Ambarita, dan Lolly Manda Wati Ambarita selalu semangat menggapai cita-cita. Penulis secara khusus juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Henry Sitorus, M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, nasehat untuk membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini dengan baik.


(6)

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,M.Sc.(CTM)Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan serta seluruh staf pegawai dan administrasi.

3. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si selaku ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku ketua pen 6. Ibu Dra. Rosmiani selaku Dosen wali penulis

7. Bapak/Ibu Dosen dan staf Pengajar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis dapat menjadikan bekal nantinya dan dapat penulis terapkan serta amalkan ditengah-tengah masyarakat.

8. Kekasihku , yang setia Nathanael Bukit memberikan semangat serta dukungan dikala penulis lalai dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik Lydia Melissa Bukit, Sisca Liawati, Evie Safriena, Eunike Ernis, Sagita Paulina, Lili Haryani, Veronica Febri Dwi Andini, Monica Cristy, dan Billy Timothy yang selalu ada ketika penulis membutuhkan bantuan dan pertolongan.

10.Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2009. Noni Serevina, Sabet Geleng, Elisabet Ambarita (Apara), Bertha, Kiki, Dewi, Tian (Apara), Onka, Serdita, Lely, Dina Sauma, Willer, Widya, Mey, Fitri, Nella, Syahid,


(7)

Yohan, James, Dede, Cory, Wisnu, Cardo, Rani, Eda Melita, Siska, Irfin, dan yang tidak bisa dituliskan namanya satu per satu, terima kasih atas dukungan kalian semua, atas kerja sama yang sudah terjalin selama 4 tahun ini.

11.Kakak dan Abang Senior dan Alumni, terima kasih atas bantuan serta dukungan yang sudah kalian berikan kepada penulis.

12.Buat Ikatan Mahasiswa Sosiologi (IMASI) dalam pengurusannya, semoga tahun-ketahun semakin baik. Patah tumbuh hilang berganti... selamat berjuang adik-adik 010,011,012.

13.Buat informan dalam penelitian ini, yaitu seluruh masyarakat Desa Tarutung Panjang Kec. Naga Juang, Kab Mandailing Natal beserta aparatur pemerintahan setempat, dan pihak PT. Sorikmas Mining terima kasih yang telah memberikan izin penulis untuk dapat melakukan penelitian di daerah tersebut dan telah bersedia bekerja sama memberikan informasi yang dapat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini serta informan lainnya yang telah berkenan memberikan informasi sebagai pelengkap data dalam penulisan skripsi ini.

Uraian terima kasih yang penulis sampaikan belum sebanding dengan apa yang telah penulis dapatkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua elemen. Adapun kesalahan dalam penulisan skripsi ini, penulis memohon maaf karena keterbatasan yang penulis miliki. Selain itu, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih.

Medan,


(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Definisi Konsep ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perubahan Sosial ... 17

2.2 Teori Culture Lag ... 23

2.3 Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian ... 30

3.3 Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Interpretasi Data dan Analisis Data ... 33

3.6 Jadwal Kegiatan ... 34

3.7 Kekuatan Penelitian ... 34

3.8 Keterbatasan Penelitian ... 35

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

4.2 Letak dan Batas Wilayah ... 38

4.3 Keadaan Penduduk ... 40

4.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Perbandingan Jenis Kelamin ... 41


(9)

4.3.2 Komposisi Masyarakat Naga Juang Tolak Tambang ... 43

4.4 Pertumbuhan Ekonomi ... 44

4.5 Infrastruktur Desa ... 45

4.6 Topografi ... 46

4.7 Profil Informan ... 48

4.8 Interpretasi Data ... 71

4.8.1 Sejarah Keberadaan PT Sorikmas Mining ... 71

4.8.2 Respon Masyarakat terhadap Kehadiran PT. Sorikmas Mining ... 75

4.8.3 Perubahan Struktur Sosial/Ekonomi Masyarakat Desa ... 79

4.8.3.1 Perubahan Struktur Sosial ... 79

4.8.3.2 Hubungan di antara Sesama Anggota Kelompok ... 88

4.8.4 Faktor Penyebab Polarisasi Sosial Ekonomi ... 95

4.8.5 Dinamika Pertambangan Rakyat ... 100

4.8.6 Peran Pemerintah Dalam Memfasilitasi Masyarakat dan Perusahaan Tambang ... 104

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Saran ... 112


(10)

vii

DAFTAR TABEL No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan ... 40 Tabel 2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Desa/Kelurahan ... 92 Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Seks Rasio, Jenis Kelamin,

dan Desa/Kelurahan ... 42 Tabel 4 Anggaran Biaya Program CSR PT. Sorikmas Mining ... 73


(11)

ABSTRAK

Kehadiran PT. Sorikmas Mining yang merupakan perusahaan eksplorasi emas di Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal diharapkan memberikan dampak positif bagi struktur ekonomi maupun struktur sosial desa tersebut. Namun yang menjadi masalah adalah peningkatan yang terjadi hanyalah pada struktur ekonomi masyarakat desa, sementara struktur sosial dari masyarakat desa tersebut mengalami masalah polarisasi sosial. Polarisasi sosial merupakan salah satu dari dampak perubahan sosial yang terjadi akibat kehadiran PT. Sorikmas Mining yang terlihat dalam interaksi masyarakat desa yang membentuk kutub-kutub yang saling bertentangan yaitu kelompok masyarakat tolak tambang dan masyarakat pro tambang.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konsekuensi kehadiran PT. Sorikmas Mining terhadap polarisasi sosial ekonomi pada masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal serta mengetahui mekanisme polarisasi sosial yang terjadi pada masyarakat desa tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi serta studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran PT. Sorikmas Mining di sekitar tersebut yang telah berlangsung sejak 16 tahun yang lalu mengakibatkan perubahan pada struktur ekonomi masyarakat desa tersebut. Kondisi perekonomian masyarakat desa yang semakin baik yang dapat dilihat dari peningkatan penghasilan masyarakat mengakibatkan meningkatnya daya beli sehingga masyarakat desa menjadi lebih konsumtif.

Perubahan pada struktur sosial masyarakat desa dapat dilihat dari adanya perubahan pada pola interaksi masyarakat desa yang membentuk kutub-kutub. Masyarakat tolak tambang dan pro tambang dalam interaksinya sehari-hari menunjukan gejala konflik laten seperti adanya rasa sentimen, curiga, dan saling menggosip antar kelompok. Kegiatan-kegiatan keagamaan dan upacara adat yang biasanya mereka lakukan bersama saat ini jadi terpecah. Masyarakat tolak tambang merayakan terpisah dari masyarakat pro tambang. Masyarakat Desa Tarutung Panjang yang awalnya merupakan masyarakat komunal yang mempolakan hubungan sosial berdasarkan ikatan ketetangaan, kekerabatan, dan keagamaan menjadi lebih individual dan materialistis setelah kehadiran PT. Sorikmas Mining.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian tersebut, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan lain-lain. Indonesia juga sebagai negara kelima yang memiliki cadangan emas terbesar di dunia. Cadangan emas Indonesia diperkirakan mencapai 4.250 ton. Sementara, yang diproduksi saat ini baru mencapai 126,6 ton. Potensi endapan emas di Indonesia terdapat dihampir setiap daerah, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2009). Oleh sebab itu saat ini Indonesia banyak dilirik oleh berbagai insvestor baik dari dalam maupun luar negeri yang memiliki perusahaan bidang pertambangan. Bahan galian ini dikuasai oleh negara. Hal ini tentunya diharapkan akan memberikan dampak positif, dari aspek devisa negara dan pendapatan asli daerah, keberadaan perusahaan tambang sangat membantu dalam pembangunan nasional dan daerah (Salim, Emile 1986).

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara mengandung beberapa pokok pikiran, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Mineral dan batu bara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh Negara dan pengembangan serta pendayagunaannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama dengan pelaku usaha;


(13)

b. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Kehadiran perusahaan tambang tentunya akan membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah kehadiran perusahaan tambang diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah lingkar tambang. Peningkatan ini akibat keberadaan perusahaan yang mampu mendorong dan menggerakan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Struktur sosial di masyarakat juga akan mengalami perubahan, karena masyarakat sekitar pertambangan termotivasi untuk mampu menyesuaikan perubahan struktur sosial yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang menjadi karyawan perusahaan tambang, ataupun pendatang yang melakukan penambangan secara swadaya atau disebut dengan penambang masyarakat.

Bentuk kepedulian perusahaan tambang adalah dengan mengembangkan Corporate Social Responsibility (CSR) salah satu program yang dijalankan oleh perusahaan pertambangan pengusaha pertambangan yang mempunyai kewajiban moral untuk membantu kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar disamping mencari keuntungan. CSR dapat memberi manfaat langsung bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya seperti penanggulangan kemiskinan, membantu dalam penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, bea siswa, peningkatan skill, peningkatan daya beli masyarakat sekitar perusahaan tambang, memberikan pelatihan agar masyarakat sekitar tambang memiliki daya saing, dan membantu membangun infrastruktur.


(14)

3

Namun pertambangan juga mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Dipastikan bahwa kehadiran perusahaan tambang akan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktifitas perusahaan adalah konsep pembangunan berkelanjutan penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Setiap rencana usaha atau kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi dengan studi Analisis Dampak Lingkungan (Hadi, 2001:2.3).

Selain itu, pertambangan juga menimbulkan masalah-masalah sosial yang sering terjadi pada negara-negara berkembang khususnya Indonesia seperti meminggirkan peran masyarakat lokal (the natives society/the marginals). Kasus demikian halnya yang terjadi di Papua, Papua merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam termasuk penghasil emas terbesar di Indonesia yang diketahui memiliki nilai ekonomis. Namun, penduduknya masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan. Perusahaan tambang terbesar di dunia milik Amerika PT. Freeport Indonesia masih saja melakukan penambangan emas di wilayah tersebut. Camp mewah para pekerja PT. Freeport berbanding terbalik dengan keadaan masyarakat lokal. Hal ini merupakan bentuk peminggiran peran masyarakat lokal.

Masalah sosial lain yang juga muncul di Indonesia saat ini adalah polarisasi sosial. Masyarakat Indonesia terbagi dalam dua kelompok dalam menyikapi pertambangan. Kelompok pertama adalah yang menyatakan setuju terhadap pertambangan. Kelompok kedua menyatakan penolakan terhadap pertambangan. Masing-masing pihak mengajukan argumentasi yang diyakini benar. Polarisasi sikap


(15)

ini membawa ketegangan dalam masyarakat, antara masyarakat dengan pemerintah dan dalam dunia politik. Polarisasi sikap tidak membawa solusi apapun tentang apapun. Satu pihak sudah merasa menyelesaikan masalah dengan menyatakan tolak tambang sedang pihak yang lain merasa akan dapat mensejahterakan rakyat dengan menyatakan setuju terhadap pertambangan.

Polarisasi yang kian hari makin memburuk karena masyarakat publik tidak mendapat informasi yang memadai tentang pertambangan. Keadaan diperburuk oleh kegamangan, keraguan, dan ketidaktegasan pemerintah untuk meregulasi industri pertambangan. Di lain pihak pemerintah bersama investor terus mencanangkan peningkatan investasi di sektor mineral. Pertambangan akan menghasilkan keuntungan yang maksimal terhadap berbagai pihak jika masyarakat menyetujui dilakukan pertambangan di sekitar mereka.

Diperlukan pemahaman yang benar tentang pertambangan, baik kepada masyarakat yang setuju maupun yang menyatakan penolakannya terhadap kegiatan pertambangan. Begitu pula, para pemegang keputusan di tingkat negara dan perusahaan juga harus memahami dengan baik tujuan yang diinginkan rakyat dan mandat yang diemban negara serta permasalahan yang ditimbulkan oleh pertambangan.

Masalah sosial yang ditimbulkan industri pertambangan tersebut merupakan dilema, jika dicermati hanya dari satu sisinya saja. Dilihat dari sisi positifnya kebanyakan orang termasuk Pemerintah sebagaimana diyakinkan oleh para investor. Pertambangan itu terlihat begitu menjanjikan banyak keuntungan terutama secara ekonomis.


(16)

5

Para penentang pertambangan memusatkan perhatian ke arah sisi negatif pertambangan tetapi hanya berdasarkan perkiraan dan kenyataan buruk dampak pertambangan. Yang diketahui bukan sisi positifnya tetapi dampak dari kegiatan pertambangan.

Seperti halnya yang terjadi di Flores, melalui gerakan massa bernama ‘Geram’ (Gerakan Masyarakat anti-Tambang) Flores-Lembata. Gerakan yang berjuang menolak pertambangan. Dengan alasan tambang berandil besar membawa kerusakan lingkungan. Sementara potensi pariwisata, pertanian, peternakan dan kelautan masih lebih membawa profit bagi ekonomi daerah dalam jangka panjang, ketimbang tambang yang hanya membawa keuntungan jangka pendek.

Kasus lain yang terjadi adalah pada masyarakat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Polarisasi sosial yang terjadi antara masyarakat yang pro dan tolak tambang cukup memprihatinkan. Para aktivis tolak tambang mendapat teror dalam bentuk ancaman-ancaman yang membahayakan hidup mereka dari pihak yang diduga merupakan kelompok pro tambang. Ancaman terhadap aktivis tolak tambang adalah wujud ketidakmampuan kelompok pro tambang dalam meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima masuknya perusahaan tambang.

Kehadiran perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining menyebabkan ketegangan dalam masyarakat. Masyarakat kemudian terpecah menjadi dua kelompok yaitu masyarakat yang pro tambang dan yang kontra tambang. Masyarakat yang pro tambang merupakan masyarakat yang mendukung dibukanya lahan pertambangan disekitar desa mereka. Sementara masyarakat yang kontra tambang adalah masyarakat yang menganggap kehadiran perusahaan tambang hanya akan


(17)

menimbulkan masalah dan kerusakan pada lingkungan terutama pada sumber mata air.

Lokasi pertambangan yang dikelola oleh perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining saat ini merupakan tempat cadangan dan mata air yang merupakan sumber kehidupan masyarakat Desa Tarutung Panjang. Layaknya karakteristik masyarakat pedesaan pada umumnya, kegiatan ekonomi masyarakat Desa Tarutung Panjang adalah dari sektor agraris yang paling umum sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah sambilan.

Kegiatan agraris masyarakat Desa Tarutung Panjang adalah bertani padi, berkebun coklat, mangguris hapea (mengambil getah karet), gambiri (biji kemiri), sebagai paragat (mengambil cairan nira dari pohon kelapa untuk dijadikan minuman tradisional tuak), dan sebagian kecil mengusahakan tanam-tanaman muda seperti jagung, ubi, dan cabe. Seluruh kegiatan pertanian ini tentunya membutuhkan sumber mata air yang cukup agar dapat mendatangkan hasil yang baik.

Tanah Mandailing terkenal dengan sere (emas), bekas penambangan emas banyak ditemukan di Mandailing Julu, bahkan di aliran Aek Batang Gadis masyarakat sering mendapatkan emas dengan cara manggore (mendulang). Banyaknya ditemukan sumber emas ini menjadikan Mandailing Natal mendapat gelar Tano Sere. Emas tidak hanya memiliki nilai ekonomi, bagi masyarakat mandailing emas juga memiliki nilai sejarah dan budaya karena emas sudah menjadi bagian dari kehidupan nenek moyang orang mandailing. Di Museum Warisan Budaya Mandailing terdapat berbagai benda-benda warisan salah satunya karangen yang


(18)

7

merupakan batu atau gumpalan tanah yang mengandung emas yang banyak terdapat di Tano Mandailing (tanah mandailing).

Selain itu juga timbul masalah-masalah sosial lain di Desa Tarutung Panjang , dalam melakukan upacara adat seperti upacara kematian dan pernikahan, masyarakat Desa Tarutung Panjang juga sempat mengalami perpecahan. Jika kemalangan terjadi pada keluarga yang pro tambang maka yang datang melayat serta melaksanakan pemakaman adalah masyarakat pro tambang, demikian halnya dengan penduduk yang kontra terhadap pertambangan.

Konflik antara pihak perusahaan dan masyarakat juga sering terjadi, bahkan sempat menimbulkan korban. Pada tanggal 7 Juli 2012 lalu, terjadi bentrok di lokasi tambang emas PT Sorikmas Mining di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Warga terlibat bentrok dengan petugas keamanan perusahaan tambang. Bentrok terjadi ketika ratusan warga mendatangi areal pertambangan yang berada di Mandailing Natal. Warga datang untuk menuntut ganti rugi terkait pembebasan lahan milik mereka. Selain itu, warga meminta perusahaan menghentikan kegiatan operasionalnya karena dinilai merugikan masyarakat. Kedatangan warga langsung disambut petugas keamanan perusahaan dan polisi yang disiagakan (Mandailing Pos: 2012).

Selain itu ada beberapa karakteristik masyarakat pedesaan menurut Rogers (1969), yang juga memberikan konstribusi menjadikan masyarakat desa rentan terhadap perpecahan, yaitu:


(19)

a. Mutual distrust interpersonal relations, yaitu adanya rasa tidak percaya secara timbal balik antara petani satu dengan yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena anggota komunitas memperebutkan sumber-sumber ekonomi yang sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas. b. Dependence on hostility towards government authority, adanya

keter-gantungan dan sekaligus curiga terhadap pemerintah atau pada unsur-unsur pemerintah.

c. Low emphaty, yaitu rendahnya keterampilan menangkap peranan orang lain. Rendahnya empati masyarakat disebabkan oleh adanya jarak sosio-psikologis maupun karena terbatasnya pengetahuan, dibanding-kan masyarakat di luar mereka yang lebih maju.

d. Familism, yaitu adanya rasa kehidupan kekeluargaan, keakraban di antara orang-orang yang memiliki pertalian kekerabatan.

Kehadiran PT. Sorikmas Mining juga dianggap mengganggu keamanan dan kenyamanan. Sebelum melakukan pertambangan, PT. Sorikmas Mining melakukan beberapa tahapan di antaranya adalah tahapan eksplorasi. Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.

Saat melakukan eksplorasi di lokasi tambang, perusahaan tambang Sorikmas Mining menggunakan alat-alat transportasi yang selalu melewati Desa Tarutung


(20)

9

Panjang. Misalnya alat transportasi udara seperti helikopter yang digunakan untuk mengangkut contoh tanah beberapa kali terbang sangat rendah. Bahkan, saat melewati persawahan beberapa bongkahan tanah jatuh dari helikopter dan hampir melukai masyarakat desa yang sedang beraktivitas di sawah.

Masyarakat desa yang tradisional mengalami apa yang disebut cultural lag. Cultural lag adalah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat. Artinya ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan pertama kali dan saat benda itu diterima secara umum sampai masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap benda itu.

Perubahan yang begitu cepat terjadi menyebabkan masyarakat merasa terganggu dengan kehadiran berbagai teknologi canggih disekitar mereka. Suara helikopter dirasa sangat mengganggu terutama saat perusahaan beroperasi di hari minggu. Masyarakat Desa Tarutung Panjang yang sebagian besar memeluk agama Kristen, merasa perusahaan tidak menghargai berlangsungnya ibadah. Masyarakat yang tolak tambang di Desa Tarutung Panjang telah melakukan protes dan meminta perusahaan menghentikan kegiatan eksplorasi di hari minggu.

Konflik mereda saat masyarakat mulai ikut melakukan pertambangan, walau dilakukan dengan cara tradisional. Beberapa kebun milik masyarakat desa juga ternyata mengandung emas. Hasilnya, saat ini banyak dibangun tenda-tenda penambang tradisonal atau penambangan masyarakat. Penambang tradisional yang datang tidak hanya berasal dari desa sekitar lokasi yang diyakini tanahnya memiliki kandungan emas. Namun, dari berbagai daerah bahkan banyak penambang yang datang dari Pulau Jawa. Dinamika pertambangan masyarakat ini sebenarnya


(21)

menimbulkan resiko yang membahayakan bagi para penambang masyarakat sendiri dan juga lingkungan tentunya.

Kehadiran perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining menimbulkan banyak perubahan, terutama terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Tarutung Panjang. Hal ini tentunya menjadi persoalan sosiologis yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam mengenai konsekuensi kehadiran PT. Sorikmas Mining terhadap polarisasi sosial ekonomi masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti mencoba menyimpulkan suatu permasalahan yang lebih mengarah pada fokus penelitian yang dilakukan. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana konsekuensi kehadiran PT. Sorikmas Mining terhadap terjadinya polarisasi sosial ekonomi masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec Naga Juang, Kab. Mandailing Natal ?

b. Bagaimana mekanisme terjadinya polarisasi sosial ekonomi di Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal ?

1.3. Tujuan Penelitian


(22)

11

a. Untuk mengidentifikasi konsekuensi kehadiran PT. Sorikmas Mining terhadap polarisasi sosial ekonomi pada masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal.

b. Untuk mengetahui mekanisme polarisasi sosial ekonomi pada masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat teoritis

Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi seperti kajian perubahan sosial dan sosiologi lingkungan. Menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

b. Manfaat praktis

Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai permasalahan yang diteliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah.

Menjadi sumbangan pemikiran dan informasi kepada pihak PT. Sorik Mas Mining, pemerintah dan masyarakat lingkar tambang mengenai konsekuensi kehadiran PT. Sorikmas Mining terhadap polarisasi sosial ekonomi masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec.Naga Juang, Kab.Mandailing Natal.


(23)

1.5. Definisi Konsep

Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian. Konsep merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami. Konsep merupakan generalisasi dari sejumlah fenomena yang akan diteliti (Singarimbun 1998:33). Agar penelitian ini menjadi terarah dan terfokus, perlu dilakukan pembatasan terhadap konsep-konsep yang diteliti :

a. Social Polarity forces in any social aggregate which are sharply contrasted and which tend by their opposition to keep the aggregate in equilibrium: as in the tension between major political parties, between agriculture and industrial interest, and between youth and age. (Dictionary of Sociology and related Sciences, Adam: 1964).

Polarisasi sosial merupakan kekuatan dalam setiap kelompok sosial yang saling berbeda yang cenderung bertentangan dan untuk menjaga jumlah keseluruhannya dalam keseimbangan; seperti dalam ketegangan antara partai-partai politik besar, antara pertanian dan kepentingan industri, dan antara pemuda dan usia lanjut.

Polarisasi berasal dari kata polar yang artinya adalah kutub. Polarisasi sosial adalah perbedaan sikap dan saling bertentangan yang diambil masyarakat dalam memandang suatu fenomena yang terjadi yang menyebabkan terjadinya kutub-kutub dalam suatu masyarakat. Jika konflik terjadi karena adanya perebutan sumber daya yang terbatas, dalam polarisasi tidak ada sumber daya yang diperebutkan.


(24)

13

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan polarisasi adalah proses interaksi masyarakat yang terpola dan terbentuk seperti kutub-kutub. Kutub pro tambang dan kutub tolak tambang pada masyarakat Desa Tarutung Panjang. b. Masyarakat; masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat sebagai

sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama atau sebuah rukun tetangga atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.

c. Pengaruh adalah dampak yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan tambang Sorikmas Mining, baik secara langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan suatu perubahan terhadap perilaku dan sikap orang lain atau kelompok.

d. Industri Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri material, proses untuk mendapat mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral yang tidak diperlukan. Mineral-mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan segradasi lingkungan (Noor, 2006:85) Setiap melakukan tahap-tahap kegiatan usaha pertambangan, pengusaha harus memiliki surat keputusan pemberian Kuasa pertambangan (KP) Surat izin Penambangan Daerah (SIPD) yang sesuai dengan tahap kegiatan yang


(25)

dilakukan. Secara garis besar tahap-tahap kegiatan dalam usaha pertambangan adalah sebagai berikut:

1) Tahap Eksplorasi

Biasanya tahap eksplorasi dimulai dengan penyelidikan di permukaan bumi yang diawali dengan survei geofisika dipermukaan tanah serta survei udara, kemudian dilanjutkan dengan metoda stream sediment sampling, soil sampling, rock sampling yang kemudian dilanjutkan dengan pemboran (drilling), pembuatan paritan (trenching), dan peledakan (blasting).

Dampak yang ditimbulkan pada tahap ini adalah pembukaan lahan-lahan yang tertutup tanaman, seperti dilingkungan hutan lindung, hutan suaka marga satwa, taman nasional dan lain sebagainya. Masuknya peralatan survei dan alat-alat berat ke lokasi penyelidikan di daerah yang di eksploitasi akan menimbulkan degradasi lingkungan serta terganggunya ekosistem daerah tersebut. Proses ekplorasi adalah proses yang tengah dilakukan oleh Perusahaan Tambang Sorikmas Mining saat ini.

2) Tahap Eksploitasi/Penambangan

Pada tahap ini yang terpenting dan perlu diperhatikan adalah ketika alat-alat berat mulai masuk ke lokasi penambangan serta sejumlah besar material (limbah material padat), baik yang berasal dari batuan maupun pengupasan lapisan tanah untuk mendapatkan mineral-mineral yang di


(26)

15

inginkan, dimana limbah-limbah padat ini harus dipindahkan ke lokasi-lokasi diluar lokasi-lokasi tambang.

3) Tahap Pemrosesan Mineral

Pemrosesan mineral dapat terdiri dari pencucian untuk memisahkan lempung dan pasir, proses pengerusan, penggilingan dan pemisahan material-material yang tidak ekonomis. Dampak lingkungan yang sering dijumpai pada tahap ini adalah perusahaan membuang limbah ke sungai, kemudian dibawa arus sungai dan kemudian diendapkan di dataran yang lebih rendah seperti dataran banjir (Noor, 2006: 88-89).

e. Struktur Ekonomi salah satu syarat untuk mencapai struktur ekonomi yang kuat hendaknya berorientasi pada economic-recources potensial yang dapat disediakan. Sumber daya ekonomi potensial meliputi potensi yang dimiliki serta sumber daya yang disediakan. Kecuali penduduk sumber daya ekonomi belum seluruhnya diinventarisasikan, bahkan masih banyak yang belum di eksplorasi terlebih dahulu termasuk segala macam kekayaan flora dan fauna, barang-barang tambang dan barang galian potensi sumber daya ekonomi sangat bergantung pada tingkat teknologi yang dicapai dan dimanfaatkan (Soetrisno, 1992:157).

Dalam penelitian ini yang termasuk dalam struktur ekonomi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta peningkatan kualitas hidup dan kegiatan tersebut memiliki hubungan dengan terjadinya


(27)

polarisasi sosial ekonomi masyarakat pertambangan di Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal. Baik itu, pertambangan liar, usaha galundung, perdagangan, serta usaha jasa lainnya.

f. Struktur Sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat yaitu kelompok, kelas sosial, nilai dan norma sosial, dan lembaga sosial.

Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai struktur sosial meliputi perubahan pola interaksi dan solidaritas masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal yang menjadi indikasi bahwa di desa tersebut tengah terjadi polarisassi.

g. Perusahaan Tambang PT. Sorikmas Mining merupakan pertambangan serbuk emas milik Aberfoyle Pungkut Investment Pte Ltd, dengan kepemilikan saham 75% lalu sisanya 25% dimiliki PT. ANTAM. PT. Sorikmas Mining telah mengeskplorasi mineral emas dan lainnya di Sumatera Utara sejak tahun 1998. PT. Sorikmas Mining memiliki kontrak Karya dengan pemerintah Indonesia yang memungkinkan untuk mengeksplorasi mineral di area lebih dari 55,000 ha. PT. Sorikmas Mining masih melakukan eksplorasi di daerah lain di dalam wilayah kontrak karyanya. Sebagai perusahaan lokal yang memperkerjakan sekitar (150) karyawan lokal di Panyabungan dan sekitarnya dan memiliki serangkaian program untuk memberikan konstribusi kepada masyarakat lokal melalui proyek-proyek pertanian, pendidikan dan kemanusiaan.


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Perubahan Sosial

Perubahan sosial menurut Farley (Sztompka,1993:5) adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

Dari pengertian para ahli di atas, maka menurut peneliti perubahan sosial secara umum merupak kemasyarakatan dalam suat term dalam masyarakat.

Menurut Strasser dan Randall (Sztompka,1993:3) berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui dengan cermat-meski terus berubah. Menurut Hawley (Sztompka,1993:3) perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan sosial.

Sebagaimana yang dikatakan Selo Soemarjan (Soekanto,1990:333-337) yang menjadi ciri-ciri dari perubahan sosial adalah sebagai berikut :


(29)

a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.

b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

Perubahan sosial yang cepat biasanya akan mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada didalam proses penyesuaian. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup perumusan kaidah-kaidah dan nilai-nilai baru.

c. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kehendak atau spritual saja, disebabkan mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dan dalam setiap proses dan waktu, dampak perubahan tersebut berakibat positif dan juga negatif. Terjadinya perubahan sosial merupakan gejala yang wajar dari kehidupan manusia. Demikian Parson berpendapat perubahan hanya dapat dipahami melalui pemahaman mengenai struktur lebih dahulu. Perubahan sosial terjadi pada masyarakat terutama pada dekade terakhir dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial yang disengaja (intended change) dan tidak disengaja (unintended) atau dengan istilah lain contact change dan immanen change.

Intended change atau contact change merupakan perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat baik yang disengaja, melalui agent of change (orang


(30)

19

yang terlihat dalam perubahan tersebut) maupun secara spontan dikombinasikan oleh pihak-pihak dari luar masyarakat (Soerjono Soekanto 1990:349-350).

Lebih lanjut apabila diteliti mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap tidak lagi memuaskan. Morris Ginsberg (Soekanto, 1983) menganalisis faktor-faktor terjadinya perubahan adalah sebagai berikut:

a. Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi b. Sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah c. Perubahan struktural dan halangan struktural

d. Pengaruh-pengaruh eksternal

e. Pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang menonjol f. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu

g. Peristiwa-peristiwa tertentu h. Munculnya tujuan bersama

Selain itu perubahan sosial juga mendapat hambatan-hambatan. Adapun faktor-faktor penghambat tersebut adalah:

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

c. Sikap masyarakat yang masih tradisional

d. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat sekali atau vasted interest


(31)

f. Prasangka terhadap hal-hal asing dan baru g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis h. Adat atau kebiasaan

Menurut Sztomka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan disemua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear. Pada tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan pada tingkat mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik (entity) tetapi seperangkat proses yang saling bertingkah ganda (Sztompka, 2004:21-22)

Perubahan juga dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan. Hal ini disebabkan keadaan sistem sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut:

a. Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).

b. Hubungan antarunsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan antar individu, integrasi).

c. Berfungsinya unsur-unsur di dalam system (misalnya: peran pekerjaan yang dimainkan oleh individu atau diperlukan tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban sosial).


(32)

21

d. Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, dan sebagainya)

e. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang dapat dibedakan)

Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik)

Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsensus atau pertikaian, harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks itu. Kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi, adalah sebagai berikut :

a. Perubahan komposisi (misalnya, migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlah penduduk karena kelaparan, demobilisasi gerakan sosial, bubarnya suatu kelompok). b. Perubahan struktur (misalnya: terciptanya ketimpangan, kristalisasi

kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerja sama atau hubungan kompetitif)

c. Perubahan fungsi (misalnya, spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran baru yang diindoktrinasikan oleh sekolah atau universitas).


(33)

d. Perubahan batas (misalnya, penggabungan beberapa kelompok, atau suatu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan demokratisasi keanggotaan, dan penaklukan).

e. Perubahan hubungan antarsubsistem (misalnya, penguasaan rezim politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan kehidupan privat oleh pemerintah totaliter)

f. Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya wabah atau virus HIV, lenyapnya system bipolar internasional).

Adakalanya perubahan hanya terjadi sebagian, sebatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari sistem. Sistem sebagai keseluruhan tetap utuh, tak terjadi perubahan menyeluruh atas unsur-unsurnya meski didalamnya terjadi perubahan sedikit demi sedikit. Namun, pada kesempatan lain, perubahan mungkin mencakup keseluruhan (atau sekurangnya mencakup inti) aspek sistem, menghasilkan perubahan menyeluruh, dan menciptakan sistem baru yang secara mendasar berbeda dari sistem yang lama.

Alfred dalam (Sztompka, 2004) menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, dan bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu didalamnya seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja.


(34)

23

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik (George Ritzer, 2007:395).

2.2. Teori Cultural Lag

W.F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci mengenai proses perubahan yang sedang terjadi. Beliau telah mengemukakan beberapa teori, suatu yang terkenal mengenai perubahan dalam masyarakat yaitu Cultural Lag (artinya ketinggalan kebudayaan) adalah perbedaan antara tarif kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat.

Sumbangan dari William F Ogburn yang paling terkenal terhadap bidang sosiologi adalah konsepnya tentang ketinggalan budaya (cultural lag). Konsep itu mengacu kepada kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan sosial dan pola-pola organisasi sosial yang tertinggal di belakang (lag behind) perubahan kebudayaan materiil.Pemikiran-pemikiran Ogburn dapat digolongkan dalam pendekatan perilaku (behaviorisme). Maka, Ogburn dalam karyanya Social Change with Respect to Culture and Original Nature, mengemukakan:

a. Perilaku manusia merupakan produk warisan sosial atau budaya, bukan produk faktor-faktor biologis yang diturunkan lewat keturunan.

b. Kenyataan sosial pada dasarnya terdiri atas pola-pola perilaku individu yang nyata dan konsekuensi-konsekuensinya.


(35)

c. Perubahan-perubahan kebudayaan materiil terbentang mulai dari penemuan awal. Sedangkan kebudayaan nonmateriil, yang akhirnya berkonsekuensi harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan-kebudayaan materiil.

d. Kebudayaan nonmateriil yang tidak mampu mengejar kecepatan perubahan

dalam kebudayaan materiil yang terus melaju. Hasilnya adalah suatu ketegangan yang terus meningkat antara budaya materiil dengan nonmateriil. “Teori ketertingalan kebudayaan” ini melibatkan dua variabel yang telah menunjukkan penyesuaian pada waktu tertentu. Tetapi karena penciptaan atau penemuan baru, salah satu variabel berubah lebih cepat dari pada variabel lain. Dengan kata lain, bila laju perubahan bagian-bagian yang saling tergantung dari satu kebudayaan tidak sama, maka kita berhadapan dengan kondisi ketertinggalan kebudayaan, dan penyesuaian selanjutnya “kurang memuaskan” dengan tujuan yang dicapai mula-mula.

Ketidakmampuan menyesuaikan diri yang dikemukakan Ogburn ini berakibat bagi kualitas hidup manusia. Ia menyatakan ada dua jenis penyesuaian sosial. Pertama, penyesuaian antara berbagai bagian kebudayaan. Kedua, penyesuaian antara kebudayaan dan manusia. Masalah penyesuaian manusia terlihat dalam berbagai jenis ketegangan dan perampasan hak, kejahatan, pelacuran, dan berbagai masalah sosial lain yang merupakan tanda-tanda ketidakmampuan menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial.

Munculnya ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah satu


(36)

25

unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Untuk mengejar ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin tinggi. Contoh: akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebayakan menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan perkembangan kemajuan teknologi.

Teori Materialis yang disampaikan oleh William F. Ogburn pada intinya mengemukakan bahwa:

a. Penyebab dari perubahan adalah adanya ketidakpuasan masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa yang mempengaruhi pribadi mereka. b. Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat hubungan yang

berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian yang mengalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih dalam keadaan tetap (statis).

c. Perubahan teknologi akan lebih cepat dibanding dengan perubahan pada perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh karena itu, perubahan


(37)

seringkali menghasilkan kejutan sosial yang yang apada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku baru, meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.

2.3. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan

Penelitian-penelian yang pernah dilakukan berhubung dengan polarisasi sosial ekonomi masyarakat pertambangan antara lain: penelitian yang dilakukan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 20013) dengan judul penelitian “Kajian Persepsi Masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal Terhadap Kegiatan Pertambangan” dengan Dr. Maxensius Tri Sambodo, Drs. Mochammad Nadjib dan Ahmad Helmy Fuady sebagai peneliti.

Penelitian tersebut melihat bahwa kehadiran kegiatan pertambangan di suatu provinsi memiliki dampak yang penting bagi pembangunan dan menggerakan ekonomi masyarakat. Sorikmas Mining (SM), yang memperoleh kontrak karya pada tahun 1998, hingga kini dianggap belum memberikan konstribusi nyata kepada kesejahteraan masyarakat dan pembagunan wilayah kabupaten tersebut.

Padahal, fakta tersebut terkait dengan status perubahan yang masih dalam tahap eksplorasi dan baru melangkah menuju tahapan konstruksi dan produksi. Periode eksplorasi yang panjang ini sesungguhnya sangat terkait dengan perubahan status wilayah konsensi perusahaan yang termasuk Taman Nasional Batang Gadis.

(Salam, Abdul: 2004) yang melihat dampak sosial-kultur yang ditimbulkan oleh adanya perusahaan pertambangan terhadap masyarakat dan strategi-strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat berkenaan dengan kehadiran perusahaan


(38)

27

tersebut. Kehadiran industri pertambangan di tengah-tengah masyarakat telah memberikan berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif.

Dari penelitian yang dilakukan, dampak yang ditimbulkan oleh kehadiran pertambangan tersebut adalah pengaruh industri terhadap kehidupan masyarakat, pendidikan, perubahan dalam kehidupan keluarga, hubungan kekrabatan, kehidupan keagamaan dan sistem kepercayaan, adat istiadat, memudarnya suku penduduk asli, mata pencaharian, pendapatan dan pengeluaran keluarga, kesenjangan ekonomi dan kecemburuan sosial, lingkungan alam, pertanahan, dan dampaknya terhadap migrasi penduduk.

(Silton, Ali: 2011) yang melakukan penelitian mengenai dampak aktivitas pertambangan bahan galian C terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif didukung oleh pendekatan kualitatif. Kehadiran industri pertambangan pada umumnya memberikan dampak negatif pada aspek sosio-ekonomi dan ekologi.

Pada aspek sosio-ekonomi, tingkat kesempatan kerja pertanian mengalami penurunan seiring dengan semakin menurunnya luas lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat, sedangkan kesempatan kerja non pertanian meningkat seiring dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pihak industri pertambangan. Namun, kesempatan kerja dibidang pertambangan belum mampu dijangkau oleh masyarakat lokal karena rendahnya pendidikan. Hal ini menimbulkan tingkat persaingan dan memicu terjadinya konflik antara pihak masyarakat dengan perusahaan pertambangan.


(39)

Aspek sosio-ekologi aktivitas pertambangan menyebabkan penurunan kualitas hidup seperti terjadinya perubahan pada kondisi udara yang terasa semakin panas, berdebu dan terlihat gersang. Sumber air mengalami kekeringan pada saat kemarau aktivitas blasting dan kendaraan truk menimbulkan kebisingan dan keretakan pada bangunan rumah. Selain itu menimbulkan penyakit saluran pernafasan pada masyarakat.

(Helfina, Metha, Nasution: 2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh kehadiran perusahaan tambang PT. Agincourt Resources (PT.AR) terhadap kehidupan ekonomi masyarakat Kelurahan Aek Pining Kecamatan Batang Toru. Kahadiran perusahaan tambang PT. Agincourt Resources (PT.AR) khusunya unit pertambangan emas menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya karena dapat memberikan dampak ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal dan kemajuan pembangunan daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dampak kehadiran perusahaan tambang emas terhadap struktur ekonomi masyarakat lokal.

Penelitian ini berazaskan pendekatan kuantitatif dengan metode studi kolerasi spearman. Dengan responden sebanyak 88 orang, laki-laki 70 (orang), perempuan 18 (orang). Berdasar uji statistik, diperoleh hasil dari nilai koefisien (korelasi) sebesar 0,9992516 (sangat kuat). Penelitian ini dapat diterima dimana hubungan antara variabelnya secara signifikan sangat berarti sehingga pernyataan ini adalah bukti ada hubungan antara pengaruh kehadiran PT. AR dengan perbaikan kehidupan ekonomi masyarakat.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kasus dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial baik individu maupun kelompok lembaga atau masyarakat. (Sumadi Suryabrata, 2002:22)

Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam tentang pengaruh kehadiran perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal.

Maka dalam konteks penelitian ini, jenis penelitian kasus dengan metode penelitian kualitatif adalah cara yang sesuai untuk menggambarkan secara mendetail pengaruh apa saja yang terjadi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal menurut paradigma teori perubahan sosial.


(41)

3.2. Lokasi Penelitian

Studi kasus ini dilakukan di lokasi kontrak karya PT. Sorikmas Mining yaitu Desa Tarutung Panjang, Kec. Naga Juang, Kab. Mandailing Natal. Pemilihan terhadap Desa Tarutung Panjang dilakukan secara purposive, yakni pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan sebuah desa yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, pilihan terhadap Desa Tarutung Panjang didasarkan atas pertimbangan berikut:

a. Desa Tarutung Panjang merupakan daerah yang berada pada daerah lingkar tambang dengan masyarakat pertambangan yang mengalami polarisasi sosial ekonomi.

b. Hal ini ditandai dengan adanya jarak pada pola interaksi antar warga desa. Masyarakat Desa Tarutung Panjang terpola menjadi dua kelompok yakni pro tambang dan tolak tambang. Karena itu, lokasi penelitian ini sangat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini.

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian

Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial kualitatif adalah menggunakan apa yang disebut “Unit of Analysis”. Hal ini dimungkinkan, karena setiap objek penelitian memiliki ciri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteritik individu tentunya meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial dan tingakat penghasilan. Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1996:2).


(42)

31

Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Tarutung Panjang Kec. Naga Juang Kab. Mandailing Natal , pihak perusahaan dan pemerintah setempat.

Orang-orang yang dimintai keterangan untuk kelengkapan data penelitian, dan selanjutnya disebut dengan informan adalah sebagai berikut :

a. Pihak manajemen perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining b. Desa Tarutung Panjang Kec. Naga Juang Kab. Mandailing Natal c. Para penambang rakyat

d. Pemerintah setempat. 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara secara mendalam, oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut: 1) Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara

langsung di lokasi penelitian yaitu Desa Tarutung Panjang Kec. Naga Juang Kab. Mandailing Natal untuk mengumpulan data yang diperlukan. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yaitu masyarakat lingkar tambang yang mengalami perngaruh atas kehadiran


(43)

perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat merasakan dan menggambarkan situasi yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi objektifnya. Tujuannya adalah untuk mendapat data mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat setelah kehadiran perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining.

2) Wawancara mendalam, yang menggunakan panduan pertanyaan (interview guide), dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan untuk memperoleh data atau informasi secara detail yang diperlukan untuk menyusun laporan penelitian. Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining. Wawancara kepada masyarakat lingkar tambang yang ditujukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat sebelum kehadiran perusahaan tambang perusahaan tambang Sorik Mas Mining dan setelah kehadiran perusahaan tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan, pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur-literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian.

Literatur-literatur tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, penelitian sebelumnya, surat kabar, arsip, dokumen-dokumen, dan media elektronik


(44)

33

seperti internet dan televisi. Literature yang ditelusuri adalah yang terkait dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kehadiran perusahaan tambang Sorik Mas Mining terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lingkar tambang, serta literatur-literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3.5. Interpretasi Data dan Analisis Data

Interpretasi data merupakan upaya yang dilakukan dengan mengolah data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, membuat ikhtisarnya, dan menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Tujuannya adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi untuk kemudian dianalisis.

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan sampai akhirnya pada setiap akhir penyusunan laporan penelitian, untuk mendapatkan kesimpulan yang baik dari hasil penelitian (Bungin Burhan, 2011:65.66)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis kualitatif berangkat dari pendekatan fenomenologisme yang lebih tepat digunakan untuk menguraikan persoalan subjek manusia yang umumnya tidak taat asas, berubah-ubah dan sebagainya.


(45)

3.6. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi v

2 ACC Judul v

3 Penyusunan Prosposal Penelitian v

4 Seminar Prosposal Penelitian v

5 Revisi Proposal Penelitian v v

6 Penelitian ke Lapangan v

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data v

8 Bimbingan v v v v

9 Penulisan Laporan Akhir v v

10 Meja Hijau v

3.7. Kekuatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa hal yang menjadi kekuatan dari penelitian ini yang mendukung peneliti dalam melakukan penelitian. Lokasi penelitian merupakan tempat yang tidak asing lagi bagi peneliti sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat yang nantinya hal ini akan mempermudah peneliti untuk memperoleh informasi melalui metode wawancara.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini merupakan masalah yang sedang berlangsung dan sedang marak dibicarakan di lokasi penelitian. Hal ini


(46)

35

menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti karena selama melakukan penelitian banyak terjadi dinamika yang dapat dituangkan dalam penelitian ini. Misalnya saat peneliti berada dilokasi penelitian yang pada saat itu bertepatan dengan berlangsungnya upacara-upacara adat yang dapat digunakan peneliti sebagai indikasi terjadinya polarisasi.

Pada saat melakukan wawancara dengan pihak perusahaan, peneliti mendapat sambutan yang baik dari pihak perusahaan. Hal ini dikarenakan maslah yang diangkat dalam penelitian ini merupakan masalah yang juga sedang dihadapi oleh perusahaan. Beberapa kekuatan penelitian tersebut sangat membantu dan mempermudah penelti dalam mencapai tujuan penelitian ini.

3.8. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Keterbatasan dalam hal teknis penelitian dilapangan adalah pada saat mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan manajemen perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining, karena wawancara dilakukan pada jam kerja, sehingga pada wawancara berlangsung terdapat gangguan-gangguan pekerjaan. Lokasi penelitian yang relatif jauh dan sulit dijangkau juga menyulitkan informan memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Mengatasi masalah demikian peneliti tidak hanya sekali saja mendatangi perusahaan namun beberapa kali untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan. Peneliti juga memperoleh kontak telepon dan email dengan pihak


(47)

perusahaan, jika peneliti kekurangan data maka pihak perusahaan bersedia mengirim data yang diperlukan melalui email.

Selain itu pada saat peneliti sedang melakukan penelitian terjadi musibah banjir bandang yang mengakibatkan peneliti harus ikut mengungsi ke tempat pengungsian. Dalam perjalanan ke pengungsian peneliti kehilangan beberapa data yang berupa foto-foto mengenai lokasi penelitian.

Peneliti juga mengalami kesulitan dalam mengolah data-data wawancara baik itu dari masyarakat yaitu kelompok tolak tambang atau pro tambang, pihak perusahaan, dan pemerintah. Dalam hal ini semua pihak memberikan informasi yang membenarkan pihaknya masing-masing. Namun peneliti dapat mengatasinya dengan metode observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Terlepas dari permasalahan teknis penelitian dan kendala di lapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi buku atau jurnal yang sedikit dikuasai peneliti. Dalam mengatasi masalah ini peneliti banyak berdiskusi dengan dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa yang juga sedang melakukan penelitian. Peneliti juga menambah referensi buku-buku tentang metode penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini dengan maksimal agar data dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat diperoleh.


(48)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada tanggal 23 November 1998. Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Undang-undang No.12 Tahun 1998 yaitu Undang-Undang tentang pembentukan Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal menjadi daerah otonom, dan secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Maret 1999. Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1998, Kabupaten Mandailing Natal, yang dikenalkan dengan sebutan MADINA, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 273 desa.

Pada tanggal 7 Desember 2007 Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan PERDA No.45 Tahun 2007 dan No.46 Tahun 2007 tentang pemecahan desa dan pembentukan Kecamatan Naga Juang di Kabupaten Mandailing Natal. Pembentukan Kecamatan Naga Juang yang mencakup Desa Tambiski, Tarutung Panjang, Humbang I, Sayur Matua, Banua Rakyat, Banua Simanorsor, dan Tambiski Nauli menambah jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Mandailing Natal menjadi 23 kecamatan, 32 kelurahan, dan 353 desa dan 10 Unit Pemukiman Transmigrasi.

Kabupaten Mandailing Natal merupakan wilayah kontrak karya dari perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining, terutama Kecamatan Naga Juang. Masyarakat di Kecamatan Naga Juang yang paling menonjol memberikan respon


(49)

berupa gerakan rakyat terhadap kehadiran PT. Sorikmas Mining dikarenakan lokasinya yang paling dekat dengan lokasi kegiatan tambang perusahaan.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan luas wilayah kontrak karya PT. Sorikmas Mining adalah 63.616 ha di Kabupaten Mandailing Natal dan 2.584 ha di Tapanuli Selatan. Luas wilayah semula 201.600 ha. Di Kecamatan Naga Juang sendiri luas wilayah kontrak karya PT. Sorikmas Mining sekitar 32.000 ha. Namun setelah dua kali penciutan wilayah kontrak karya PT. Sorikmas Mining menjadi 66.200 ha (32,83% dari luas wilayah kontrak karya semula) berdasarkan surat Keputusan Direktur Pertambangan Umum Nomor 755.K/20.01/DJP/2000 tanggal 19 Desember 2000.

4.2. Letak dan Batas Wilayah

Kabupaten Mandailing Natal yang merupakan wilayah kontrak karya PT. Sorikmas Mining dalam konstelasi regional terletak pada 0°10’ - 1°50’ lintang utara dan 98° - 100°10’ bujur timur, dengan ketinggian 0-1915 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Mandailing Natal merupakan bagian paling Selatan dari Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumetera Barat. Batas wilayah kabupaten adalah, sebagai berikut:

- Batas sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan - Batas sebelah Selatan : Kabupaten Padang Lawas - Batas sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat - Batas sebelah Timur : Samudera Indonesia


(50)

39

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan wilayah kontrak karya PT. Sorikmas Mining sendiri berbatasan langsung dengan Kecamatan Naga Juang dan yang terdekat dengan Desa Tarutung Panjang. Bahkan wilayah kontrak karya tersebut tumpang tindih dengan Kawasan Hutan Lindung dan Taman Nasional Batang Gadis.

Di pihak lain sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda telah ada penetapan kawasan hutan lindung Register 4 Batang Gadis I, Register 5 Batang Gadis II, Register 36 Batang Perlampungan yang merupakan wilayah penyangga kebutuhan air. Berikut merupakan denah atau peta wilayah kontrak karya PT. Sorikmas Mining yang berada di Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Lokasi

Denah atau Peta Lokasi Kontrak Karya PT. Sorikmas Mining

Sumber: PT. Sorikmas Mining

Kecamatan Naga Juang yang termasuk dalam wilayah regional dari Kabupaten Mandailing Natal memiliki luas 5.738,97 ha. Terdiri dari luas tiap-tiap


(51)

kecamatan Banua Rakyat 391,76 ha, Humbang I 1.398,04 ha, Sayur Matua 527,35 ha, Tarutung Panjang 580,40 ha, Tambiski 2.841,42 ha. Berikut tabel persentase luas wilayah menurut desa/kelurahan 2011.

Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan 2011

No Desa/Kelurahan Luas (Ha) Rasio Terhadap

Total (%)

(1) (2) (3) (4)

1 Banua Rakyat 391,76 6,83

2 Humbang I 1.398,04 24,36

3 Sayur Matua 527,35 9,19

4 Tarutung Panjang 580,40 10,11

5 Tambiski 2.841,42 49,51

6 Simanosor*) 7 Tambiski Nauli*)

Jumlah 5.738,97 100

*) Masih tergabung dengan desa induk. Sumber : Kantor Camat Naga Juang

4.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk sementara Kecamatan Naga Juang adalah 3.684 jiwa, yang terdiri atas Laki-laki 1.833 jiwa dan Perempuan 1.851 dengan sex ratio 99,03 dan banyaknya rumah tangga 880 KK. Dari data yang diperoleh tersebut terlihat bahwa persebaran penduduk Naga Juang masih bertumpu di Desa Humbang I yakni 780 jiwa kemudian diikuti oleh Desa Sayur Matua 635, dan selanjutnya Desa Tarutung Panjang 600 jiwa.


(52)

41

Tabel 2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan 2011

No. Desa/Kelurahan Jumlah

Penduduk

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

(1) (2) (3) (4)

1 Banua Rakyat 322 82

2 Humbang I 780 56

3 Sayur Matua 635 120

4 Tarutung Panjang 600 103

5 Tambiski 369 47

6 Simanosor*) 503

7 Tambiski Nauli*) 475

Jumlah 3.684 64

*)Data masih bergabung di desa induk

Sumber: Badan Pusat Statistik, KSK Kec. Naga Juang

Namun data-data pada tabel di atas mengalami peningkatan setelah masuknya perusahaan PT. Sorikmas Mining ke daerah Kecamatan Naga Juang. Desa Tarutung Panjang sendiri mengalami peningkatan jumlah penduduk sekitar 25 KK. Peningkatan jumlah penduduk ini berasal dari banyaknya para pendatang yang berasal dari beberapa daerah seperti dari Jawa, Sibolga, Nias, dan putera daerah yang telah merantau. Tujuan mereka datang ke Desa Tarutung Panjang adalah untuk ikut melakukan pertambangan masyarakat atau menjual jasa bagi para pemilik lubang tambang.

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Perbandingan Jenis Kelamin Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Naga Juang hasil sensus penduduk 2010, komposisi penduduk jika dilihat berdasarkan jenis kelamin di


(53)

Desa Banua Rakyat penduduk laki-laki sebesar 162 jiwa dan penduduk perempuan 158 jiwa. Desa Humbang I penduduk laki-laki sebesar 388 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 392 jiwa. Desa Sayur Matua penduduk laki-laki 311 jiwa dan penduduk perempuan 324 jiwa. Desa Tarutung Panjang penduduk laki-laki 304 jiwa, dan penduduk perempuan 296 jiwa. Desa Tambiski jumlah penduduk laki-laki 175 jiwa, dan penduduk perempuan 194jiwa. Desa Simanosor penduduk laki-laki 245 jiwa dan penduduk perempuan 258 jiwa. Desa Tambiski Nauli penduduk laki-laki 246 jiwa dan penduduk perempuannya 229 jiwa.

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Seks Rasio, Jenis Kelamin, dan Desa/Kelurahan

No. Desa/Kelurahan Seks

Rasio Laki-Laki Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Banua Rakyat 103,80 164 158

2 Humbang I 98,98 388 392

3 Sayur Matua 95,99 311 324

4 Tarutung Panjang 102,70 304 296

5 Tambiski 90,21 175 194

6 Simanosor 94,96 245 258

7 Tambiski Nauli 107,42 246 229

Jumlah 99,03 1.833 1.851


(54)

43

4.3.2. Komposisi Masyarakat Naga Juang Tolak Tambang

Dari data yang diperoleh dari Forum Masyarakat Naga Juang Tolak Tambang, yang beralamat di Jalan Naga Juang Desa Sayur Matua pada tahun 2010 seluruh anggota masyarakat Desa Tarutung Panjang adalah tolak tambang. Dari jumlah tanda tangan yang di kumpulkan oleh forum tersebut pada tahun 2010.

Namun setelah tahun 2010, Kepala Desa Tarutung Panjang berubah pikiran dan menjadi pro tambang. Sepulang mengikuti studi banding bersama PT. Sorikmas Mining ke Sulawesi. Setelah itu kepala desa hampir saja mendapat sanksi dari masyarakat Desa Tarutung Panjang sesuai dengan kesepakatan awal. Beberapa masyarakat desa yang masih kerabat dengan kepala desa keberatan dan ikut menjadi pro tambang. Jika ada masyarakat desa yang pro tambang maka akan diusir.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan jumlah buat Desa Tambiski Nauli ada 34 tanda tangan tolak tambang yang terkumpul. Untuk Desa Banua Simanosor ada 107 jumlah tanda tangan masyarakat tolak tambang yang terkumpul. Sedangkan untuk Desa Banua Rakyat ada 36 tanda tangan tolak tambang yang terkumpul.

Data terkini untuk Desa Tarutung Panjang perbandingan antara masyarakat yang pro tambang dan yang tolak tambang adalah 68 KK untuk yang pro tambang dan 178 KK yang menyatakan tolak terhadap tambang.

Perbandingan kelompok masyarakat yang pro tambang dan yang tolak tambang di Desa Tarutung Panjang tidak terlalu jauh berbeda dengan


(55)

masyarakat desa-desa lain di Kecamatan Naga Juang. Masyarakat masih lebih banyak yang menyatakan tolak tambang dari pada pro tambang. Namun dampak dari adanya pengelompokan ini tetap terlihat begitu jelas dalam kehidupan sosial masyarakat Naga Juang dan Desa Tarutung Panjang khususnya.

4.4. Pertumbuhan Ekonomi

Angka pertumbuhan sektor ekonomi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan mengingat hal tersebut mencerminkan pertambahan output yang lebih lanjut menjadi pendapatan bagi suatu perekonomian tertentu. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mandailing Natal 6,08 persen rata-rata pertahun.

Di Kabupaten Mandailing Natal, sektor pertanian yang merupakan sektor andalan bagi perekonomiannya, walau demikian laju pertumbuhan paling rendah dibanding sektor-sektor lainnya yakni tumbuh rata-rata pertahun sebesar 3,71 persen. Secara rata-rata subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah subsektor perkebunan sebesar 6,48 persen. Tingkat pertumbuhan paling rendah dibandingkan subsektor lainnya adalah subsektor Kehutanan.

Pertumbuhan rata-rata pertahun tertinggi berasal dari sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor ini tumbuh sebesar 44,86 persen. Sektor-sektor lainnya (perdagangan, Hotel dan Restoran, pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sector listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor


(56)

45

pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa) menunjukan angka pertumbuhan yang fluktuatif per tahunnya.

4.5. Infrastruktur Desa

Infrastruktur yang dimiliki oleh Desa Tarutung Panjang masih sangat minim. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, akses jalan menuju desa hampir seluruhnya adalah jalan tanah dengan kondisi yang berbatu-batu dan berlubang-lubang. Sementara jalan merupakan salah satu sarana utama untuk menghubungkan Desa Tarutung Panjang dengan desa-desa lain terutama dengan ibu kota kecamatan. Hingga saat ini ada sekitar 1000 m2 jalan yang harus segera diperbaiki degan cara melakukan pengerasan jalan.

Desa Tarutung Panjang merupakan desa yang paling terpencil di antara desa-desa lain di Kecamatan Naga Juang. Selain akses jalan yang sangat buruk jarak desa-desa dari ibu kota kecamatan juga jauh sekitar 1,5 km. Sedangkan desa-desa lain hanya berjarak 0,2 – 0,75 ke ibu kota kecamatan.

Saluran drainase yang dimiliki Desa Tarutung Panjang juga sangat minim. Padahal saluran drainase juga merupakan sarana penting untuk mengairi lahan persawahan dan mencegah terjadinya banjir. Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan Desa Tarutung Panjang masih membutuhkan perbaikan saluran drainase sepanjang 460m2.

Bangunan tempat tinggal yang dimiliki masyarakat desa Tarutung Panjang kebanyakan adalah rumah panggung dari sekitar 51 bangunan rumah terdapat 16 bangunan rumah sederhana, 17 rumah sangat sederhana, 18 rumah yang tidak layak


(57)

huni. Dari seluruh bangunan rumah 60% di antaranya adalah rumah panggung. Rumah panggung merupakan model rumah yang sudah sejak lama digunakan di desa Tarutung Panjang. Masih sangat sedikit rumah yang dilengkapi fasilitas kamar mandi atau WC. Dari keseluruhan bangunan rumah hanya sekitar 4 rumah yang memiliki fasilitas kamar mandi dan WC sendiri. Masyarakat desa Tarutung Panjang memanfaatkan sebuah pancuran yang terdapat di desa mereka untuk MCK, bahkan memasak.

Sarana pendidikan yang dimiliki desa Tarutung Panjang hanyalah sebuah SD Negeri. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi masyarakat desa Tarutung Panjang harus menempuh jarak yang lumayan jauh dari desa mereka sekitar 1,5 km – 2 km. Sekolah SMP dan SMA hanya terdapat di ibu kota kecamatan atau di ibu kota kabupaten.

Desa Tarutung Panjang merupakan desa yang unik karena hanya di desa tersebut terdapat suku Batak Toba dan seluruh penduduknya menganut keyakinan Kristen. Melihat bahwa desa ini terletak di daerah Tapanuli Selatan yang mayoritas penduduknya adalah Batak Mandailing yang menganut keyakinan Islam. Di desa ini terdapat dua buah gereja yang digunakan untuk kegiatan keagamaan masyarakat desa. 4.6. Topografi

Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terdiri dari dua wilayah yaitu Mandailing dan pantai barat yang mempunyai tiga puluh dua sungai yang sebagian besar bermuara ke sungai Batang Gadis sebagai sumber kehidupan masyarakat terutama usaha pertanian, perikanan dan sumber air minum. Sungai Batang Gadis


(58)

47

yang disebut dengan Taman Nasional Batang Gadis yang mempunyai kekayaan ala berupa flora maupun fauna dan kekayaan alam lainnya.

Kawasan hutan di Kabupaten Mandailing Natal seluas lebih kurang 411.451,78 ha, dengan fungsi hutan lindung seluas lebih kurang 120.675,05 ha, hutan produksi terbatas seluas lebih kurang 164.572,51 ha, hutan produksi seluas lebih kurang 18.204,22 ha dan Taman Nasional Batang Gadis seluas lebih kurang 108.000 ha.

Desa Tarutung Panjang yang berada di Kecamatan Naga Juang berada di ketinggian atau level elevasi lebih kurang 100 meter di atas permukaan laut yang lebih rendah dari wilayah tambang yang berkisar antara lebih kurang 400 sampai 1350 meter di atas permukaan laut. Hal yang dikhawatirkan dari letak ketinggian ini adalah lebah kimia yang akan merusak lingkungan kesehatan masyarakat setempat.

Daerah Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal dilalui daerah patahan besar Sumatera yang rawan gempa, dengan kondisi geologis yang sedemikian peka, maka bila terjadi pembukaan terhadap tutupan hutan alam di kawasan hutan, risiko bencana alam yang terjadi semakin tinggi. Masyarakat juga sadar akan kondisi geologis daerahnya yang rawan bencana, termasuk Naga Juang sekitarnya, dan merupakan daerah vulkanik aktif dengan jenis tanah rawan erosi dan longsor serta curah hujan tinggi.

Lokasi penambangan yang dilakukan oleh PT Sorikmas Mining sangat dekat dengan tempat pemukiman yang diperkirakan hanya berkisar lebih kurang 2-3 km bahkan sebagian berada di lahan-lahan kebun masyarakat.


(59)

4.7. Profil Informan

4.7.1. Informan Pertama (Sekretaris Camat) Nama : Zulfikar Lubis S.sos (ZL)

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Tambiski Nauli

Bapak ZL termasuk salah satu aparatur pemerintah yang ada di Kecamatan Naga Juang. Bapak ZL yang bertempat tanggal lahir di Tanjung 17 Mei 1968 ini, memiliki gelar Sajana Sosial yang diperolehnya setelah mengenyam pendidikan S1 di Universitas Medan Area.

Melihat situasi yang sedang terjadi di Kecamatan Naga Juang yaitu perpecahan diantara masyarakat mengenai tolak atau pro terhadap masuknya perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining, Pak Zulfikar merasa sangat prihatin namun tidak dapat berbuat banyak. Menurut penuturan beliau, selaku aparatur pemerintahan yang melayani kepentingan masyarakat beliau dan stafnya yang lain mengambil sikap sesuai dengan apa yang diaspirasikan oleh masyarakat Naga Juang. Namun, di sisi lain beliau juga tidak kuasa menentang putusan Pemerintah Pusat terkait kehadiran PT. Sorikmas Mining.

Pemerintah tidak dapat berbuat banyak mengingat kewenangan untuk memberikan izin usaha pertambangan penanam modal asing saat itu masih di tangan pemerintah pusat dan alasan apabila terjadi pemutusan kontrak akan


(60)

49

ditempuh melalui Lembaga Arbitrasi Internasional yang sudah barang tentu akan merusak citra Pemerintah Republik Indonesia.

Salah satu masalah yang juga dihadapi oleh Pemerintah Tingkat Kecamatan saat ini adalah sifat sentimen masyarakat Naga Juang kepada mereka selaku pengayom masyarakat. Menurut penuturan beliau, sebagian masyarakat terutama masyarakat yang tolak tambang menyalahkan pemerintah akibat masuknya PT. Sorikmas Mining. Beberapa pernyataan masyarakat yang sedikit keras, mengatakan kalau pemerintah telah menjual desa mereka kepada pihak perusahaan. Akibatnya, pemerintah menyetujui begitu saja mengenai pemberian izin untuk kontrak karya Perusahaan Tambang Sorikmas Mining tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada masyarakat bahwa di sekitar desa mereka akan dibuka lahan untuk pertambangan. Masyarakat beranggapan kalau pemerintah mereka telah menerima sejumlah uang sebagai “pelicin”.

Sementara dari pihak perusahaan tambang juga menyalahkan pemerintah atas situasi yang saat ini terjadi. Perusahaan merasa bahwa pemerintah tidak tegas kepada masyarakat. Bapak ZL mengatakan bahwa saat ini posisi pemerintah sedang terjepit. Pemerintah kini tidak dipercaya lagi oleh masyarakat, dan kemudian disalahkan juga oleh pihak perusahaan. Hingga saat ini pemerintah belum menemukan solusi yang tepat untuk menyikapi masalah ini dengan baik, namun beliau tetap berharap masalah perbedaan sikap di antara masyarakat Naga Juang terkait penerimaan terhadap masuknya PT. Sorikmas Mining dapat segera berakhir.


(1)

114

mendatangkan tenaga kerja dari luar. Menghemat biaya transportasi dan biaya untuk pembuatan camp-camp pekerja yang berasal dari luar.

8. Pihak perusahaan hendaknya melaksanakan kewajiban kepada pemerintah dengan baik misalnya membayar pajak dengan jujur.

9. Kepada pemerintah hendaknya tidak hanya berpihak kepada perusahaan dan pengusaha saja dalam membentuk kebijaksanaan di negeri ini terutama bidang usaha pertambangan, dan lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Misalnya sebelum memberikan izin kepada pihak perusahaan pemerintah terlebih dahulu mensosialisasikan kepada masyarakat.

10. Sebaiknya pemerintah tegas dalam mengelola pertambangan masyarakat agar terjadi pemerataan di antara masyarakat. Hal ini akan sangat membantu meminimalisir kesenjangan ekonomi masyarakat desa Tarutung Panjang.

11. Pemerintah dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk mengawasi berlangsungnya kegiatan perusahaan. Hal ini akan meminimalisir terjadinya dampak negatif dari keberadaan perusahaan tambang. Misalnya dalam pengelolaan dan pembuangan limbah perusahaan.


(2)

GLOSARIUM

1. Anak boru : Bahasa Batak sebutan untuk anak perempuan.

2. Dalihan Na Tolu : Merupakan sistem nilai orang Batak yang merupakan pedoman orientasi setiap orang batak.

3. Dolok : Sebutan untuk bukit yang merupakan lokasi pertambangan.

4. Dongan Sahuta : Dalam bahasa Indonesia artinya teman satu kampung. 5. Galundung : Alat yang digunakan oleh penambang masyarakat

untuk memisahkan partikel emas dari batu.

6. Horja : Bahasa Batak untuk menyebutkan hajatan.

7. Hula-hula : Sebutan untuk keluarga pihak istri atau mempelai wanita.

8. Ito : Sebutan untuk saudara laki-laki kepada saudara perempuan dan sebaliknya.

9. Inti : Istilah yang biasa digunakan para penambang untuk batu dengan kandungan emas yang tinggi.

10. Kontrak karya : Perjanjian Kontrak Karya adalah perjanjian pengusahaan pertambangan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing, patungan perusahaan asing dengan Indonesia dan perusahaan swasta nasional untuk melaksanakan usaha pertambangan di luar minyak gas dan bumi.

11. Mangaleles : Istilah yang digunakan oleh penambang jika ingin meminta batu dari lubang emas.

12. Manggacong : Istilah yang digunakan oleh penambang buat orang yang mengambil batu emas dari lubang orang lain secara diam-diam.

13. Mangomo : Istilah dalam bahas Batak yang artinya bekerja ke ladang orang lain untuk mendapat upah.


(3)

14. Marbida : Kegiatan menyembelih kerbau dan dibagi-bagikan keseluruh penduduk desa biasanya dilakukan di akhir tahun.

15. Marhobas : Bahasa Batak yang artinya gotong-royong.

16. Marsidapari : Berupa kegiatan gotong royog mengerjakan lahan pertanian secara bergilir.

17. Naposo Bulung : Bahasa Batak yang artinya pemuda-pemudi. 18. Partamiangan : Kegiatan agama Kristen berupa kebaktian. 19. Poken : Sebutan masyarakat untuk pasar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alvin Y.So,Swarsono. 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Cet 2.Jakarta Pusta LP3ES Indonesia

Amaluddin, M. 1987. Kemiskinan dan Polarisasi Sosial (Studi Kasus di Desa Bulugede Kabupaten Kendal Jawa Tengah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Seri Tesis.

Arikunto,S., 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Bungin, Burhan. 2001. Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009 Tentang Cadangan Emas. 2009. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Hadi, Sudharto P. 2001. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Helfina, Metha, Nasution. 2010. Pengaruh Kehadiran Perusahaan Tambang PT.Agincourt Resources (PT.AR) Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kel. Aek Pining Kec.Batang Toru. Skripsi (S1) Tidak Diterbitkan. Medan: Program Studi Sosiologi Universitas Sumatera Utara.


(5)

Manan,B dan A. Saleng. 2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta.

Mandailing Pos, 7 Juli, 2012. Tersangka Kerusuhan Mandailing Natal Bertambah(online),hlm.4.

Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Salam, Abdul. 2004. Dampak Industri Pertambangan Terhadap Masyarakat Sekitar.

(S1) Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Studi Antropologi Universitas Indonesia.

Salim. 2004. Hukum Pertambangan Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo.

Silton, Ali. 2011. Dampak Aktifitas Pertambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa. Skripsi (S1) Tidak Diterbitkan. Bogor: Program Studi Ekologi Lingkungan Institut Teknologi Bogor.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi Perubahan Sosial. Surabaya: Ghalia. Indonesia.


(6)

Sztompka, Piotr. 1993. Sosiologi Perubahan Sosial. Terjemahan Oleh Alimandan. 2004. Jakarta: Prenada Media.

Website:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/, diakse 24 september pukul 22.55 wib repositori.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../2/chapter%20III-V.pdf, diakses tanggal

10 November 2012, pukul 01.00 WIB

pukul 01.39 WIB

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan