Seluruh program CSR yang dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining ini diharapkan dapat membangun hubungan yang baik antara perusahaan dan
masyarakat desa sekitar lokasi tambang. Namun apa yang diharapkan oleh pihak perusahaan masih belum sepenuhnya tercapai karena masih ada
kelompok masyarakat desa yang hingga saat ini masih menolak kehadiran PT. Sorikmas Mining.
4.8.2. Respon Masyarakat Terhadap Kehadiran PT. Sorimas Mining
Di awal kehadiran PT. Sorikmas Mining yaitu tahun 1992 dengan ijin penyelidikan umum belum ada respon yang negatif dari masyarakat setempat.
Hal ini disebabkan masyarakat masih dapat mentoleransi kegiatan yang dilakuka PT. Sorikmas Mining. Pada saat itu aktifitas pertambangan yang
dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining belum terlalu menonjol, sehingga tidak mengganggu aktifitas masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan penolakan terhadap pertambangan ini telah terjadi sejak tahun 2004 ditandai dengan adanya dialog
dengan berbagai pihak di masyarakat, Pemerintah Kabupaten, anggota DPR-RI serta organisasi-organisasi masyarakat tingkat nasional. Masyarakat juga
beberapa kali mengirimkan surat kepada pemerintah baik itu pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat seperti Bupati Mandailing, Bapak Presiden Republik
Indonesia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menunjukan penolakan mereka terhadap kehadiran PT. Sorikmas Mining.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini seperti yang dikatakan salah satu informan yang merupakan koordinator masyarakat tolak tambang di desa Tarutung Panjang.
“Sejak tahun 2004 kami masyarakat desa Tarutung Panjang memang sudah kompak untuk menyatakan penolakan kami
terhadap Sorikmas ini, dengan cara bermusyawarah dengan pemerintah daerah sini dan kami pun pernah juga mengirimi
Presiden surat, Menteri juga pernah” Bapak Jefri Pardede
Hal yang sama juga disampaikan salah satu anggota masyarakat tolak tambang yang lain seperti berikut ini.
“Kami maunya itu Sorikmas bisa secepatnya menghentikan setiap kegiatan tambang mereka di dolok. Sudah dari dulu
kami usahakan, tapi belum ada hasilnya.” Informan OH
Berdasarkan wawancara yang dilakukan di lapangan terhadap masyarakat Desa Tarutung Panjang yang menyebabkan mereka melakukan
penolakan terhadap kehadiran PT. Sorikmas Mining adalah alasan kerusakan lingkungan, kegiatan pertambangan oleh perusahaan mengganggu aktivitas
sehari-hari masyarakat, masyarakat juga merasa bahwa PT. Sorikmas Mining hanya bertujuan secara ekonomis dan tidak memikirkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan penuturan yang disampaikan masyarakat tolak tambang Desa Tarutung Panjang.
“Kalau saya memang dari dulu tidak suka, ada perusahaan pertambangan itu, saya takut kalau-kalau nanti
terjadi banjir atau longsor dari dolok. Soalnya sudah dua tahun berturut-turut kalau datang musim hujan selalu terjadi
banjir dari dulu gak pernah banjir di sini.” Informan PP
Begitu juga menurut penuturan salah satu anggota masyarakat desa Tarutung Panjang yang menolak kehadiran PT. Sorikmas Mining karena
Universitas Sumatera Utara
menurutnya perusahaan ini hanya mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat desa.
“Kemarin pernah waktu saya lagi di ladang, tiba- tiba jatuh setumpuk tanah dari helinya Sorikmas hampir saja
kena sama saya. Hampir tiap hari heli-nya Sorikmas mondar- mandir bawa contoh tanah dari dolok untuk diteliti katanya.”
Informan RS
Begitu juga dengan penuturan salah satu informan yang mengatakan bahwa :
“Sorikmas seringkali mengganggu kalau hari minggu, padahal kami sedang beribadah di gereja. Helinya
terbang sangat dekat dengan gereja atau tempat tinggal kami dan suaranyapun ribut.” Informan Op. Murian
Selain kekhawatiran masyarakat akan masalah lingkungan, ternyata kehadiran PT. Sorikmas Mining juga menimbulkan masalah-masalah sosial di
dalam masyarakat di Tarutung Panjang. Jika pada tahun 2004 masyarakat sepakat untuk menyatakan penolakan terhadap kehadiran PT. Sorikmas Mining,
namun sejak tahun 2010 terjadi perubahan persepsi masyarakat terhadap PT. Sorikmas Mining. Di satu sisi ada pihak masyarakat yang tetap menyatakan
penolakan akan kehadiran PT. Sorikmas Mining dan sisi lain yang lebih sedikit jumlahnya mendukung akan kehadiran PT. Sorikmas Mining tersebut. Seperti
penuturan salah satu masyarakat pro tambang di desa Tarutung Panjang. “Sudah beberapa tahun ini saya ikut ke dalam kelompok
masyarakat pro tambang. Dulunya saya memang tolak tambang, alasannya ikut pro tambang karena ikut pilihan
orangtua.” Informan BL.
Mendukung informan di atas, berikut penuturan informan lainnya. “Kalau saya sudah sejak tahun 2011 menjadi masyarakat pro
tambang, karena bisa ikut kerja di pembibitan Sorikmas dan
Universitas Sumatera Utara
upah yang didapat pun lebih lumayanlah untuk belanja anak- istri.”
Perubahan persepsi ini dimulai oleh Kepala Desa yang sebelumnya menolak kehadiran PT. Sorikmas Mining kemudian diundang untuk melakukan
studi banding ke Sulawesi oleh PT. Sorikmas Mining. Padahal di tahun 2004, seluruh masyarakat desa Tarutung Panjang sepakat bagi siapa saja yang
mendukung kehadiran PT. Sorikmas Mining akan dikeluarkan dari desa. Sepulangnya dari kegiatan studi banding tersebut, Kepala Desa berubah pikiran
dan mendukung kehadiran PT. Sorikmas Mining. Konsekuensi untuk dikeluarkan dari desa yang seharusnya diterima oleh Kepala Desa karena telah
mendukung kehadiran PT. Sorikmas Mining tidak mungkin diberikan karena jabatan Kepala Desa. Berikut penuturan yang diberikan oleh Kepala Desa
Tarutung Panjang. “Setelah beberapa hari mengikuti studi banding di Sulawesi
menurut saya adanya Sorikmas di desa kami mudah-mudahan bisa membawa dampak yang baik demi kemajuan desa kami.
Kalau masalah lingkungannya dari yang aku lihat di Sulawesi, perusahaan kan punya program untuk perbaikan lingkungan.”
Sabungan Simanjuntak
Kehadiran PT. Sorikmas Mining membawa perubahan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat desa Tarutung Panjang, baik itu dalam
struktur sosial maupun ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari interaksi antar masyarakat yang terpola menjadi masyarakat tolak tambang dan pro tambang.
4.8.3. Perubahan Struktur SosialEkonomi Masyarakat