Kedudukan BUMN sebagai Bagian Dari Keuangan Negara

44 kepemilikan saham pada badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, baik yang sudah berdiri maupun yang akan berdiri. 66 Pengertian diatas menjadi pegangan untuk menyatakan bahwa BUMN Perum berbentuk badan hukum publik. Dikatakan sebagai badan hukum publik karena BUMN Perum didirikan berdasarkan kepentingan negara dan untuk kepentingan masyarakat luas. Tujuannya sekali lagi adalah untuk membantu pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejateraan masarakat. Berbeda dengan BUMN Persero yang tujuan pendiriannya sebagai fungsi profitisasi, BUMN Perum berdiri guna melakukan pelayanan publik tanpa mengutamakan keuntungan didalam pelaksanaan kegiatann usahnya.

E. Kedudukan BUMN sebagai Bagian Dari Keuangan Negara

Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 67 Dan selanjutnya dijelaskan juga mengenai perusahaan negara yakni, perusahaan negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat. 68 Penelusuran tentang pengertian keuangan negara tidak ditemukan satu pengertian yang dapat diterima bagi semua kalangan. Sebagai pedoman ada beberapa definisi tentang keuangan negara: 69 66 Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. 67 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 68 Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 69 W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara Jakarta: Grasindo, 2006, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara 45 1. Menurut M. Ichwan Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif dengan angka- angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang, yang akan dijalankan untuk masa mendatang, lazimnya satu tahun mendatang. 2. Menurut Geodhart Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukan alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut. 3. Menurut Van der Kemp Keuangan negara adalah semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang ataupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak tersebut. Ruang lingkup keuangan negara yang pada prinsipnya adalah meliputi penerimaan dan pengeluaran negara maupun daerah. Dengan prinsip tersebut ruang lingkup keuangan negara diperluas terutama yang menyangkut kekayaan negara yang dikelola pihak lain termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara sebagaimana terdapat di Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Selanjutnya disebut UU Keuangan Negara. 70 Pasal 1 angka 2 UU BUMN menyatakan bahwa perusahaan persero Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terabatas yang modalnya 70 Gatot Supramono, Hukum Uang Di Indonesia Bekasi: Gramata Publishing, 2014, hlm. 172-173. Universitas Sumatera Utara 46 terbagi atas saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mencari keuntungan. Selanjutnya menurut Pasal 11 UU BUMN, terhadap persero berlaku ketentuan Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sekarang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan Pasal 7 ayat 6 Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, BUMN persero memperoleh status badan hukum setelah akte pendiriannya disahkan oleh menteri kehakiman. Karakteristik suatu badan hukum adalah pemisahan harta kekayaan badan hukum dari harta kekayaan pemilik dan pengurusnya. Dengan demikian kekayaan BUMN Persero adalah sebagai badan hukum bukanlah kekayaan negara. 71 Pemisahaan kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan modal negara ke dalam modal BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung negara ke dalam BUMN. Untuk memonitor dan penatausahaan kekayaan negara yang tertanam pada BUMN dan perseroan terbatas, termasuk penambahan dan pengurangan dari kekayaan negara tersebut serta perubahan struktur kepemilikan negara sebagai akibat adanya pengalihan saham milik negara atau penerbitan saham baru yang tidak diambil bagian oleh negara, perlu ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Maksud dari dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya disebut APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan 71 http:aris-11.blogspot.com diakses pada tanggal 15 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara 47 pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya berdasarkan prinsip- prinsip perusahaan yang sehat. Termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yaitu meliputi pula proyek-proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dikelola oleh BUMN danatau piutang negara pada BUMN yang dijadikan sebagai penyertaan modal negara. Sehubungan dengan itu, pada tahun 2006 Mahkamah Agung pernah mengeluarkan fatwa atas permintaan Menteri Keuangan RI. Fatwa dituangkan dalam Surat Mahkamah Agung Nomor WKMAYud20VIII2006 tanggal 16 Agustus 2006 perihal permohonan fatwa hukum, berbunyi sebagai berikut: 72 Menunjuk surat Menteri Keuangan RI Nomor S-324MK.012006 tanggal 26 Juli 2006 perihal tersebut diatas, dan setelah Mahkamah Agung memperlajari dengan ini dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara berbunyi: “Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kek ayaan negara yang dipisahkan”. Pasal 4 ayat 1 Undang- undang yang sama menyatakan ba hwa ”Modal BUMN merupakan dan berasal dari kek ayaan negara yang dipisahkan”. Dalam penjelasan Pasal 4 ayat 1 tersebut dikatakan bahwa “yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaanya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaanya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. ” 2. Bahwa dalam pasal-pasal tersebut di atas, yang merupakan undang-undang khusus tentang BUMN, jelas dikatakan bahwa modal BUMN berasal dari kekayaan negara yang telah dipisahkan dari APBN dan selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak didasarkan pada sistem APBN melainkan didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 72 Gatot Supramono, Op.Cit ., hlm. 175-176. Universitas Sumatera Utara 48 3. Bahwa pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan : “Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat danatau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. ” 4. Bahwa meskipun Pasal 8 Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara menyatakan bahwa “piutang Negara atau hutang kepada Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau Badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun” dan dalam penjelasannya dikatakan bahwa piutang Negara meliputi pula piutang “badan-badan yang umumnya kekayaan dan modalnya sebagian atau seluruhnya milik Negara, misalnya Bank-bank Negara, PT-PT Negara, Perusahaan-perusahaan Negara, Yayasan perbekalan dan persediaan, Yayasan Urusan Bahan Makanan dan sebagainya”, serta Pasal 12 ayat 1 Undang- undang yang sama mewajibkan Instansi-instansi Pemerintah dan Badan- badan Negara seabagaimana dimaksud dalam Pasal 8 untuk menyerahkan piutang-piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya kepada Panitia Urusan Piutang Negara, namun ketentuantentang piutang BUMN dalam Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tersebut tidak lagi mengikat secara hukum dengan adanya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang merupakan undang-undang khusus lex specialis dan lebih baru dari Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960. 5. Bahwa begitu pula halnya dengan Pasal 2 huruf g Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 yang berbunyi: Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 meliputi : “g. kekayaan negarakekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah”, yang dengan adanya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN maka ketentuan dalam Pasal 2 huruf g khusus mengenai ”kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah” juga tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. 6. Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dapat dilakukan perubahan seperlunya atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang NegaraDaerah. Melihat fatwa Mahkamah Agung diatas dapat diketahui bahwa ketentuan Pasal 2 huruf g UU Keuangan Negara tidak mengikat secara hukum kepada BUMN, Universitas Sumatera Utara 49 dengan demikian harta kekayaan BUMN yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan bukan merupakan kekayaan negara. Sehubungan dengan teori tersebut, BUMN sebagaimana diatas adalah badan hukum. BUMN mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari pendiri maupun pengurusnya. Kekayaan BUMN pada awalnya berasal dari modal pendirinya yaitu negara. Modal tersebut dari kekayaan negara yang dipisahkan, sehingga tidak berlaku sistem APBN melainkan memberlakukan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Modal yang dimasukkan kedalam BUMN menjadi milik BUMN untuk kepentingan usaha dalam mencari keuntungan. 73 Kedudukan negara terhadap BUMN adalah sebagai pendiri BUMN. Disamping itu, negara juga sebagai penyerta modal pemegang saham. Selaku penyerta modal, negara memiliki hak untuk mengendalikan BUMN melalui keputusan-keputusannya keputusan RUPS. Tanggung jawab negara terbatas kepada besarnya modal yang dimasukkan. Apabila BUMN mengalami suatu hal yang melebihi modalnya maka negara tidak ikut bertanggungjawab untuk menanggung kerugian tersebut. 74 Melihat pada putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77PPU-IX2011 yang menyatakan bahwa piutang BUMN bukanlah termasuk piutang negara. Oleh karena itu, piutang negara hanyalah piutang pemerintah pusat danatau pemerintah daerah, dan tidak termasuk piutang badan-badan usaha yang secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara, termasuk piutang bank-bank BUMN. Hal ini disebabkan, Pasal 1 angka 1 dan angka 10 UU BUMN mengatur bahwa BUMN 73 Gatot Supramono, Op.Cit ., hlm. 174. 74 Ibid. Universitas Sumatera Utara 50 adalah badan usaha yang memiliki kekayaan terpisah dari kekayaan negara, sehingga kewenangan pengurusan kekayaan, usaha, termasuk penyelesaian utang- utang BUMN tunduk pada hukum Perseroan Terbatas berdasarkan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berbeda dengan putusan Mahkamah Konstitusi melalui Putusan MK Nomor 48 dan 62PUU-XI2013 yang dibacakan tanggal 18 September 2014 terkait uji materi Pasal 2 huruf g UU Keuangan Negara, telah mengukuhkan status kekayaan negara yang bersumber dari keuangan negara dan dipisahkan dari APBN untuk disertakan menjadi penyertaan modal di BUMN tetap menjadi bagian dari rezim keuangan negara. Mahkamah Konstitusi menyatakan pengujian Pasal 2 huruf g dan i UU Keuangan Negara telah dipertimbangkan sebelumnya dalam putusan bernomor 48PUU-XI2013 yang putusannya menolak untuk seluruhnya hal-hal yang diuji. Menurut Mahkamah Konstitusi, justru timbul ketidakpastian hukum apabila Pasal 2 huruf g dan huruf i dihapus karena ada ketidakjelasan status keuangan negara yang digunakan oleh BHMN Badan Hukum Milik Negara Perseroan Terbatas dalam menyelenggarakan fungsi negara. 75 Paradigma pengelolaan BUMN tak boleh berlari meninggalkan prinsip dasar yang terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945. Oleh karena itu, seharusnya ruh dalam pengelolaan BUMN tetap diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan negara tidak boleh kehilangan kendali pengawasan atas tata kelola BUMN. Intinya adalah pengelola korporasiperusahaan memiliki tanggung jawab 75 http:www.bpk.go.idnewspemisahan-kekayaan-negara-di-bumn diakses pada tanggal 25 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara 51 terhadap pemegang kontrolnya. Dalam hal BUMN, pemegang kontrol adalah negara.Jajaran direksi BUMN bertanggung jawab kepada negara. 76 Pasal 23 UUD 1945 merupakan dasar pembentukan undang-undang APBN. Dan di dalam Undang-Undang APBN menyatakan bahwa kekayaan negara tersebut, antara lain, adalah setoran negara kedalam modal BUMN yang berasal dari APBN dan dividen yang diterima oleh negara dimasukan kedalam APBN. Undang-Undang APBN tidak ada yang menyatakan kekayaan BUMN adalah kekayaan negara yang dimasukan dalam APBN. Dalam Undang-Undang APBN hanya modal BUMN bersumber dari APBN dan dividen yang diterima oleh negara dari BUMN masuk APBN. Keuangan BUMN tidak masuk dalam APBN, sehingga bukan menjadi keuangan negara. 77 76 Ibid. 77 http:www.ermanhukum.comdokumenKeuangan20BUMN20bukan20Keuangan 20Negara.pdf diakses pada tanggal 25 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara 52 BAB III PENGATURAN PRIVATISASI BUMN

A. Sejarah Privatisasi BUMN