Peran dan Wewenang Negara Sebelum Adanya Privatisasi BUMN

83 BAB IV AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

A. Peran dan Wewenang Negara Sebelum Adanya Privatisasi BUMN

Berkenaan dengan konsepsi bernegara, dimana negara diartikan sebagai suatu organisasi kekuasaan yang merupakan tata kerja alat-alat kelengkapan negara untuk mencapai tujuan negara. Dalam kajian ilmu politik, konsep kekuasaan khususnya kekuasaan negara merupakan suatu konsep yang sangat penting. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pandangan yang mengedepankan mengenai hal itu. 109 Pentingnya membahas konsep dan hakikat kekuasaan khususnya kekuasaan negara dalam cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, tidak lain adalah untuk memberikan pem ahaman yang lebih baik terhadap makna “hak menguasai negara.” Bagaimanapun juga perlu dijelaskan dasar teoritis dari penguasaan negara, yang selama ini sering kali masih diperdebatkan baik dalam bidang akademis maupun praktik, sehingga perlu ditinjau secara teoritis dari berbagai sudut pandang yang melandasi adanya penguasaan negara itu. Untuk itu, terlebih dahulu akan dikemukakan berbagai teori atau pandangan mengenai konsep kekuasaan itu 109 Aminuddin Ilmar, Op.Cit ., hlm. 22. Universitas Sumatera Utara 84 sendiri sehubungan dengan keberadaan negara sebagai suatu organisasi kekuasaan. 110 Pasal 33 ayat 2 dan ayat 3 UUD 1945 merupakan landasan atau dasar yang digunakan pemerintah dalam melakukan kegiatan produksi. Untuk memudahkan kegiatan produksi tersebut kemudian pemerintah mendirikan Badan Usaha Milik Negara BUMN dan kemudian Badan Usaha Milik Daerah BUMD yang didirikan pada setiap provinsi di Indonesia. 111 Salah satu peran negara dalam ekonomi nasional adalah mendirikan BUMN yang ditujukan menjadi agent of development, serta mengambil posisi untuk mencari keuntungan bagi negara. BUMN merupakan milik negara yang pembentukannya ditetapkan dengan Undang-Undang, termasuk proses Penyertaan Modal Negara PMN karena menggunakan uang rakyat. BUMN juga termasuk organisasi hibrida karena diperbolehkan untuk mengelola dua jenis dana yang terdiri atas dana publik dari keuangan negara tersebut dan swasta. 112 Kegiatan produksi dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bidang produksi yang menjadi lapangan usaha produksi adalah bidang produksi yang kurang diminati oleh pihak swasta dan koperasi atau bidang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Untuk kegiatan produksi itu pemerintah mendirikan BUMN dalam berbagai bidang, seperti pabrik semen, pabrik pupuk, 110 Ibid. 111 http:azanulahyan.blogspot.com201405peran-pemerintah-sebagai-pelaku- ekonomi.html diakess pada tanggal 17 Juli 2015 112 Maria Sevia L. Perangin-angin, Op.Cit ., hlm. 48. Universitas Sumatera Utara 85 perusahaan listrik negara, perkebunan, dan pegadaian. Secara umum yang menjadi alasan pemerintah mendirikan BUMNBUMD adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengendalikan bidang-bidang usaha strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak. 2. Untuk memenuhi kebutuhan nasional yang tidak dilakukan oleh sektor swasta. Berdasarkan ciri dan bentuk seperti itu, BUMN harus memijakkan kaki pada dua sisi yang bisa dikatakan kontradiktif. Di satu sisi, BUMN harus menjalankan bisnis dengan mengikuti tata kelola yang baik governance. Di sisi lain, BUMN juga harus dapat berperan sebagai organisasi publik yang memberikan pelayanan pada publik. 113 Membahas mengenai peran dan wewenang negara sebelum adanya privatisasi BUMN, maka BUMN yang di bahas disini adalah BUMN perseroan Persero. Pasal 1 angka 5 UU BUMN menjelaskan bahwa menteri adalah menteri yang ditunjuk danatau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara pada persero dan pemilik modal pada perum dengan memperhatikan peraturan perundangan-undangan. Menteri selaku wakil dari pemerintah dalam hal ini adalah negara memiliki peran dan wewenang terhadap persero yang telah diatur di dalam UU BUMN yang disertai dengan penjelasannya yang ditelaah oleh penulis, antara lain: 113 http:nasional.sindonews.comread956914168bumn-sebagai-mesin-pertumbuhan- ekonomi-1422427823 diakses pada tanggal 17 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara 86 1. Menteri teknis adalah menteri yang mempunyai kewenangan mengatur kebijakan sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha. 2. Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal sekuruh saham Persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. Bagi persero yang seluruh modalnya 100 dimiliki oleh negara, Menteri yang ditunjuk mewakili negara selaku pemegang saham dalam setiap keputusan tertulis yang berhubungan dengan Persero adalah merupakan keputusan RUPS. Bagi persero dan perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki negara kurang dari 100, menteri berkedudukan selaku pemegang saham dan keputusannya diambil bersama-sama dengan pemegang saham lainnya dalam RUPS. 3. Menteri dapat memberikan kuasa dengan hak subtitusi kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS. Yang dimaksud dengan perorangan adalah seseorang yang menduduki jabatan di bawah menteri yang secara teknis bertugas membantu menteri selaku pemegang saham pada persero yang bersangkutan. Namun demikian, dalam hal dipandang perlu, tidak tertutup kemungkinan kuasa juga dapat diberikan kepada badan hukum sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 4. Dalam hal menteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh menteri. Universitas Sumatera Utara 87 Dalam kedudukannya selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian cukup dilakukan dengan keputusan Menteri. Keputusan menteri tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan yang diambil secara sah dalam RUPS. 5. Dalam hal menteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris ditetapkan oleh menteri. Dalam kedudukannya selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian cukup dilakukan dengan keputusan Menteri. Keputusan menteri tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan yang diambil secara sah dalam RUPS. 6. Setiap penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memerhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN harus terlebih dahulu mendapat persetujuan RUPSMenteri. Karena penugasan pada prinsipnya mengubah rencana kerja dan anggaran perusahaan yang telah ada, penugasan tersebut harus diketahui dan disetujui pula oleh RUPSMenteri. 7. Selain komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan dewan pengawas, komisaris dan dewan pengawas dapat membentuk komite lain yang ditetapkan oleh menteri. Komite lain yang dimaksud disini, antara lain adalah komite remunerasi dan komite nominasi. 8. Komite privatisasi dipimpin oleh menteri koordinator yang membidangi perekonomian dengan anggota, yaitu menteri, menteri keuangan, dan menteri teknis Universitas Sumatera Utara 88 tempat persero melakukan kegiatan usaha. Menteri teknis sebagai regulator di sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha, menjadi anggota komite privatisasi hanya dalam privatisasi BUMN di bidangnya. 9. Ketua komite privatisasi secara berkala melaporkan perkembangan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden. 10. Dalam melaksanakan privatisasi, menteri bertugas untuk: a. menyusun program tahunan privatisasi; b. mengajukan program tahunan privatisasi kepada komite privatisasi untuk memperoleh arahan; c. melaksanakan privatisasi. Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksudkan dalam pasal ini, menteri mengambil langkah-langkah antara lain: a. menetapkan BUMN yang akan di privatisasi; b. menetapkan metode privatisasi yang akan digunakan; c. menetapkan jenis serta rentangan jumlah saham yang akan dilepas; d. menetapkan rentangan harga jual saham; e. menyiapkan perkiraan nilai yang dapat diperoleh dari program privatisasi suatu BUMN. 11. Terhadap perusahaan yang telah diseleksi dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, setelah medapat rekomendasi dari menteri keuangan, selanjutnya disosialisasikan kepada masyarakat serta dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Universitas Sumatera Utara 89 Dari penjelasan terkait dengan peran dan wewenang negara yang wakili oleh menteri yang tertuang di dalam UU BUMN, maka dapat di lihat bahwa peran dan wewenang negara sangatlah penting terkait dengan keberlangsungan BUMN. Menteri disini ditunjuk untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara. Menteri dapat berperan sebagai RUPS ataupun berperan sebagai pemegang saham pada persero dan perseroan terbatas, disesuaikan denga kepemilikan saham negara di dalam perusahaan tersebut. Sebagai wakil dari negara selaku pemegang saham negara, menteri dapat melakukan pengangkatan dan pemberhentian direksi dan juga dapat melakukan pengangkatan dan pemberhentian komisaris apabila dalam hal ini, menteri bertindak sebagai RUPS. Lebih dalam lagi dapat dilihat mengenai penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum, dengan harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan RUPSMenteri. Kewenangan lain yang dimiliki oleh menteri selaku wakil negara sebagai pemegang saham adalah menetapkan komite audit oleh komisaris dan dewan pengawas. Menteri keuangan sendiri memiliki wewenang untuk memberikan rekomendasi terhadap perusahaan yang telah diseleksi dan memenuhi kriteria perusahaan yang akan di privatisasi. Peran negara di dalam BUMN sebelum adanya privatisasi adalah sebagai penanam modal bagi BUMN. Negara dapat melakukan penambahan penyertaan modal kepada BUMN yang membutuhkan dana lebih didalam melaksanakan sistem produksi perusahaan. Untuk memperbaiki struktur permodalandan meningkatkan kapsitas usaha Universitas Sumatera Utara 90 BUMN dan PT. 114 Sosialisasi mengenai privatisasi BUMN oleh negara c.q pemerintah juga menjadi peran negara. Penolakan terhadap privatisasi yang terjadi baru-baru ini lebih banyak disebabkan kurangnya pemahaman dari pihak-pihak yang terkait dengan BUMN yang akan diprivatisasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses privatisasi BUMN. Untuk memperkecil resiko penolakan di masa yang akan datang, seyogyanya dilakukan sosialisasi yang memadai tentang maksud dan tujuan, sasaran, serta strategi yang diambil oleh pemerintah dalam rangka melakukan privatisasi untuk BUMN tertentu. Selain itu, sosialisasi terhadap sistem dan prosedur privatisasi harus dilaksanakan, terutama kepada pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan privatisasi BUMN. 115 Hal-hal tersebut diatas merupakan peran dan wewenang yang dimiliki oleh negara sebelum adanya privatisasi. Tentunya apabila privatisasi BUMN telah terealisasi, maka akan terjadi pergeseran dari status kepemilikan dan juga mengurangi peran dan wewenang negara di dalam BUMN yang telah di privatisasi. Namun hal itu harus dilihat dari seberapa besar negara kehilangan sahamnya dalam suatu perusahaan.

B. Kendala Hukum dalam Privatisasi BUMN