Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. mendapatkan suatu keseimbangan-keseimbangan sosial [equilibrium], bahkan dengan adanya perkembanngan diberbagai sektor, seperti industri, transportasi, telekomunikasi, budaya, teknologi dan sebagainya, dapat menimbulkan berbagai kepincangan, konflik-konflik dan masalah-masalah sosial lainya. Interprestasi masyarakat terhadap nilai-nilai moral menjadi berubah, dari nilai-nilai traditional yang tertib dan seimbang berganti menjadi nilai-nilai modern yang serba rumit dan tampak lebih dinamis.Abdul Syani 1987:115. Peranan menurut Soekanto dalam Nirmala, 2008:7 merupakan aspek dinamis kedudukan status. apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola kehidupannya. Di dalam novel The Demon in The Tea House dapat dilihat bagaimana kehidupan masyarakat setelah kekuasaan dipegang oleh Tokugawa, yang didapatnya melalui sebuah peperangan. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa kehidupan masyarakat pun ikut mengalami perubahan diantaranya ialah adanya pembagian golongan berdasarkan kelas-kelas, perbedaan antara hak dan kewajiban dan lain sebagainya. Untuk itu tak jarang dalam penelitiannya pendekatan sosiologi ini akan cenderung mengarah pada moral seseorang hanya saja banyak yang beranggapan bahwa pendekatan sosiologi ini sama dengan pendekatan moral. Hal ini dapat dilihat bahwa keduanya sama-sama memiliki tujuan upaya memandang karya sastra sebagai karya yang mengandung nilai-nilai, pemikiran, dan falsafah hidup yang akan membawa manusia menuju kearah kehidupan yang lebih bermutu.

1.4.2. Kerangka Teori

Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. Penelitian kebudayaan ini dilakukan melalui novel yang merupakan sebuah karya sastra. Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Sosiologis sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood dalam Suwardi, 2008:79 terdapat tiga prespektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: 1 penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, 2 penelitian yang menggungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan 3 penelitian yang menangkap sastra sebagai menifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Hal ini seolah menegaskan bahwa karya sastra memang sering kali tampil terikat dengan momen khusus dalam sejarah masyarakat. Pendekatan sosiologis diarahkan pada telaah refleksi nilai. Hal ini berdasarkan pengertian bahwa karya satra akan menyajikan sejumlah nilai yang berkaitan dengan keadaan masyarakat masa teks ditulis. Secara implisit, karya sastra merefleksikan proposi bahwa manusia memiliki sisi kehidupan masa lampau, sekarang dan masa mendatang. Karena itu, nilai yang terdapat dalam karya sastra adalah nilai yang hidup dan dinamis. Karena didalam penelitian ini dibahas mengenai analisis sosiologis terhadap novel The Demon in The Tea House, maka teori yang digunakan adalah studi sosiologi. Dalam novel ini The Demon in The Tea House mempunyai latar belakang zaman Edo, maka dalam menganalisis novel ini juga menggunakan pendekatan historis. Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. Pendekatan historis pada umumnya lebih relevan dalam kerangka sejarah sastra tradisional, sejarah sastra dengan implikasi para pengarang karya sastra, dan periode-periode tertentu, dengan objek karya-karya individual. Kemudian, Pendekatan historis mempertimbangkan relevansi karya sastra sebagai dokumen sosial. Hakikat karya sastra adalah imajinasi yang memiliki konteks sosial dan sejarah. Dengan hakikat imajinasi karya sastra adalah wakil zamannya dan dengan demikian merupakan refleksi zamannya Nyomandalam Nur Illyani, 2008:8. dengan pendekatan diatas, melalui novel The Demon in The Tea House dapat dilihat kehidupan sosial masyarakat Jepang saat itu. Menurut Jan Van Luxemburg 1992:46 semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda, lambing dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini menganggap bahwqa fenomena sosial maupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Tanda-tanda tersebut dapat berupa gerakkan anggota badan, warna, bendera, pakaian, karya seni, serta bentuk dan potongan rumah. Kemudian tanda-tanda tersebut dihubungkan dengan konsep budaya sehingga pada kondisi ini karya sastra yang berbentuk komik akan dijadikan sebagai tanda untuk diinterprestasikan. Oleh sebab itu penulis menggunakan pendekatan semiotik untuk menjabarkan keadaan serta tanda-tanda yang terdapat dalam novel The Demon in The Tea House karya Dorothy dan Thomas Hoobler. Serta melalui teori semantik ini penulis juga berusaha menjabarkan bagaimana situasi dan keadaan sosial masyarakat pada zaman Edo khususnya kehidupan geisha serta tanda-tanda yang terdapat dalam kehidupan geisha dilihat dari novel “The Demon in The Tea House. Oleh sebab itu melalui pendangan kerangka teori berpikir seperti diatas, maka didalam penelitian ini akan di tunjukkan mengenai Sejauh mana hubungan kekuasaan mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam novel The Demon in The Tea House Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. sekitar abad ke – 18, Bagaimana sesungguhnya kehidupan geisha pada rezim Tokugawa serta peran penting geisha ditengah masyarakat Jepang yang dapat dilihat melalui novel “The Demon in The Tea House” karya Dorothy dan Thomas Hoobler.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian