Kehidupan Geisha dan Keluarga

Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. dari pada menjadi seorang isteri simpanan, Prinsip hidupnya ialah bila ingin lepas dari kehidupan yang suram ini sungguh itu memang dari hasil kerja kerasnya bukan karena kemurahan hati kaum lelaki yang rela membelinya dan menjadikan isteri simpanannya. Karena baginya geisha itu adalah sebuah lambing seni, tanpa peduli apa yang melatar belakanginya mengapa menjadi geisha, tapi baginya berjuang demi kecintaanya terhadap dunia seni ia rela melepaskan semua termasuk cinta, demi impian menjadi seorang yang berahli seni tinggi meskipun harus menjadi geisha.

3.2. Analisis Kehidupan Geisha dalam Novel The Demon in The Tea House

3.2.1 Kehidupan Geisha dan Keluarga

1. Cuplikan hal. 94 “kita disini seperti budak saja, begitulah. Aku harus datang kesini karena Ibuku meninggal dan Ayahku tak sanggup menanggung kami semua. Karena di keluarga aku yang paling tua maka akulah yang di jual”. Dia memberi ayahku uang dan sebagai gantinya, aku harus bekerja disini untuk sepuluh tahun. Namun Oba Koko pemilik kedai teh berkata waktunya dapat saja bertambah jika aku memecahkan, merusak, atau menumpahkan sesuatu dia akan mencatat, aku tak mengerti apa itu”. “empat tahun, semenjak aku berumur sembilan tahun”. Analisis Pada cuplikan diatas terdapat kalimat “kita disini seperti budak saja, yang merupakan indeksikal dari perbudakan yang tak mengenal hak – hak manusia itu sendiri, Mengingat pada masa itu tepatnya rezim tokugawa belum ada undang – undang perlindungan anak yang tidak boleh memperkerjakan anak dibawah umur, apalagi harus menjadi budak sekali pun. Aku harus datang kesini karena Ibuku Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. meninggal dan Ayahku tak sanggup menanggung kami semua. Karena di keluarga aku yang paling tua maka akulah yang di jual”. Kalimat tersebut diatas menandakan bahwa indeksikal dari sebuah pejuangan seorang anak yang telah dijual oleh ayahnya demi kelangsungan hidup keluarga, menunjukkan bahwa bagaimana kerasnya hidup pada saat kekuasaan berada ditangan seorang Tokugawa, sehingga setiap orang tidak memiliki hak pribadi di zaman Tokugawa ini. Keluarga merupakan keberadaan terkecil yang diakui, dan menjaga nama baik keluarga merupakan hal yang paling utama di tingkat masyarakat. Dia memberi ayahku uang dan sebagai gantinya, aku harus bekerja disini untuk sepuluh tahun. Mengideksikalkan bahwa Wanita-wanita ini kerap kali dijual ke rumah pelacuran oleh orang tua mereka pada usia 7 hingga 12 tahun. Sekiranya anak-anak gadis itu bernasib baik, dia dapat menjadi perantis bagi pelacur kelas atasan yang berpangkat tinggi. Apabila seorang gadis itu cukup tua dan berkesempatan menyelesaikan latihannya, dia sendiri dapat menjadi gundik dan berusaha untuk naik pangkat. Gadis-gadis itu kerap kali mempunyai kontrak dengan rumah pelacuran untuk 5 atau 10 tahun saja, tetapi hutang yang besar selalu mengikat mereka di rumah pelacuran seumur hidup mereka. Kuatnya ikatan kontrak kepada pihak rumah pelacuran yang disebabkan karena hutang – hutang keluarga. Sehingga bagi mereka rumah pelacuran ini merupakan rumah kedua mereka setelah keluarga namun tak jarang mereka menghabiskan seluruh sisa hidupnya menjadi budak di rumah pelacuran tersebut. Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. 2. Cuplikan hal 267 “Kami wanita harus menuruti kata seorang ayah, dan melakukan apa yang dia putuskan karena kami hanya seorang anak. Jika sang ayah menjualnya, maka dia harus menerima kehidupan yang dipilihkan untuknya. Jika dia memilihkan suami, wanita pasti harus menikahi pilihan ayahnya itu”. Analisis Hal ini banyak yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi dan kemiskinan orang tua. dan lagi penjualan anak di Jepang bukanlah menjadi hal yang besar, karena seorang anak dianggap mempunyai giri atau hutang budi kepada orang tua yang telah membesarkannya, sehingga bila dengan terpaksa mereka dijual baik itu ke rumah – rumah geisha atau kerumah pelacuran sekali pun, hal itu dianggap wajar untuk membantu keadaan orang tuanya yang tidak mampu. Sehingga orang tua atau keluarga yang menjual anaknya menjadi geisha, merasa anaknya akan hidup dengan lebih tenang dan aman di sana dari pada hidup menderita dengan mereka. 3. Cuplikan hal 248 “ Ya, tradisi yang biasa dilakukan geisha, membawa adik perempuan barunya. Kannon adalah biksu Budha terkenal bagi para geisha, karena mereka percaya dia adalah orang yang ramah dan pengampun. Analisis Pada cuplikan dialog diatas, terdapat kalimat, “ya, tradisi yang biasa dilakukan geisha, membawa adik perempuan barunya.” ini merupakan indeksikal dari kenyataan bahwa banyak diantara mereka yang tak memiliki keluarga setelah Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. dijual ke okiya – okiya sehingga dengan mengangkat seorang adik perempuan bisa menjadi keluarga kecil dan dapat meneruskan tradisi yang telah ada. 4. Cuplikan hal 230 “Aku hanya….aku tak punya tempat lain untuk dituju. Kupikir aku bisa tidur digudang, namun sekarang ruangan itu diberikan kepadamu juga. Aku cuma ingin pekeerjaan ku kembali. Aku hanya akan menunggu diluar, sampai dia membutuhkan orang untuk melakukan sesuatu. Tempat ini telah menjadi rumah dan keluarga ku, meski ku rela dipukuli namun demi semangkok nasi itupun telah cukup bagi perutku yang kosong.” Analisis Pada cuplikan diatas terdapat kalimat, “ aku tak punya tempat lain untuk dituju”, ini merupakan indeksikal bahwa tempat yang telah membelinya itu merupakan rumah kedua setelah keluarganya hanya disana ia dapat berteduh, makan meski harus dibayar mahal dengan menjadi budak selama perjanjian yang telah disepakati. “Tempat ini telah menjadi rumah dan keluarga ku, meski ku rela dipukuli namun demi semangkok nasi itupun telah cukup bagi perutku yang kosong.” ini merupakan indeksikal dari kerasnya kehidupan tak peduli tempat yang bagaimana pun itu demi melangsungkan hidup, demi sesuap nasi, agar dapat bertahan hidup dan dapat membayar hutang – hutang keluarga cara apapun tak kan jadi masalah. Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.

3.2.2. Berhubungan dengan Politik dan Pemerintahan