Kehidupan Geisha dalam Ekonomi

Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. diwujudkan dalam cara berbahasa dan cara berpakaian. Selain menghibur, geisha juga memiliki banyak andil dalam pergolakan-pergolakan politik di Jepang, hal itu karena sebagian besar perundingan-perundingan politik mengambil tempat di kedai teh dimana geisha bekerja. Peran geisha dalam kenyataannya sangat penting mengingat geisha mengambil alih dalam usaha mereka sebagai jembatan lobi bisnis antara perusahaan – perusahaan besar di Jepang. Mereka banyak mengetahui rahasia- rahasia politik dan ada juga yang turut andil dalam mempengaruhi keputusan seorang politikus pada masa itu. Hal ini juga menggambarkan bahwa cara seperti itu selalu dipakai untuk menjatuhkan pejabat pemerintahan. Pada masa Edo banyak pejabat pemerintahan yang “terjatuh” atau terjebak dalam masalah yang berkaitan dengan prostitusi di kedai-kedai teh kota khususnya di Yoshiwara. Sehingga keterlibatan geisha dalam politik selain membawa pengaruh negatif bagi para pejabat namun juga membawa dampak positif bagi kehidupan mereka serta status sosial. Oleh sebab itu geisha adalah satu-satunya profesi di Jepang yang menempatkan wanita pada posisi teratas. Profesi ini juga menjadikan wanita sebagai sosok yang dihargai dalam masyarakat Jepang yang konon menempatkan wanita selalu di bawah pria dan juga mengubah hukum menjadikan status Yujo dan pelacur menjadi rendah, yang hanya trampil dalam seni bercinta dan geisha yang trampil dalam bidang musik dan tari.

2.5.3. Kehidupan Geisha dalam Ekonomi

Kenyataan bahwa banyak diantara para geisha yang dulunya di jual ke okiya – okiya oleh keluarga mereka atau kerabatnya sendiri dengan harga yang murah. Sejumlah uang yang akan dibayarkan kepada orang tua si anak sebagai tanda pembelian si anak oleh okiya yang menampungnya. Hal ini banyak disebabkan oleh kesulitan ekonomi dan kemiskinan orang tunya di tambah lagi pada masa tersebut Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. Jepang mengalami krisis sosial yang menutup akses bagi masuknya pengaruh barat kepada masyarakat Jepang. Penjualan anak di Jepang bukanlah menjadi hal yang besar, karena seorang anak dianggap mempunyai giri atau hutang budi kepada orang tua yang telah membesarkannya, sehingga bila dengan terpaksa mereka dijual baik itu ke rumah – rumah geisha atau kerumah pelacuran sekalipun, hal itu dianggap wajar untuk membantu keadaan orang tua yang tidak mampu. Selain itu peran geisha dalam bidang ekonomi sangat penting, hal ini dapat dilihat bahwa mereka juga memberikan penghidupan bagi orang lain. Maksudnya, jasa orang – orang yang terlibat dalam pekerjaan geisha juga harus dibayar dari pendapatannya. Karena bagi geisha hal yang sangat membanggakan bila dapat mengahasilkan untuk orang lain. Sehingga geisha yang seperti itu sangat dihargai oleh para geisha lainnya. Dari perannya sebagai geisha, mereka juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain seperti, adanya kedai teh, asosiasi geisha, piñata pakaian, okiyanya, dan lain – lain. Orang – orang tersebut tentunya bergantung dari pendapatan yang dihasilkan para geisha yang mereka tangani. Selain itu geisha juga menyumbangkan bagi pembangunan Negara melalui pajak – pajak yang harus mereka bayarkan. Karena profesi geisha merupakan jenis hiburan yang diizinkan oleh pemerintah karena itu pendapatan mereka dikenakan pajak yang dibayarkan melalui Kantor Pendaftaran. Hal ini dikarenakan bayaran geisha dibayar melalui sistem yang sama. Pelanggan menerima tagihan dari restoran untuk makanan, minuman, sewa ruangan, dan geisha. Dia akan membayar biaya restoran, yang terpisah dari bayaran geisha dan mengirimkan kwitansi dengan jumlah yang harus dibayarnya kepada kenban. Kenban kemudian menghitung besarnya pembayaran untuk setiap geisha, mengambil pajak biasanya sekitar 10 persen, mengambil sedikit persenan 3 persen Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. untuk biaya operasi, dan mengembalikan sisanya kepada geisha yang akan menerimanya dalam bentuk gaji satu atau dua kali sebulan.

2.5.4 Kehidupan Geisha dalam Sosial Budaya