Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
karena Umae merupakan geisha yang paling dihormati. Para geisha harus menghibur lelaki. itulah yang mereka lakukan. Meski mereka tidak bersama laki – laki, mereka
tetap harus mempercantik diri atau meningkatkan kemapuan menyanyi dan menari.
2.7. Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin
kehidupan masyarakat. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan moral. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya
karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya.
Kendati sosiologi dan sastra mempunyai perbedaan tertentu namun sebenarnya dapat memberikan penjelasan terhadap makna teks sastra Laurenson dan
Swingewood, dalam Suwardi 2008 : 78. Hal ini dapat dipahami, karena sosiologi obyek studinya tentang manusia dan sastra pun demikian. Sastra adalah ekspresi
kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. dengan demikian, meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda namun dapat saling
melengkapi. Dalam kaitan ini, sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang
dikembangkan dalam karya sastra. Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin mirror . Dalam
kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis tiruan masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini, tentu
sastra tidak akan semata – mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
sekedar copy kenyataan, melainkan kenyataan yang telah di tafsirkan. Kenyataan tersebut bukan jiplakan yang kasar, melainkan sebuah refleksi halus dan estetis.
Prespektif sosiologi sastra yang patut diperhatikan adalah pernyataan Levin Elizabeth dan Burns dalam Suwardi 2008 : 79 “literature is not only the effect of
social causes but also the cause of social effect”. Sugesti ini memberikan arah bahwa penelitian sosiologi sastra dapat kearah hubungan pengaruh timbale balik antara
sosiologi dan sastra. Keduanya saling mempengaruhi dalam hal – hal tertentu yang pada gilirannya menarik perhatian peneliti.
Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering menggungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan
masa depanya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.
Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood dalam Suwardi 2008 : 79 terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: 1 penelitian
yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, 2 penelitian yang mengungkap
sastra sebagai cermin situasi sosial penulisanya, dan 3 penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.
Langkah yang bisa ditempuh pendekatan ini, menurut Junus dalam Suwardi 2008 : 93 ada tiga strategi, yaitu:
1. Unsur sastra diambil terlepas dari unsur lain, kemudian dihubungkan dengan
suatu unsur sosiobudaya. Strategi ini ditempuh karena karya sastra tersebut hanya memindahkan unsur itu ke dalam dirinya.
2. Pendekatan ini boleh mengambil image atau citra tentang “suatu” –
perempua n, laki – laki, orang asing, tradisi, dunia modern dan lain – lain
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
dalam suatu karya. Citra tentang “sesuatu” itu disesuaikan dengan perkembangan budaya masyarakat.
3. Pendekatan ini boleh juga mengambil motif atau tema, yang keduanya berbeda
secara gradual. Tema lebih abstrak dan motif lebih konkret. Motif dapat dikonkritkan melalui pelaku.
Ketiga strategi penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penelitian sosiologi sastra dapat dilakukan melalui potongan – potongan serita. Hubungan antar unsur
dan keutuhan unity unsur juga tidak harus. Hanya saja pendekatan ini memang ada kelemahanya, antara lain peneliti akan sulit menghubungkan secara langsung
karya sastra dengan sosiobudaya. Di antara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan drma, genre
prosalah yang dianggap paling dominan dalam menampilkaan unsur – unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, diantaranya adalah novel menampilkan unsur –
unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah – masalah kemasyarakatan yang juga paling luas, bahasa novel juga
cenderung merupakan bahasa sehari – hari, bahasa yang umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang
paling sosiologis dan responsive sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris. Oleh karena itu pulalah, menurut Hauser dalam Nyoman 2004 :
336 karya sastra lebih jelas dalam mewakili ciri – ciri zamannya. Seperti pada novel “The Demon in The Tea House” yang menunjukkan kehidupan manusia
Jepang dalam Zaman Keshogunan khususnya kehidupan geisha. Cara – cara penyajian yang berbeda dibandingkan dengan ilmu sosial dan
humaniora jelas membawa ciri – ciri tersendiri terhadap sastra. Penyajian secara tak langsung, dengan menggunakan bahasa metaforis konotatif, memungkinkan
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
untuk menanamkan secara lebih intern masalah – masalah kehidupan terhadap pembaca. Artinya ada kesejajaran antara ciri – ciri karya sastra dengan hakikat
kemanusiaan. Fungsi karya sastra yang penting yang sesuai dengan hakikatnya yaitu imajinasi dan kreativitas adalah kemampuannya dalam menampilkan dunia
kehidupan yang lain yang berbeda dengan dunia kehidupan sehari – hari. inilah aspek – aspek sosial karya sastra, dimana karya sastra diberikan kemungkinan
yang sangat luas untuk mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecenderungan yang tidak mungkin tercapai dalam kehidupan sehari – hari. Selama membaca
karya sastra pembaca secara bebas menjasi raja, dewa, perampok, dan berbagai sublimasi lain.
Sebagai multidisiplin, maka ilmu – ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Dengan pertimbangan bahwa karya sastra juga
memasukkan aspek – aspek kebudayaan yang lain, maka ilmu – ilmu yang juga terlibat adalah sejarah, filsafat, agama, ekonomi, dan politik. Yang perlu
diperhatikan dalam penelitian sosiologi sastra adalah dominasi karya sastra, sedangkan ilmu – ilmu yang lain berfungsi sebagai pembantu.
Dengan pertimbangan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan
menurut Nyoman 2004 : 339-340 meliputi tiga macam, yaitu: 1.
Menganalisis masalah – masalah sosial yang terkandung didalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah
terjadi. Pada umumnya disebut sebagai aspek intrinsik, model hubungan yang terjadi disebut refleksi.
2. Sama dengan diatas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur,
bukan aspek – aspek tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialektika.
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
3. Menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu,
dilakukan oleh disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan karya sastra sebagai gejala kedua.
Di dalam menganalisis dengan menggunakan sosiologi sastra, masyarakatlah yang harus lebih berperan. Masyarakatlah yang mengkondisikan karya sastra, bukan
sebaliknya. Oleh sebab itu berdasarkan atas metode penelitian sosiologi sastra inilah
penulis berusaha menjadikan nya pedoman untuk dapat menganalisi pembahasan pada bab III yang didalam nya mencakup tentang bagaimana sesungguhnya kehidupan
geisha dalam keluarga, dalam keterkaitannya dengan politik pemerintah, dalam ekonimi, dan dalam budaya sosial geisha itu sendiri. Sehingga apa yang diharapkan
penulis dalam keingintahuan tentang kehidupan geisha dapat terjawab dengan penelitian menggunakan analisis sosiologi sastra, yang sebagai fungsinya bahwa
karya sastra itu merupakan cerminan dari suatu masyarakat.
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
2.8. Biografi Pengarang