Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. Untuk itu masalah-masalah tersebut akan diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi umum masyarakat Jepang pada zaman Edo tepatnya pada abad ke-18 dibawah kepemimpinan Tokugawa? 2. Bagaimana kehidupan geisha dalam kesehariannya pada zaman rezim Tokugawa tepatnya pada zaman Edo dan kaitannya dengan ekonomi, politik, dan budaya ?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis membatasi permasalahan, yaitu pada hal yang berkaitan dengan masyarakat pada abad ke 18 zaman Edo yang meliputi keshogunan, daimyo, samurai, geisha , seni, dan hubungan sosial antar masyarakat. Analisis difokuskan kepada bagaimana sesungguhnya kehidupan para geisha di tengah masyarakat khususnya masyarakat golongan kelas atas. Peran penting geisha itu sendiri dalam kehidupan. Mengingat geisha merupakan golongan kelas bawah namun dalam kenyataannya kehidupan seorang geisha bisa mengimbangi seorang bangsawan yang kaya raya. Serta dengan adanya kenyataan bahwa tidak mudah bagi seorang kelas bawah untuk berpindah kasta menjadi golongan atas. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat lebih terarah dan terfokus. Selain itu sebelum bab pembahasan bab III penulis berusaha menjabarkan mengenai defenisi dari geisha, sejarah geisha, perkembangan geisha di Jepang, dan kehidupan geisha itu sendiri. untuk mendukung pembahasan yang lebih jelas dan akurat akan dijelaskan juga tentang kondisi sosial masyarakat pada umumnya dizaman Edo, kondisi kehidupan Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. sosial geisha zaman Edo yang meliputi dari kondisi keluarga, kesetiaan, hubungan antar para geisha, keterlibatan mereka dalam politik Jepang tepatnya pada era Tokugawa, perekonomian masyarakat, dan memperkenalkan diri mereka terhadap dunia luar dalam fungsinya sebagai symbol Jepang pada waktu itu, serta setting teks novel “The Demon in The Tea House” karya Dorothy dan Thomas Hoobler dan juga riwayat hidup pengarang.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Menurut Soekantodalam Nur Illyani, 2008:6, bahwa objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut antar manusia, dan proses yang timbale balik dari hubungan manusia didalam masyarakat. kalau dilihat dari tingkat struktur sosial ini bersifat abstrak, perhatiannya atau analisanya ditunjukan pada pola-pola tindakan, jaringan-jaringan interaksi yang teratur dan seragam dalam waktu dan ruang, posisi sosial dan peranan-peranan sosial. Menurut Munandar 1998:29 secara garis besar tingkat analisis struktur ini memandang struktur sosial masyarakat sebagai berikut: a. Masyarakat sebagai halnya organisme hidup. b. Masyarakat sebagai sistem sosial. c. Masyarakat sebagai tertib sosial. d. Masyarakat sebagai sub-stratum yang melahirkan konflik. Masalah sosial erat kaitannya dengan nilai-nilai,norma-norma, lembaga- lembaga kemasyarakatan, oleh karena itu masalah-masalah sosial adalah bersifat sosial, artinya masalah-masalah sosial itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri. Pada masyarakat yang tergolong modern, tentu saja lebih sulit Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. mendapatkan suatu keseimbangan-keseimbangan sosial [equilibrium], bahkan dengan adanya perkembanngan diberbagai sektor, seperti industri, transportasi, telekomunikasi, budaya, teknologi dan sebagainya, dapat menimbulkan berbagai kepincangan, konflik-konflik dan masalah-masalah sosial lainya. Interprestasi masyarakat terhadap nilai-nilai moral menjadi berubah, dari nilai-nilai traditional yang tertib dan seimbang berganti menjadi nilai-nilai modern yang serba rumit dan tampak lebih dinamis.Abdul Syani 1987:115. Peranan menurut Soekanto dalam Nirmala, 2008:7 merupakan aspek dinamis kedudukan status. apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola kehidupannya. Di dalam novel The Demon in The Tea House dapat dilihat bagaimana kehidupan masyarakat setelah kekuasaan dipegang oleh Tokugawa, yang didapatnya melalui sebuah peperangan. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa kehidupan masyarakat pun ikut mengalami perubahan diantaranya ialah adanya pembagian golongan berdasarkan kelas-kelas, perbedaan antara hak dan kewajiban dan lain sebagainya. Untuk itu tak jarang dalam penelitiannya pendekatan sosiologi ini akan cenderung mengarah pada moral seseorang hanya saja banyak yang beranggapan bahwa pendekatan sosiologi ini sama dengan pendekatan moral. Hal ini dapat dilihat bahwa keduanya sama-sama memiliki tujuan upaya memandang karya sastra sebagai karya yang mengandung nilai-nilai, pemikiran, dan falsafah hidup yang akan membawa manusia menuju kearah kehidupan yang lebih bermutu.

1.4.2. Kerangka Teori

Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. Penelitian kebudayaan ini dilakukan melalui novel yang merupakan sebuah karya sastra. Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Sosiologis sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood dalam Suwardi, 2008:79 terdapat tiga prespektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: 1 penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, 2 penelitian yang menggungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan 3 penelitian yang menangkap sastra sebagai menifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Hal ini seolah menegaskan bahwa karya sastra memang sering kali tampil terikat dengan momen khusus dalam sejarah masyarakat. Pendekatan sosiologis diarahkan pada telaah refleksi nilai. Hal ini berdasarkan pengertian bahwa karya satra akan menyajikan sejumlah nilai yang berkaitan dengan keadaan masyarakat masa teks ditulis. Secara implisit, karya sastra merefleksikan proposi bahwa manusia memiliki sisi kehidupan masa lampau, sekarang dan masa mendatang. Karena itu, nilai yang terdapat dalam karya sastra adalah nilai yang hidup dan dinamis. Karena didalam penelitian ini dibahas mengenai analisis sosiologis terhadap novel The Demon in The Tea House, maka teori yang digunakan adalah studi sosiologi. Dalam novel ini The Demon in The Tea House mempunyai latar belakang zaman Edo, maka dalam menganalisis novel ini juga menggunakan pendekatan historis. Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. Pendekatan historis pada umumnya lebih relevan dalam kerangka sejarah sastra tradisional, sejarah sastra dengan implikasi para pengarang karya sastra, dan periode-periode tertentu, dengan objek karya-karya individual. Kemudian, Pendekatan historis mempertimbangkan relevansi karya sastra sebagai dokumen sosial. Hakikat karya sastra adalah imajinasi yang memiliki konteks sosial dan sejarah. Dengan hakikat imajinasi karya sastra adalah wakil zamannya dan dengan demikian merupakan refleksi zamannya Nyomandalam Nur Illyani, 2008:8. dengan pendekatan diatas, melalui novel The Demon in The Tea House dapat dilihat kehidupan sosial masyarakat Jepang saat itu. Menurut Jan Van Luxemburg 1992:46 semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda, lambing dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini menganggap bahwqa fenomena sosial maupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Tanda-tanda tersebut dapat berupa gerakkan anggota badan, warna, bendera, pakaian, karya seni, serta bentuk dan potongan rumah. Kemudian tanda-tanda tersebut dihubungkan dengan konsep budaya sehingga pada kondisi ini karya sastra yang berbentuk komik akan dijadikan sebagai tanda untuk diinterprestasikan. Oleh sebab itu penulis menggunakan pendekatan semiotik untuk menjabarkan keadaan serta tanda-tanda yang terdapat dalam novel The Demon in The Tea House karya Dorothy dan Thomas Hoobler. Serta melalui teori semantik ini penulis juga berusaha menjabarkan bagaimana situasi dan keadaan sosial masyarakat pada zaman Edo khususnya kehidupan geisha serta tanda-tanda yang terdapat dalam kehidupan geisha dilihat dari novel “The Demon in The Tea House. Oleh sebab itu melalui pendangan kerangka teori berpikir seperti diatas, maka didalam penelitian ini akan di tunjukkan mengenai Sejauh mana hubungan kekuasaan mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam novel The Demon in The Tea House Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. sekitar abad ke – 18, Bagaimana sesungguhnya kehidupan geisha pada rezim Tokugawa serta peran penting geisha ditengah masyarakat Jepang yang dapat dilihat melalui novel “The Demon in The Tea House” karya Dorothy dan Thomas Hoobler.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui aspek-aspek kehidupan sosial yang terkadung dalam novel “The Demon in The Tea House” karya Dorothy dan Thomas Hobbler. 2. Untuk Mengetahui masalah sosial geisha yang termasuk kaum bawah yang terjadi pada zaman Edo khususnya pada saat rezim Tokugawa. Sehingga dapat melihat perbedaan dengan masa sekarang dan mengetahui dampak dan akibat yang ditimbulkan. Adapun maksud dan tujuan penulis melakukan penelitian sosiologi sastra ini dilihat dari teks “The Demon in The Tea House” adalah : 1. Memahami dan merasakan aspek-aspek kehidupan sosial yang terkadung dalam karya sastra tersebut. 2. Memahami masalah sosial khususnya kaum geisha yang terjadi pada zaman Edo. Sehingga dapat melihat perbedaan dengan masa sekarang dan mengetahui dampak dan akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan dari tujuan tersebut maka, penulis mulai mengkaji beberapa novel khususnya novel Jepang “The Demon in The Tea House” merupakan novel yang cocok untuk dijadikan bahan penelitian penulis selain banyak menyajikan masalah sosial juga menggambarkan secara kontras tentang masa dimana Shogun sangat memegang peran penting dalam pemerintahan Jepang pada abad ke- 18. Juga karya Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. yang dikarang oleh Dorothy dan Thomas Hoobler ini ditulis berdasarkan catatan sejarah yang akurat dan dengan menambahkan beberapa karakter fiktif yang berasal dari hasil imajinasi pengarang. Maka tidaklah berlebihan apabila kisah ini ingin diyakini kebenarannya. Oleh sebab itu selain mengenal sejarah Jepang maka kita juga dapat merasakan bagaimana situasi pada zaman tersebut.

1.5.2. Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah pada masa pemerintahan shogun. 2. Dapat menambah wawasan mengenai sosiologi atau kehidupan masyarakat Jepang dan mengetahui kondisi sosial kehidupan masyarakat secara jelas melalui novel The Demon in The Tea House.

1.6. Metode Penelitian

Dalam penulisan suatu karya ilmiah harus menggunakan metode sebagai penunjang untuk mencapai tujuan. Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilandaskan pada analisis dan kontruksi. Analisis dan kontruksi dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Tujuannya ialah untuk mengungkap kebenaran sebagai salah satu manifestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang dihadapinya dalam kehidupan Soekanto, 2003:410. Berdasarkan tema dan permasalahan yang dianalisis dalam novel The Demon in The Tea House, maka penelitian ini menggunakan metode deskriftif dalam cakupan kualitatif. Menurut Koentjaraningrat1976:30, bahwa penelitian yang bersifat deskriftif, yaitu penelitian yang menggambarkan secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif juga merupakan Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara menggumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterprestasikan data. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah tinjauan pustaka, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka dengan menggunakan buku- buku dab sumber-sumber lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian. Dan data juga diperoleh dari berbagai jurnal, artikel, buku dan berbagai situs internet. Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KEHIDUPAN GEISHA DAN

NOVEL THE DEMON IN THE TEA HOUSE KARYA DOROTHY THOMAS HOOBLER

2.1. Defenisi Geisha

Geisha, yang dikenal juga dengan istilah geigi atau geiko, adalah sebutan bagi para penghibur tradisional wanita. Mereka menghibur dengan cara bernyanyi, menari, berbincang-bincang, bermain gamepermainan bertanding, dan meladeni para tamu dirumah-rumah makan tradisional jenis tertentu, Kondansha,1983:446. Dunia geisha pada umumnya disebut sebagai karyuukai dunia bunga dan pohon yangliuwillow Kata “geisha” dalam imaginasi di dunia Barat konotasikan secara keliru yaitu sebagai mitologi makhluk eksotis. Salah konsepsi tentang fantasi, pemikiran yang penuh harap, dan polos merupakan perlakuan atas fakta-fakta yang ada sehingga dalam bahasa Inggris untuk mengatakan kata ”geisha” mengarah pada anggapan pada seorang wanita cantik yang patuh pada majikannya dan memenuhi semua nafsu dan keinginan majikannya. Kepribadiannya tidak diperlukan oleh para majikan dan geisha wajib melebur seperti halnya Madam Butterfly dari pada mengganggu para majikan. Fantasi seperti ini sulit ditemui pada wanita nyata namun mudah didapatkan di mitos. Geisha mempunyai perbedaan pada kedua sisi tersebut, antara legenda dan kenyataan, dan buku ini membantu mengklarifikasi perbedaan-perbedaan itu. Mitos secara alami, adalah sejarah dan individual transendental monolitik dimana realitas merupakan variasi komunitas geisha di daerah-daerah berbeda di Jepang, status hirarkinya dalam masyarakat dan tentu saja perbedaan-perbedaan secara individual di antara para geisha itu sendiri.