Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
3.2.3. Berhubungan dengan Ekonomi
1. Cuplikan hal . 45 “Seorang wanita datang ke toko ku mencari sutera untuk dibuat kimono” katanya
dia seorang geisha. “kenapa kau menyimpulkan seperti itu?” Tanya Hakim, “kenapa….dia punya model rambut yang menandakan bahwa dia seorang geisha,
alisnya dicukur, dan dia memakai kimono sutera sangat mahal, hanya geisha yang mampu membelinya.
Analisis Cuplikan diatas mengindeksikalkan bahwa keglamouran yang ditunjukan oleh
seorang geisha membuat ia bisa dikatakan dengan cara ini mereka menemukan kedudukanya di antara kehidupan Jepang modern. Seorang geisha adalah seorang
gadis yang sangat lembut dalam segala hal; kostumnya penuh dekorasi seni; kelihatannya sederhana dan lucu; prilakunya tenang, bersinar dan wangi;
gerakanya gemulai dan tidak terburu-buru terlihat manis secara musikal; percakapanya merupakan gabungan yang tajam antara unsur feminisme dan
jawaban-jawaban tepat; cahayanya tidak ada habisnya; kesederhanannya menjadi contoh; kepuasannya tidak terukur. Selain itu dalam kalimat dia memakai kimono
sutera sangat mahal menunjukkan indeksikal yang tanpa disadari geisha juga dapat membantu dalam pertumbuhan perekonomian penduduk setempat dengan
mengenalkan kain sutera yang baik kepada masyarakat luas, karena dikatakan bahwa hanya geisha yang mampu membelinya. menunjukkan bahwa geisha lah
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
salah satu yang dapat mendongkrak perekonomian para pedagang kain pada masa sulit di bawa kekuasaan rezim tokugawa.
2. Cuplikan hal . 46 “Jelaskan tentang kimono yang dipakai” kata sang Hakim. Ia berpikir,
“Berwarna cokelat, cokelat kemerahan seperti daun maple yang gugur, sulaman bergambar angsa dari benang emas, aku tahu itu sangat mahal. Aku langsungg bisa
menebak, dia pelanggan yang baik.”
Analisis “Berwarna cokelat, cokelat kemerahan seperti daun maple yang gugur,
sulaman bergambar angsa dari benang emas, aku tahu itu sangat mahal.” Hal ini mengindeksikalkan bahwa kehidupan geisha yang serba mewah . Namun geisha
masih menjadi model jika berada dalam tempat-tempat yang lebih kecil. Berpakaian adalah bagian dari seni mereka. Hal ini membuktikan bahwa dalam pakaian dan
kesempurnaan geisha merupakan indikasi kesadaran mereka. Geisha masih menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk penampilanya, berhutang untuk
membeli obi dan kimono yang mewah dan model terbaru. Jika dia bisa menampilkan karya yang paling artistik pembuat komono, maka reputasinya semakin baik. Seorang
geisha mencari tamu murni dengan seni yang ada di komononya sebagai pintu untuk memasuki dunianya. Walaupun gesiha tidak lagi mempengaruhi fashion secara umum,
mereka masih terus membuat model baru untuk kimono, Hal ini dikarenakan pendapatan yang ia hasilkan semata – mata tidak hanya untuk dirinya saja melainkan
yang terlibat dalam pekerjaannya harus mendapat bagian masing – masing sehingga fungsi geisha tersebut juga dapat mendongkrak perekonomian khususnya dikawasan
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
tempat ia bernaung. Jadi penampilan bagi seorang geisha merupakan modal utama, demi kelangsungan eksistensinya.
3. Cuplikan hal . 124 “Sebuah kago diturunkan oleh dua orang yang tak dikenal membangkitkan
ingatan seikei, dulu ia harus naik kago sewaktu ia masih menjadi anak saudagar, yang satu ini terlihat lebih besar dari yang biasa di tumpanginya. Dihiasi sutera kuning,
batu – batu kerikil, dan kerang mengkilat yang memantulkan sinar lentera. Seikei terkejut sekilas peminggul menurunkan kago itu didepan kedai, pintu menggeser,
terbuka, dan wanita cantik keluar. seikei baru kali itu melihat makhluk secantik ini. Ia adalah, tentu saja, seorang geisha. wajahnya tertutp dengan riasan putih,
memunculkan warna merah menyala dibibirnya, matanya yang besar berwarna hitam. alis buatan dilukis diatas dahi. wig hitam menutupi kepala, dengan beberapa
kanzashi tersemat dirambutnya. Itu adalah tusuk rambut yang indah biasanya terbuat dari gading, perak atau kayu yang indah dan langka.
Analisis “Ia adalah, tentu saja, seorang geisha. wajahnya tertutp dengan riasan putih,
memunculkan warna merah menyala dibibirnya, matanya yang besar berwarna hitam. alis buatan dilukis diatas dahi. wig hitam menutupi kepala, dengan beberapa
kanzashi tersemat dirambutnya. Itu adalah tusuk rambut yang indah biasanya terbuat dari gading, perak atau kayu yang indah dan langka.” kalimat ini adalah indeksikal
dari bahwa memang benar adanya kehidupan geisha sangat menunjukan model yang berani. Geisha menjadi personifikasi dari iki, sebuah kata yang masih digunakan
hingga saat ini untuk menggambarkan sikap dingin. Secara kasual ini memang elegan, kekuatan pemahaman tentang bagaimana sesuatu harus dikerjakan. Sehingga secara
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
prakteknya penampilan geisha sangat berlawanan dengan yujo membuat yujo tampak ketinggalan jaman. Iki berasalah dari keberanian khusus yang dimiliki geisha untuk
seni. Misalnya sebagai tanda kekuatan karakter geisha tidak pernah mengenakan kaos kaki tabi.
4. Cuplikan hal. 167 “Umae yang selalu bekerja dengan dua tayu lainnya,” kata odori “ mereka
adalah kimi dan satsu. Setiap kedai teh ingin mengadakan pesta disana, karena pelanggan yang kaya dan berpengaruh akan mengikuti kemana pun mereka pergi,
juga karena hadiah yang diberikan para tamu kepada ketiganya. Kimono yang bagus, kau tahu, harganya bisa setara dengan penghasilan saudagar kebanyakan dalam satu
tahun. Karena itu, siapapun yag datang ke pesta itu pasti orang yang sangat kaya.”
Analisis “karena pelanggan yang kaya dan berpengaruh akan mengikuti kemana pun
mereka pergi, juga karena hadiah yang diberikan para tamu kepada ketiganya. Kimono yang bagus, kau tahu, harganya bisa setara dengan penghasilan saudagar
kebanyakan dalam satu tahun. Karena itu, siapapun yag datang ke pesta itu pasti orang yang sangat kaya.” ini merupakan indeksikal dari peran geisha dalam bidang
ekonomi yag juga memberikan penghidupsn bagi orang lain. Maksudnya jasa orang – orang yang terlibat dalam pekerjaan geisha juga harus dibayar pendapatannya.
Sehingga sesungguhnya hal yang paling membanggakan bagi seorang geisha bukan karena hadiah mahal yang diterima melainkan ia dapat menghasilkan sesuatu untuk
orang lain. seperti dalam kalimat “karena pelanggan yang kaya dan berpengaruh
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
akan mengikuti kemana pun mereka pergi,” ini merupakan indeksikal dari peran geisha yang dapat membuka lapangan kerja bagi orang – orang lain, seperti dalam
kalimat diatas dikatakan bahwa para pelanggan setianya akan mengikuti kemana pun ia pergi, sehingga orang – orang seperti pemilik rumah minum, okiyanya dan lain –
lain. Orang – orang tersebut tentunya bergantung dari pendapatan yang dihasilkan oleh geisha yang mereka tangani. Tidak itu saja geisha juga turut menyumbang bagi
pembangunan Negara melalui pajak yang mereka bayarkan.
5. Cuplikan hal. 201 Hujan “ uang terima kasih” ke Oba Koko membuat beberapa orang yang
belum pernah berada diruangan Umae kemarin malam berkesempatan masuk.
Analisis Hujan “ uang terima kasih” mengindeksikalkan bahwa pemilik dari kedai teh
pun akan turut merasakan kebanjiran rezeki akibat kehadiran seorang geisha yang cukup dikenal karena kepandaiannya dalam menghibur lelaki sehingga dapat di
katakana bahwa peran geisha itu sangat penting sekali dalam petumbuhan ekonomi.
Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010.
3.2.4. Berhubungan dengan Sosial Budaya