Sinopsis Cerita TINJAUAN UMUM TERHADAP KEHIDUPAN GEISHA DAN

Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. . BAB III ANALISIS KEHIDUPAN GEISHA DALAM NOVEL THE DEMON IN THE TEA HOUSE KARYA DOROTHY DAN THOMAS HOOBLER.

3.1. Sinopsis Cerita

Tokoh utama dalam novel “The Demon in The Tea House” adalah seorang anak saudagar kaya yang diangkat menjadi anak seorang hakim yang bernama Seikei Konoike. Namun dalam novel ini seikei bercerita tentang pengalaman ia selama menjadi anak angkat Hakim Ooka yang cukup di hormati. Salah satunya ialah pengalaman hidupnya dalam mempelajari dunia geisha. Siapa yang menyangka menjadi seorang geisha tak semudah yang ia bayangkan. Melalui proses pembelajaran ini banyak nilai – nilai baik yang ia dapati selama hidup dan berdekatan dengan dunia geisha. Sehingga ia mampu mengangkat kisah hidup dan menguak tabir kehidupan seorang geisha yang terkenal di kota Yoshiwara. Yoshiwara yang dibangun terapung diatas air sehingga wilayah ini dikenal dengan dunia terapung. Disana para pengunjung bisa menyaksikan pentas kabuki, menikmati musik, gemerlap lampu warna – warni, dan menari. Namun, kebanyakan pengunjung datang kedunia terapung untuk di hibur oleh geisha. Wanita yang menghabiskan hidup mereka mempelajari cara menghibur lelaki. Geisha mempelajari musik, tarian, bernyanyi, dan mengobrol yang kesemuanya itu dilakukan untuk melupakan masalah yang dihadapi lelaki. Sehinggga untuk mencapai tempat tersebut, melalui sungai sehingga perjalanan terasa pendek untuk sampai di dermaga Yoshiwara. Siapa pun yang ingin menghabiskan malam dengan kesenangan – baik di kedai teh atau menonton pentas kabuki harus pergi ke Yoshiwara. Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. Umae, seorang geisha yang menjadi sorotan publik karena ketenarannya hingga terkenal hamper diseluruh Edo. Tak ada yang tahu berapa umurnya sekarang. Karena riasan yang dikenakan sangat rapi sehingga memungkinkannya bisa menjelma menjadi berbagai umur. Ia lebih dikenal karena kemampuannya menghibur. Untuk menjadi seorang umae tak semudah yang dibayangkan, ia yang memutuskan hidup mengabdi menjadi seorang geisha harus melewati keadaan yang cukup sulit. Ia rela melepas keluarga karena telah di jual oleh kedua orang tuanya sehingga ia harus merelakan masa kecilnya dengan membayar semua dengan menajadi seorang geisha. Namun dibalik kecantikan yang tersemat ada keinginan ia untuk dapat menjadi seorang dengan kehidupan normal. Bisa mencinta dan dicintai mungkin satu hal yang sulit mengingat seseorang yang telah datang ke Yoshiwara tak jarang dapat keluar kembali. Namun keinginannya memiliki keluarga yang utuh menghantarkannya menjadi abadi sebagai seorang geisha selamanya. Mungkin orang tak menyangka umae yang dibenci oleh para kaum isteri ini memiliki perasaan keibuan dan juga hati yang lembut. Menjadi geisha tak menyurutkan hatinya untuk tetap menjalani tradisi sebagai bangsa Jepang. Karena baginya geisha itu hanyalah sebuah pekerjaan namun umae tetaplah perempuan yang sederhana, karena kepopulerannya ia berhasil menggaet hati para petinggi di istana. Namun tak jarang cinta segitiga selalu terjadi sehingga persaingan yang cukup sengit untuk memenangkan hati seorang geisha. Umae terlatih untuk dapat menyembunyikan emosinya namun masih bisa dilihat terkadang wanita itu sebenarnya tertekan. Banyak yang membenci pribadi umae, sehingga banyak kejadian – keejadian yang selalu memojokkan dirinya, baginya mungkin ada lelaki yang berpikir mereka bisa membeli para geisha. Dan demikian pula sebaliknya ada beberapa geisha juga rela menjual dirinya namun tidak bagi umae. baginya menjadi Geisha itu lebih baik Aisyah : Analisis Sosiologis Terhadap Kehidupan Geisha Dalam Novel The Demon In The Tea House Karya Dorothy Thomas Hoobler, 2010. dari pada menjadi seorang isteri simpanan, Prinsip hidupnya ialah bila ingin lepas dari kehidupan yang suram ini sungguh itu memang dari hasil kerja kerasnya bukan karena kemurahan hati kaum lelaki yang rela membelinya dan menjadikan isteri simpanannya. Karena baginya geisha itu adalah sebuah lambing seni, tanpa peduli apa yang melatar belakanginya mengapa menjadi geisha, tapi baginya berjuang demi kecintaanya terhadap dunia seni ia rela melepaskan semua termasuk cinta, demi impian menjadi seorang yang berahli seni tinggi meskipun harus menjadi geisha.

3.2. Analisis Kehidupan Geisha dalam Novel The Demon in The Tea House